Sebagian besar keadaan bumi kita ini mengalami peningkatan panas sejak awal abad ke-20 yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat efek dari rumah kaca, dengan suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Menurut IPPC (Intergovernmental Panel on Climate Change) suhu permukaan global akan meningkat mulai dari 1.1 hingga 6.4°C (2.1 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990- 2000.
Pemanasaan global merupakan salah satu isu lingkungan yang paling penting saat ini. Pemanasan global ini akan meningkatkan temperatur bumi yang dipicu oleh aktifitas manusia sehingga menyebabkan meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (GRK) di dalam atmosfir. Efek pemanasan global ini akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
- Melelehnya glasier yang dapat menyebabkan berkurangnya sumber air dan makanan
- Meningkatnya ketinggian air laut
- Terjadi cuaca ekstrim
- Kekeringan dan banjir
IPCC menyatakan bahwa emisi GRK harus diturunkan 50 - 80 % pada tahun 2050 untuk mencegah konsekuensi pemanasan global. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim pada bulan Agustus 1994 melalui UU Nomor 6 Tahun 1994 dan Protokol Kyoto melalui UU Nomor 17 Tahun 2004. Selain itu juga Indonesia bertekad untuk menurunkan emisi GRK sebesar 26 % pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi saat ini BAU (Business As Usual). Oleh karena itu kementrian perindustrian berupaya mendata seberapa besar emisi yang ditimbulkan oleh aktifitas industri di Indonesia. Dari data tersebut, upaya-upaya apa saja yang dapat dilakukan secara spesifik untuk mengurangi emisi GRK yang ditimbulkan oleh sektor industri di Indonesia.
TEKNOLOGI HIJAU-Teknologi berada di garis depan dalam upaya mengoptimalkan sumber daya alam sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan. Teknologi juga berperan penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penggunaan teknologi pada umumnya harus bisa dimaksimalkan di berbagai bidang. Teknologi Hijau berarti teknologi yang ramah lingkungan, yang melindungi lingkungan, mengurangi daya polusi, menggunakan sumber daya secara berkelanjutan, mendaur ulang lebih banyak produk dan limbahnya, serta menangani sisa limbah dengan cara yang benar.
Lalu bagaimana cara kita untuk memanfaatkan teknologi hijau untuk menjaga bumi ini? Itu semua mudah untuk dilakukan. Mulai dari hal – hal terkecil saja terlebih dahulu seperti pada bidang pertanian agar mengurangi pemakaian pestisida maupun pupuk kimia yang berlebihan dengan menggunakan pupuk kompos dan kandang yang ramah lingkungan dan tidak merusak tanah. Serta mengganti penggunaan traktor dengan kerbau dalam membajak sawah. Selain biaya perawatan kerbau yang murah kotarannya pun bisa dijadikan sebagai Biogas.
Selanjutnya dalam bidang rumah tangga, kita bisa menggunakan sapu lidi untuk membersihkan debu yang menempel pada karpet daripada menggunakan vacum cleaner yang membutuhkan listrik dan jadi tidak ramah lingkungan. Selain sapu, ulekan pun alat yang ramah lingkungan. Sadar ataupun tidak sebenarnya berjalan kaki dan bersepeda itu menyehatkan dan termasuk ramah lingkungan. Selain itu juga, dengan kita semakin sering berjalan kaki atau bersepeda secara tidak langsung kita telah membantu mengurangi polusi udara. Tetapi karena kebiasaan dalam menggunakan kendaran bermotor dan fasilitas yang kurang memadai bagi para pejalan kaki dan pesepeda, maka orang – orang lebih memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor. Sekarang ini, pemerintah pusat maupun daerah telah menyelenggarakan program car free day di beberapa daerah atau kota besar dalam usaha untuk mengurangi polusi dari kendaraan bermotor yang tinggi. Namun sayangnya, program tersebut belum terlaksana secara maksimal.
Contoh penggunaan Teknologi Hijau untuk tetap menjaga perkotaan dari panas bumi
Penelitian terkini dari Berkeley Lab mengungkapkan, kondisi panas di perkotaan ini salah satunya dipicu oleh keberadaan ruang terbuka yang tertutup oleh aspal dan bahan-bahan lain berwarna gelap yang menyerap panas.
Luas ruang terbuka yang gelap dan menyerap panas ini, menurut Berkeley Lab, rata-rata mencapai 35-50% dari wilayah kota yang sebagian diantaranya (50%) adalah jalan raya dan 40% adalah lokasi parkir.
Kondisi ini menurut Haley Gilbert, peneliti dari Heat Island Group di Lawrence Berkeley National Laboratory (Berkeley Lab) sangat memrihatinkan. “Karena ruang terbuka yang gelap menyerap hampir seluruh energi matahari sehingga suhu di permukaannya akan terus naik. Hal ini pada akhirnya akan memicu kenaikan suhu di sekitarnya termasuk suhu perkotaan.”
Untuk mengatasinya, ilmuwan Berkeley Lab terus memelajari teknologi yang bisa menurunkan suhu pada ruang terbuka ini. Salah satunya adalah teknologi pendingin atap, mewarnai atap dengan warna terang sehingga mampu memantulkan lebih banyak energi matahari dan mendinginkan udara baik di dalam maupun di luar bangunan.
Menurut para peneliti, permukaan yang “dingin” bisa memancarkan energi matahari hingga 30-50% dibanding permukaan yang tertutup aspal baru yang hanya 5% atau aspal lama yang mencapai 10-20%.
Heat Island Group menggunakan sebagian lahan parkir di Berkeley Lab untuk meneliti teknologi ini. Mereka saat ini meneliti enam bahan pelapis baru untuk menggantikan atau melapisi permukaan penghasil panas. “Target kami adalah menciptakan permukaan yang mampu merefleksikan energi matahari minimal 35%,” ujar Gilbert. Lapisan pendingin ini nantinya bisa diaplikasikan pada permukaan aspal atau semen yang sudah ada.
Efektifitas pendinginan tergantung dari warna dan jenis bahan pelapis. Warna yang biasa digunakan adalah hijau, biru dan kuning. Menurut Benjamin Mandel, salah satu peneliti, ada pula bahan dan warna yang terlihat gelap namun memiliki kemampuan memantulkan cahaya yang lebih efektif karena didesain khusus untuk memantulkan sinar infra merah.
Mereka juga berupaya menciptakan lapisan yang bisa dibersihkan secara otomatis saat terjadi hujan sehingga fungsi refleksinya kembali optimal.
Selain mendinginkan kota, teknologi pendingin permukaan ini juga bisa mengurangi dampak pemanasan global dan perubahan iklim dengan memantulkan sebagian energi matahari kembali ke atmosfer.
Sekian Artikel mengenai Teknologi Hijau dari saya semoga bermanfaat:)
Daftar Referensi
http://www.hijauku.com/2012/12/30/10-artikel-teknologi-terhijau-di-2012/
http://www.hijauku.com/2012/11/12/mewarnai-ruang-terbuka-mendinginkan-kota/
http://grkindustri.kemenperin.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.