KIMIA KONTEKSTUAL
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kimia di satu sisi
menjadi sebuah solusi dari berbagai persoalan yang dihadapi manusia.Namun,di
sisi lain juga menimbulkan beragam persoalan termasuk penurunan kualitas
kehidupan manusia.Interaksi di antara ilmu atau sains, masyarakat dan industri
menyebabkan riset dasar (fundamental) dan riset terapan (engineering) semakin
berbaur, begitu pula kolaborasi dengan disiplin ilmu lainnya makin meluas.
Menurut Sjostrom (2006), saat ini telah berkembang dua bidang superscience yang
baru, yaitu Sains Material dan Sains Biomolekuler dengan berbagai turunannya
seperti Nanoteknologi, Bioteknologi, Bionanoteknologi, Kimia Hijau (sebagai
unteraksi antara kimia dengan masyarakat yang makin peduli
lingkungan), Kimia Komputasi (simulasi dan pemodelan molekul, sebagai interaksi
antara kimia dengan komputer), Sejarah Kimia, Filsafat Kimia, Pendidikan Kimia,
dan sebagainya.
Berikut adalah penjelasan singkat mengenai turunan ilmu
kimia yang ada;
NANOTEKNOLOGI
Nanoteknologi adalah teknologi rekayasa material dalam skala
nanometer atau satu per satu milyar meter dari atom-atom atau
molekul-molekul untuk mendapatkan sifat-sifat yang dapat dikontrol sesuai
keinginan. Teknologi ini menggabungkan beberapa disiplin ilmu yaitu ilmu kimia,
fisika, biologi, elektro, mesin dan ilmu material. Nanokimia adalah disiplin
baru dalam nanoteknologi yang berkatian dengan sifat-sifat unik yang terkait
dengan perakitan atom atau molekul terutama melalui metoda kimiawi.
BIOTEKNOLOGI
1. Perkembangan Bioteknologi
a. Gelombang pertama. Tahap ini
dikenal juga sebagai era pra-pasteur, yang dicirikan oleh pemanfaatan mikroba (
bakteri, kapang, khamir ) untuk pengawetan dan atau pembuatan makanan/ minuman.
Minuman khas Jepang ( sake ), bir, anggur, keju, yoghurt, dan
pangan tradisional dari Indonesia ( tempe, oncom, kecap ) merupakan contoh
hasil proses bioteknologis tradisional. Sampai tahun 1920-an, penggunaan
mikroba juga dikembangkan untuk produksi bahan kimia ( aseton, butanol, asam
sitrat ) dan biomassa.
b. Gelombang kedua. Bioteknologi
generasi kedua ini dimulai ketika ditemukan penisilin oleh Fleming (
1929 ) dan permulaan pengusahaannya dalam bentuk industri pada tahun 1944. Pada
era ini ( dan sampai sekarang ) kegiatan bioteknologi diwarnai oleh proses
produksi industri antibiotika, vitamin, dan asam-asam organik dengan
fermentasi. Generasi kedua ini juga dikenal sebagai era antibiotika.
c. Gelombang ketiga. Bioteknologi
generasi ketiga melejit secara pesat pada paruh tahun 1970-an dengan
diterapkannya rekayasa genetika untuk memanipulasi dan memperbaiki sifat
organisme sebagai “agen” yang berperan penting dalam bioindustri. Berbagai
produk farmasi dan kedokteran yang bernilai tinggi seperti interferon, hormon,
dan vaksin diproduksi berkat rekayasa genetik ini. Teknologi hibridoma yang
ditemukan Kohler dan Milstein (1975) membuka era ini untuk produksi antibodi
monoklonal. Kekhasan ini menyebabkan tahapan ini juga dinamai bioteknologi
baru.
d. Gelombang keempat. Gelombang
ini dicirikan dengan perekayasaan struktur enzim ( tiga dimensi ) yang dikaji
dalam bidang protein engineering. Perkembangan proses bioteknologis
tidak lepas dari peran enzim sebagai biokatalis. Pengkajian sifat dan kinetika
reaksi enzimatik dan perkembangan peralatan analisis, seperti kristalografi
sinar X dan spektrofotometer massa yang ditopang oleh rekayasa genetik telah
memunginkan ahli biokimia merekayasa enzim sesuai sifat yang diinginkan.
Generasi kempat ini juga dikenal sebagai era rekayasa enzim/ protein.
BIO-NANOTEKNOLOGI
Bio-nanoteknologi merupakan gabungan antara biologi dan nanoteknologi
yang cenderung untuk menghasilkan teknologi khususnya nanoteknologi dari bahan
biologis. Adapun istilah lain yang sering dikait-kaitkan dengan
bio-nanoteknologi adalah nano-bioteknologi, yaitu pemanfaatan nanoteknologi
untuk pengembangan bioteknologi.
KIMIA HIJAU
Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan, adalah
filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan desain produk
dan proses yang meminimasi penggunaan dan penciptaan senyawa-senyawa berbahaya.[1] Sementara kimia lingkungan adalah cabang kimia
yang membahas lingkungan hidup dan zat-zat kimia di alam, kimia hijau justru
berupaya mencari cara untuk mengurangi dan mencegah pencemaran pada sumbernya. Pada tahun
1990 Pollution Prevention Act (Undang-Undang Pencegahan Pencemaran)
telah disahkan di Amerika Serikat. Undang-undang ini membantu menciptakan modus
operandi untuk berurusan dengan pencemaran secara inovatif dan asli.
Undang-undang ini bertujuan untuk mencegah masalah sebelum mereka terjadi.
KIMIA KOMPUTASI
Kimia komputasi adalah cabang kimia yang
menggunakan hasil kimia teori yang diterjemahkan ke dalam program
komputer untuk menghitung sifat-sifat molekul dan perubahannya
maupun melakukan simulasi terhadap sistem-sistem besar (makromolekul seperti
protein atau sistem banyak molekul seperti gas, cairan, padatan, dan kristal
cair), dan menerapkan program tersebut pada sistem kimia nyata. Contoh
sifat-sifat molekul yang dihitung antara lain struktur (yaitu letak atom-atom
penyusunnya), energi dan selisih energi, muatan, momen dipol, kereaktifan,
frekuensi getaran dan besaran spektroskopi lainnya. Simulasi terhadap
makromolekul (seperti protein dan asam nukleat) dan sistem besar bisa mencakup
kajian konformasi molekul dan perubahannya (mis. proses denaturasi protein),
perubahan fase, serta peramalan sifat-sifat makroskopik (seperti kalor jenis)
berdasarkan perilaku di tingkat atom dan molekul.
Referensi:
-. http://jannahmimosapudica.blogspot.co.id/2012/10/bioteknologi-kimia-dalam-industri_23.html
-. http://fmipa.uny.ac.id/berita/nanoteknologi-dalam-kimia.html
-. https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_hijau
-. https://akugakbutuheksis.wordpress.com/2012/01/31/materi-kimia-kontekstual-semester-i/
-. https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_komputasi
-. https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia_hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.