.

Sabtu, 21 Januari 2017

Kimia Kontekstual Dalam Kehidupan

Kehidupan tidak jauh dipengaruhi oleh kimia kontekstual. Konteks-konteks yang mencakup kimia kontekstual menunjang adanya kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini. Tanpa adanya unsur konteks- konteks tersebut, makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Sang Pencipta menciptakan bumi dan isinya dengan tujuan tertentu tanpa kita tahu akan jadi seperti apa tanpa adanya hubungan kimia pada makhluk hidup.



Tujuan materi pembelajaran kimia kontekstual adalah pengkaitan dari teori-teori dasar ilmu kimia dengan topik-topik dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, kimia kontekstual adalah penerapan ilmu kima dalam konteks kehidupan yang ada disekitar kita mulai dari air minum/air bersih, lapisan ozon, energi, hujan asam, kimia pangan, kimia obat, pemanasan global sampai dengan green chemistry.

Tetapi, ada beberapa topik yang paling mudah dibahas yang berkaitan tentang kimia kontekstual, di antaranya energi. Energi yang akan dibahas disini adalah energi pembakaran. Pembakaran adalah urutan reaksi kimia eksotermik antara bahan bakar dan oksidan (senyawa kimia yang mudah mentransfer atom oksigen) disertai dengan produksi panas dan konversi komponen kimia.

Istilah eksotermis (“pemanasan keluar”) menggambarkan suatu proses atau reaksi yang melepaskan energi dari sistem, biasanya dalam bentuk panas dan cahaya. Pelepasan panas dapat menyebabkan produksi cahaya dalam bentuk baik cahaya atau api. Bahan bakar yang menarik sering termasuk senyawa organik (terutama hidrokarbon) dalam gas, cair atau fase padat. Hidrokarbon merupakan senyawa organik yang terdiri sepenuhnya dari atom hidrogen dan karbon. Pembakaran bahan bakar, juga dikenal sebagai Fuel Combustion, adalah proses dimana bahan bakar dikonsumsi dalam reaksi kimia eksotermis yang melepaskan banyak panas dan cahaya. Biasanya, bahan bakar yang dibakar adalah hidrokarbon yang bereaksi dengan oksigen di udara, untuk melepaskan energi.

Hal yang paling menonjol tentang implementasi energi pembakaran dalam kehidupan salah satunya pembangkit listrik bahan bakar fosil yaitu pembangkit listrik yang membakar bahan bakar fosil seperti batubara, gas alam, atau minyak bumi untuk memproduksi listrik. Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil didesain untuk produksi skala besar yang berlangsung terus menerus. Di banyak negara, pembangkit listrik jenis ini memproduksi sebagian besar energi listrik yang digunakan.

Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil selalu memiliki mesin rotasi yang mengubah panas dari pembakaran menjadi energi mekanik yang lalu mengoperasikan generator listrik. Penggerak utamanya mungkin adalah uap, gas bertekanan tinggi, atau mesin siklus dari mesin pembakaran dalam.
Panas yang terbuang karena efisiensi yang terbatas dari siklus energi, ketika tidak di recovery sebagai pemanas ruangan, akan dibuang ke atmosfer. Gas sisa hasil pembakaran dibuang ke atmosfer; mengandung karbon dioksida dan uap air, juga substansi lain seperti nitrogen, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan abu ringan (khusus batu bara) dan mungkin merkuri. Abu padat dari pembakaran batu bara juga harus dibuang, meski saat ini abu padat sisa pembakaran batu bara dapat di daur ulang sebagai bahan bangunan.
Pembangkit listrik tenaga bahan bakar fosil adalah peyumbang utama gas rumah kaca dan berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Batu bara menghasilkan gas rumah kaca sedikitnya tiga kali lebih banyak dari gas alam.

Dari penjelasan di atas tersebut pembangkit listrik bahan bakar fosil memiliki efek lingkungan yang kurang baik bagi masa depan. Pembakaran batu bara dapat memicu hujan asam dan polusi udara, dan telah dihubungkan dengan pemanasan global karena komposisi kimia dari batu bara dan sulitnya memindahkan pengotor dari bahan bakar padat ini untuk pembakaran. Hujan asam disebabkan oleh emisi nitrogen oksida dan sulfur dioksida ke udara. Emisi tersebut bereaksi dengan uap air di atmosfer, menciptakan bahan asam (asam sulfur, asam nitrit) yang jatuh sebagai hujan. Namun, ada beberapa alternatif bahan bakar fosil meliputi energi nuklir, energi surya, dan energi terbarukan lainnya.

Source:
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_bahan_bakar_fosil
https://wordthinker.wordpress.com/2014/10/30/kimia-kontekstual/
http://ilmualam.net/reaksi-pembakaran-bahan-bakar-dan-dampaknya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.