Dalam kehidupan sehari-hari,
manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya cuci-mencuci. Baik dalam
mencuci pakaian, badan, ataupun yang lainnya. Nah,...dalam hal tersebut, ada
baiknya selain kita peduli dengan kebersihan untuk diri sendiri, kita juga
peduli akan kelangsungan lingkungan kita yang disebabkan oleh aktifitas kita.
Dalam sebuah aktifitas
cuci-mencuci kita pasti membutuhkan sabun dan atau deterjen. Nah, untuk itu
kita juga harus paham dan tahu bahwa sabun dan deterjen yang ada di pasaran
tidak semua aman bagi kita dan lingkungan kita.
v Tentang
Sabun
Sabun yang ditemukan pertama kali
oleh bangsa Arab pada abad ke-19, pada dasarnya terbuat dari proses pencampuran
(Safonifikasi) Soda kaustik dengan minyak nabati (minyak tumbuh-tumbuhan) atau
minyak hewani (minyak yang berasal dari lemak hewan). Mengingat sifat sabun
yang berasal dari bahan alami, masyarakat pengguna yang mengkonsumsi sabun pun
nyaris tak mengalami gangguan seperti alergi atau kerusakan pada kulitnya.
Sabun sebagai bahan pembersih yang berbentuk cair maupun padat, bisa digunakan
untuk mandi, mencuci pakaian, atau membersihkan peralatan rumah tangga.
v Tentang
Deterjen
Sebagai bahan pembersih lainnya,
deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari
hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya
seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun
1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif
permukaan (Surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan
busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan
tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa “Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang
diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.
Pada banyak negara di dunia
penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia,
peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih
digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya
dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.
v Kandungan
Zat Kimia pada Deterjen
Dibanding dengan sabun, deterjen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya, deterjen mengandung
bahan-bahan berikut :
1. Surfaktan.
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat
aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan
hidrofob (suka lemak). Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk
bahan kimia organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi
(diuraikan) alam. Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, atau
istilah teknisnya, ia berfungsi sebagai emulsifier, bahan pengemulsi.. Zat
kimia ini bersifat toksik (beracun) bila dihirup, diserap melalui kulit atau
termakan. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
• Anionik
:
• Alkyl
Benzene Sulfonate (ABS)
• Linier
Alkyl Benzene Sulfonate (LAS)
• Alpha
Olein Sulfonate (AOS)
• Kationik
: Garam Ammonium
• Non
ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
• Amphoterik
: Acyl Ethylenediamines
2. Builder.
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan
efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab
kesadahan air.
• Fosfat
: Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
• Asetat
:
• Nitril
Tri Acetate (NTA)
• Ethylene
Diamine Tetra Acetate (EDTA)
• Silikat
: Zeolit
• Sitrat
: Asam Sitrat
3. Filler.
Filler (pengisi) adalah bahan
tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi
menambah kuantitas. Contohnya Sodium sulfat.
4. Aditif.
Aditif adalah bahan suplemen /
tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut,
pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen.
Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk. Contohnya
Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Sabun maupun deterjen yang dilarutkan
dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang
akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya
busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas
permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya
surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.
Umumnya pada deterjen anionik
ditambahkan zat aditif lain (builder) seperti :
•
Golongan ammonium kuartener (alkyldimetihylbenzyl-ammonium cloride,
diethanolamine/DEA). Perlu diketahui, zat kimia ini sering digunakan pada
produk pembersih perawatan tubuh untuk menjaga pH (derajat keasaman) formula.
Dapat menyebabkan reaksi alergi, iritasi mata, kekeringan, dan toksik jika
digunakan dalam waktu lama. Zat karsinogen ini telah dilarang di Eropa tapi
masih ditemukan pada formula kosmetik.
•
Chlorinated trisodium phospate (chlorinated TSP).
Zat kimia ini merupakan zat
karsinogenik.
•
Sodium lauryl sulfate (SLS).
Zat kimia ini dapat mengubah sistem imun
(kekebalan) dan menyebabkan kerusakan pada mata, saluran cerna, sistem saraf,
paru-paru dan kulit. Umumnya ditemukan pada produk berbusa untuk perawatan
tubuh. Mungkin terdaftar sebagai komponen produk semi natural yang diklaim
berasal dari minyak kelapa.
•
Sodium laureth sulfate (SLES).
Bila dikombinasi dengan bahan
lain, zat kimia ini membentuk zat nitrosamin dan mempunyai efek karsinogen pada
tubuh. Perlu kehati-hatian terhadap produk semi natural yang diklaim berasal
dari minyak kelapa.
• Linear alkyl benzene sulfonate (LAS).
Zat kimia ini juga merupakan zat karsinogenik.
Lingkungan kita yang hijau, juga
membutuhkan pembersih, apa gunanya jika kita peduli pada lingkungan, tapi rumah
kita kotor berantakan? Alasan yang biasanya muncul adalah karena bahan
pembersih yang biasanya tidak ramah lingkungan, bahkan berbahaya bagi
lingkungan.
Tidak lupa untuk mengingatkan,
perhatikan selalu komposisi bahan produk deterjen dan sabun anda, ataupun
produk pembersih lainnya untuk memastikan bahwa produk yang anda gunakan aman.
Sumber :
1. Chem-is-try.org
2. Sedotwcjakarta.net
3. Wikipedia.org
4. Matoa.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.