Oleh: Anandha Ivana Larasati (@T07-Anandha)
ABSTRAK
Setiap
manusia bertanggungjawab untuk mempertimbangkan kemaslahan umat, terutama
generasi yang akan datang, dengan tidak menimbulkan kerusakan bagi kehidupan di
bumi. Karena itu, dalam perspektif pembangunan industri dan pembangunan
masyarakat, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
perlu diperhatikan, bahkan dimulai dati diri sendiri.
Pembangunan
harus mempertemukan ketercukupan kebutuhan saat ini dengan kebutuhan generasi
yang akan datang. Dengan kata lain, sumber daya alam ini bukan warisan,
melainkan titipan untuk anak cucu. Karena itu, kimia hijau (green chemistry) berperan
untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada berbagai lini
Kata kunci: kimia hijau, konsep, prinsip, penerapan
ABSTRACT
Every
human being is responsible for considering the well-being of the people,
especially future generations, without causing any harm to life on earth.
Therefore, in the perspective of industrial development and community
development, the concept of sustainable development needs to be considered,
even starting with oneself.
Development
must bring together the adequacy of current needs with the needs of future
generations. In other words, this natural resource is not an inheritance, but a
gift for posterity. Therefore, green chemistry plays a role to realize
sustainable development on various
Keywords:
green chemistry, concepts, principles, applications.
PENDAHULUAN
Menurut
Prof. Is Fatimah (2019), aktivitas industri kimia acapkali dianggap sebagai
biang keladi dari adanya dampak negatif tersebut. Namun, tak dapat dipungkiri
bahwa setiap aktivitas kita tentu tidak lepas dari bahan kimia. Jumlah dan
variasi produk kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tumbuh dengan
cepat. Untuk memproduksi material atau bahan baru, terkadang senyawa baru
digunakan yang barangkali memiliki efek kesehatan yang belum diketahui atau
bahkan merugikan. Kimia hijau berperan untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan pada berbagai lini, yang didasarkan pada 12 (dua belas) prinsip
meliputi: Pencegahan (Waste prevention), Atom economy, Sintesis bahan kimia
rendah bahaya (Less hazardous chemical synthesis), Desain bahan kimia aman
(Designing safer chemicals), Pelarut dan bahan tambahan aman (Safer solvents
and auxiliaries).
Selanjutnya
yakni Desain untuk efisiensi energi (Design for energy efficiency), Penggunaan
bahan terbarukan (Use of renewable feedstocks), Pengurangan produk
turunan/derivative (Reduce derivatives), Katalisis (Catalysis), Desain untuk
degradasi (Design for degradation), Analisis sewaktu untuk pencegahan polusi
(Real-time analysis for pollution prevention), dan Pencegahan kecelakaan akibat
bahan kimia secara inheren (Inherently safer chemistry for accident prevention).
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan kimia hijau?
2. Apa
yang dimaksud konsep kimia hijau?
3. Bagaimana
penerapan kimia hijau?
4. Apa
manfaat dari penerapan kimia hijau?
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui pengertian kimia hijau
2. Untuk
memahami konsep kimia hijau
3. Untuk
mengetahui penerapan kimia hijau
4. Untuk
mengetahui manfaat dari penerapan kimia hijau
PEMBAHASAN
Istilah
'Kimia Hijau' diciptakan pada 1991 oleh Anastas dari Lembaga Perlindungan
Lingkungan (EPA) Amerika Serikat. Tetapi ini tidak berarti bahwa gerakan kimia
hijau tidak ada sebelum awal 1990-an tersebut. Beberapa negara telah mulai
menjalankan prinsip-prinsip kimia hijau di tahun-tahun sebelumnya dipicu oleh
kekhawatiran mulai terganggunya keseimbangan alam dan lingkungan, ancaman
terhadap ketersediaan air bersih, dan menipisnya cadangan energi (Fajaroh, 2018).
Kimia
hijau dapat didefinisikan sebagai praktik ilmu kimia dan manufaktur dengan cara
yang berkelanjutan, aman, dan tidak berpolusi dan yang mengkonsumsi jumlah
minimum bahan dan energi sambil menghasilkan sedikit atau tidak ada bahan
limbah. Praktek kimia hijau dimulai dengan pengakuan bahwa produksi,
pengolahan, penggunaan, dan akhirnya pembuangan produk kimia dapat menyebabkan
kerusakan bila dilakukan secara tidak benar. Dalam mencapai tujuannya, kimia
hijau dan teknik kimia hijau dapat memodifikasi atau sepenuhnya mendesain ulang
produk dan proses kimia dengan tujuan meminimalkan limbah dan penggunaan atau
pembuatan bahan yang sangat berbahaya. Mereka yang berlatih kimia hijau mengakui
bahwa mereka bertanggung jawab atas efek apa pun di dunia yang mungkin dimiliki
oleh bahan kimia atau proses kimia mereka. Jauh dari regresif secara ekonomi
dan hambatan pada keuntungan, kimia hijau adalah tentang meningkatkan
keuntungan dan mempromosikan inovasi sambil melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan (Manahan, 2005). Kimia hijau sering juga disebut kimia ramah
lingkungan (Environmental benign Chemistry), kimia bersih (Clean Chemistry),
ekonomi atom (atom economy), kimia yang dirancang jinak/ramah
(benign-by-designchemistry) (Fajaroh, 2018).
Tujuan
utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih
baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling aman dan
efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang
dihasilkan. Pendekatan kimia hijau bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk
zat kimia sejak pada proses perancangan. Praktik pencegahan bahaya dari sejak
awal proses pembuatan zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan
lingkungan, yang meliputi proses perancangan, produksi, penggunaan atau
penggunaan kembali, dan pembuangan limbah yang dihasilkan (Mustafa, 2016).
Konsep
kimia hijau biasanya ditampilkan sebagai gabungan dari 12 prinsip yang
diusulkan oleh Anastas dan Warner (Anastas & Warner, 1998), apabila
diterapkan dapat menunjukkan bagaimana produksi zat kimia dapat memfasilitasi
kesehatan manusia dan lingkungan, dengan tetap memperhatikan efisiensi dan
keuntungan. Kedua belas prinsip kimia hijau itu adalah:
1. Pencegahan
mencegah
lebih diutamakan daripada meremediasi limbah;
2. Atom
ekonomi
metode
sintesis hendaknya dirancang stoikiometris, menjamin semua bahan baku menjadi
produk;
3. Minimalkan
zat kimia berbahaya
Sintesis
zat kimia diupayakan menggunakan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas
serendah mungkin;
4. Merancang
zat kimia fungsional yang aman
proses
sintesis didesain sedemikian rupa hingga diperoleh hasil yang sesuai yang
diinginkan namun dengan seminimal mungkin menghasilkan bahan toksik
5. Penggunaan
pelarut dan zat pelengkap yang aman
menghindari
penggunaan zat tambahan berbahaya (misalnya pelarut, agen pemisahan agen);
6. Efisiensi
energy
meminimalkan
kebutuhan energi dari proses kimia, jika memungkinkan, proses sintetis
dilakukan pada suhu dan tekanan ambien;
7. Penggunaan
bahan mentah Terbarukan
pengembangan
SDA terbarukan lebih diutamakan;
8. Kurangi
pemanfaatan zat derivative
menghindari
penggunaan bahan-bahan tambahan yang hanya akan menambah jumlah limbah;
9. Katalis
menggunakan
katalis yang selektif;
10. Rancang
degradasinya
Produk
kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diuraikan di akhir
fungsinya;
11. Pemantauan
keamanan secara real-time
Harus
dilakukan pemantauan dan pencegahan terbentuknya zat berbahaya secara langsung
pada setiap tahap dari proses sintesis;
12. Penerapan
kimia aman
meminimalkan
potensi kecelakaan, seperti timbulnya emisi zat berbahaya, ledakan, dan
kebakaran.
Kedua belas prinsip ini diharapkan dapat
menjiwai perancangan proses kimia, baik sintesis maupun aplikasi. Prinsip
pertama merupakan ruh kimia hijau, didukung oleh prinsipprinsip berikutnya yang
pada dasarnya menekankan pada efisiensi bahan dan energi, memaksimalkan
penggunaan bahan terbarukan, pemanfaatan limbah, menghindari bahan beracun dan atau
berbahaya, mengurangi emisi zat berbahaya, dan mengutamakan diperoleh bahan
yang mudah terurai dan aman jika dibuang ke lingkungan (Fajaroh, 2018).
Implementasi kimia hijau dalam bidang
industry dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut/pereaksi yang ramah
lingkungan, mendaur ulang pelarut organic, menggunakan cairan super kritik,
atau menggunakan ionic liquid (ion cair). Selain itu dalam pengolahan limbah
tidak menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan mikroorganisme
(biodegradasi). Kondisi ini menjadi tantangan, terutama untuk ahli kimia yang
menangani proses produksi dalam industry untuk merancang metode yang
menggunakan bahan kimia dengan limbah yang ramah lingkungan. Kombinasi bidang
kimia, teknik kimia dan biologi merupakan cara yang efektif dalam penerapan
kimia hijau. Kerjasama yang baik antara industry, akademisi, dan pemerintah
sangat dibutuhkan untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan untuk
mencapai pembangunan berkelanjutan (Irdhawati, 2016).
Gerakan Green Chemistry juga meningkatkan
pemakaian katalis yang tepat dan mampu mengefisienkan pemakaian energi. Sebab
jika alur proses sintesis dapat dipotong otomatis pemakaian energi dapat
dihemat. Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan
pemanasan global adalah bidang kajian yang dapat diselesaikan Green Chemistry.
Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui, menyebabkan
ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan. Oleh karena itu pemakaian
bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry. Upaya-upaya
yang dilakukan melalui Green Chemistry ialah sintesis bahan bakar yang dapat diperbaharui
secara berkesinambungan baik dari segi ekonomi dan teknologi seperti: teknologi
biomassa, teknologi nanosains, biosolar, efisiensi karbondioksida, kitin, dan
pengolahan limbah (Ulfah, 2013).
Selain itu, saat ini sudah ada Pedoman Pemanfaatan
Biomaterial Berkelanjutan (Sustainable Biomaterials Guidelines) yang memberi
arahan untuk pendekatan komprehensif terhadap siklus produksi, pemanfaatan dan
pengolahan limbah untuk praktik pertanian sampai dengan daur ulang dan
pembuatan pupuk. Pedoman tersebut memberi saran bagaimana mengolah limbah
tumbuhan seperti kayu, rumput kering, tanaman, dan berbagai bahan mentah
pertanian untuk dimanfaatkan kembali. Pedoman tersebut sesuai dengan prinsip
kimia hijau yang ke tujuh yaitu memanfaatkan bahan baku pertanian yang dapat
didaur ulang. Prinsip ini mendasari usaha para ahli kimia untuk memanfaatkan
material yang dapat diperbaharui, seperti bahan bakar biogas dan pakan ternak,
menghemat penggunaan energi, dan memproduksi zat-zat kimia yang ramah
lingkungan pada pengolahan bahan makanan (Mustafa, 2016).
Beberapa aplikasi Green Chemistry yang
memenangkan penghargaan dari Presidential Green Chemistry Challenge Awards yang
didukung ACS Green Chemistry Institute antara lain: Vitamin C (asam askorbat)
untuk proses pembuatan polimer, Professor Krzysztof Matyjaszewski dari Carnegie
Mellon University telah mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan. Proses
yang ditelitinya disebut Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) yang biasa
dilakukan untuk proses pembuatan polimer. Proses ATRP ini dilakukan dengan
Vitamin C sebagai pereduksi.Hal ini menghemat pemakaian katalis serta aman bagi
lingkungan (Ulfah, 2013).
Demikian, manfaat kimia hijau
adalah mengusahakan proses-proses kimia yang lebih ekonomis karena biaya
produksi dan regulasi yang lebih rendah, efisien dalam penggunaan energi,
pengurangan limbah produksi, pengurangan kecelakaan, produk yang lebih aman,
tempat kerja dan komunitas yang lebih sehat, perlindungan terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan, dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif atas produk
yang dihasilkan. Dengan memperhatikan dan menerapkan pendekatan atau teknologi
kimia hijau akan menghasilkan tempat kerja yang lebih aman bagi para pekerja
industri, risiko-risiko yang jauh lebih sedikit bagi komunitas di sekitar
lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman bagi pengguna/pembeli (Mustafa,
2016).
KESIMPULAN
Kimia
hijau merupakan perancangan kembali produk kimia dan prosesnya dengan tujuan
mereduksi atau mengeliminasi setiap pengaruh negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Pendekatan kimia hijau berusaha meminimalisir zat berbahaya,
pemanfaatan katalis yang aman untuk reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen
yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan
efisiensi pada tingkat atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan.
Usaha
untuk menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan
dan penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan
kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau
pada tingkat dunia dan Indonesia telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk
penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan
dan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fajaroh, Fauziatul.
2018. Sintesis Nanopartikel dengan Prinsip Kimia Hijau. Malang :
Universitas Negeri Malang. Dalam http://kimia.fmipa.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/Hal-24-32-FAUZIATUL.pdf
(Diakses 13 November 2021)
Fatimah,
Is. (2019). Kimia Hijau Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Berbagai
Lini. Dalam https://www.uii.ac.id/kimia-hijau-wujudkan-pembangunan-berkelanjutan-di-berbagai-lini/
(Diakses 14 November 2021)
Irdhawati.
2016. Kimia Hijau Dalam Bidang Industri dan Pengolahan Limbah.
Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Udayana. Bali. Dalam https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/150692202ce624f395662795e73f87ea.pdf
(Diakses 13 November 2021)
Manahan,
Stanley E. 2006. Green Chemistry And The Ten Commandments Of
Sustainability. International Standard Book 2nd edition. ChemChar
Research, Inc Publishers Columbia, Missouri U.S.A. Dalam https://www.asdlib.org/onlineArticles/ecourseware/Manahan/GreenChem-2.pdf (Diakses
13 November 2021)
Mustafa,
Dina. 2016. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di
Perkotaan. Jakarta : Universitas Terbuka. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf
(Diakses 13 November 2021)
Ulfah,
Maria., dkk. 2013. Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada
Program Studi Pendidikan Biologi. Semarang : FPMIPA IKIP PGRI.
Dalam https://media.neliti.com/media/publications/175568-ID-konsep-pengetahuan-lingkungan-green-chem.pdf (Diakses
13 November 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.