Oleh: Clara Elva Novita (@T04-Clara)
ABSTRAK
Kimia hijau merupakan
perancangan kembali produk kimia dan prosesnya dengan tujuan mereduksi atau
mengeliminasi setiap pengaruh negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Kimia
hijau memanfaatkan pengetahuan kimia yang berlaku untuk proses produksi,
penggunaan, dan pembuangan akhir bahan kimia dengan cara meminimalkan
penggunaan bahan yang dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Hal ini
tercantum dalam prinsip kimia hijau.
Kata kunci: kimia hijau, lingkungan, prinsip kimia hijau
ABSTRACT
Green
chemistry is the redesign of chemical products and processes with the aim of
reducing or eliminating any negative effects on the environment and health.
Green chemistry utilizes chemical knowledge applicable to the production, use
and final disposal of chemicals by
minimizing the use of materials that can
cause harm to the environment. This is stated in the principles of green
chemistry.
Keywords: green chemistry, environment, principles of green chemistry
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini, orang mulai sadar akan
pentingnya kelestarian lingkungan. Banyak hal yang mulai dilakukan oleh
masyarakat maupun pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dengan kemajuan
teknologi yang ada, usaha yang dilakukan untuk menjaga lingkungan terbilang
cukup maju dan cepat. Salah satunya adalah kimia hijau (green chemistry).
Menurut Oberlin (2008), bahwa kimia
hijau merupakan perancangan kembali produk kimia dan prosesnya dengan tujuan
mereduksi atau mengeliminasi setiap pengaruh negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Sebagai contoh dari proyek kimia hijau adalah untuk menemukan bahan
yang tidak beracun (non-toksis), pelarut pengganti yang tidak mudah menguap, mengembangkan
katalisis baru dan bahan-bahan yang ramah lingkungan.
Penerapan kimia hijau
dimulai dengan pernyataan mengenai proses produksi yang hasil akhirnya memiliki
sisa produk kimia merupakan hal yang tidak tepat. Untuk mencapai sasaran dan
fungsinya, kimia hijau dapat memodifikasi dan mendesain ulang produk dan proses
kimia, dengan tujuan utama untuk meminimalkan limbah dan penggunaan bahan yang
berbahaya. Pada prinsipnya, kimia
hijau memanfaatkan pengetahuan kimia yang berlaku untuk proses produksi,
penggunaan, dan pembuangan akhir bahan kimia dengan cara meminimalkan
penggunaan bahan yang dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Mengapa kimia
hijau menjadi hal yang bisa membantu pelestarian lingkungan?
2.
Apa saja prinsip
kimia hijau?
3.
Bagaimana contoh
penerapan kimia hijau dalam kehidupan?
TUJUAN
1.
Mengetahui
alasan kimia hijau dapat membantu pelestarian lingkungan.
2.
Mengetahui
prinsip kimia hijau.
3.
Memahami contoh
penerapan kimia hijau dalam kehidupan.
PEMBAHASAN
Kimia hijau bertujuan
mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan dan sesuai
dengan pembangunan berkelanjutan.
Menurut Maria dkk, bahwa Green
Chemistry adalah pemikiran mengenai kimia untuk
menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Green
Chemistry bukanlah cabang ilmu kimia baru tetapi cara pandang atau strategi
dalam kaitannya dengan pemanfaatan kimia. Pada tahun-tahun belakangan ini, Green Chemistry telah diterapkan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian dan aktivitas industri.
Menurut Stanley (2005), bahwa kimia hijau dapat
didefinisikan sebagai praktik ilmu kimia dan manufaktur dengan cara yang
berkelanjutan, aman, dan tidak menimbulkan polusi dan yang mengkonsumsi bahan
dan energi dalam jumlah minimum sambil menghasilkan sedikit atau tanpa bahan
limbah. Praktik kimia hijau dimulai
dengan pengakuan bahwa produksi, pemrosesan, penggunaan, dan akhirnya
pembuangan produk kimia dapat menyebabkan kerusakan jika dilakukan secara tidak
benar
Aplikasi kimia hijau berpedoman pada dua belas prinsip (Anastas & Warner, 1998), yaitu:
- Pencegahan limbah: mencegah lebih diutamakan daripada meremediasi limbah.
- Memaksimalkan atom ekonomi: metode sintesis hendaknya dirancang stoikiometris, menjamin semua bahan baku menjadi produk.
- Minimalkan zat kimia berbahaya: Sintesis zat kimia diupayakan menggunakan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas serendah mungkin.
- Merancang zat kimia fungsional yang aman: proses sintesis didesain sedemikian rupa hingga diperoleh hasil yang sesuai yang diinginkan namun dengan seminimal mungkin menghasilkan bahan toksik.
- Penggunaan pelarut dan zat pelengkap yang aman: menghindari penggunaan zat tambahan berbahaya (misalnya pelarut, agen pemisahan agen).
- Efisiensi energi: meminimalkan kebutuhan energi dari proses kimia, jika memungkinkan, proses sintetis dilakukan pada suhu dan tekanan ambien.
- Penggunaan bahan baku terbarukan: pengembangan SDA terbarukan lebih diutamakan.
- Kurangi pemanfaatan zat derivatif : menghindari penggunaan bahan-bahan tambahan yang hanya akan menambah jumlah limbah.
- Katalis: menggunakan katalis yang selektif.
- Rancang degradasinya: Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diuraikan di akhir fungsinya.
- Pemantauan keamanan secara real-time: Harus dilakukan pemantauan dan pencegahan terbentuknya zat berbahaya secara langsung pada setiap tahap dari proses sintesis.
- Meminimalkan potensi kecelakaan: seperti timbulnya emisi zat berbahaya, ledakan, dan kebakaran.
Menurut Fauziatul (2018), bahwa kedua
belas prinsip ini diharapkan dapat menjiwai perancangan proses kimia, baik
sintesis maupun aplikasi. Prinsip pertama merupakan ruh kimia hijau, didukung
oleh prinsip-prinsip
berikutnya yang pada dasarnya menekankan pada efisiensi bahan dan energi,
memaksimalkan penggunaan bahan terbarukan, pemanfaatan limbah, menghindari
bahan beracun dan atau berbahaya, mengurangi emisi zat berbahaya, dan
mengutamakan diperoleh bahan yang mudah terurai dan aman jika dibuang ke
lingkungan.
Penerapan kimia hijau sudah banyak digunakan diseluruh
dunia, seperti SOLTEX yang merupakan perusahaan yang
memproduksi minyak dan pelumas sintetik dari Texas berhasil meraih penghargaan
tahun 2015 untuk kategori Greener Reaction Conditions, berhasil mengembangkan
proses reaksi kimia baru yang menghilangkan penggunaan air dan mengurangi bahan
kimia berbahaya dalam produksi aditif untuk pelumas dan bensin. Jika digunakan
secara luas, teknologi ini memiliki potensi untuk menghilangkan jutaan galon
air limbah per tahun dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya sampai 50
persen.
Sedangkan, Hybrid Coating
Teknologi I Nanotech Industri Daly City dari California, berhasil meraih
penghargaan tahun 2015 untuk katagori Designing Greener Chemicals. Inovasinya
berupa pengembangan poliuretan nabati untuk digunakan pada lantai, furniture
dan pelapis/ busa. Teknologi ini dapat mensubstitusi penggunaan isosianat, yang
dikenal menyebabkan gangguan terhadap kulit dan organ pernapasan (termasuk
memicu asma). Poliuretan nabati yang sudah di produksi, penggunaanya dapat
mengurangi Voltile Organic Compound (VOC) dan menurunkan biaya produksi, dan
lebih aman bagi manusia dan lingkungan.
KESIMPULAN
Kimia hijau bertujuan
mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan dan sesuai
dengan pembangunan berkelanjutan.
Ada 12 prinsip dalam pengaplikasian kimia hijau. Mulai dari prinsip
pertama yang didukung oleh prinsip-prinsip berikutnya yang
pada dasarnya menekankan pada efisiensi bahan dan energi, memaksimalkan
penggunaan bahan terbarukan, pemanfaatan limbah, menghindari bahan beracun dan
atau berbahaya, mengurangi emisi zat berbahaya, dan mengutamakan diperoleh
bahan yang mudah terurai dan aman jika dibuang ke lingkungan. Semua prinsip itu yang membuat kimia hijau bisa
membantu dalam upaya pelestarian lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Fajaroh,
Fauziatul. 2018. Sintesis Nanopartikel dengan Prinsip Kimia Hijau. Prosiding Seminar Nasional Kimia dan
Pembelajarannya. Malang: Universitas Negeri Malang
Hidayat,
Atep Afia. 2021. Industri Kimia di Masa Depan. Dalam Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri.
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana.
Manahan, Stanley
E. 2005. Green Chemistry and The Ten
Commandments of Sustainability. Columbia: ChemChar Research, Inc.
Sidjabat, Oberlin. 2008. Pengembangan Teknologi
Bersih dan Kimia Hijau dalam Meminimalisasi Limbah Industri. Lembaran Publikasi LEMIGAS Vol.42 No.1 hal:
45-50.
Ulfah,
M., Rahayu, P., & Dewi, L. R. 2013. Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry pada Program Studi
Pendidikan Biologi. Seminar Nasional X
Pendidikan Biologi FKIP UNS 2013 Vol. 10, No. 3, 18-185. Universitas
Sebelas Maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.