Laman

Senin, 15 November 2021

PENTINGNYA KIMIA HIJAU

 Oleh: Anandha Ivana Larasati (@T07-Anandha)

ABSTRAK

Setiap manusia bertanggungjawab untuk mempertimbangkan kemaslahan umat, terutama generasi yang akan datang, dengan tidak menimbulkan kerusakan bagi kehidupan di bumi. Karena itu, dalam perspektif pembangunan industri dan pembangunan masyarakat, konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) perlu diperhatikan, bahkan dimulai dati diri sendiri.

Pembangunan harus mempertemukan ketercukupan kebutuhan saat ini dengan kebutuhan generasi yang akan datang. Dengan kata lain, sumber daya alam ini bukan warisan, melainkan titipan untuk anak cucu. Karena itu, kimia hijau (green chemistry) berperan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada berbagai lini

Kata kunci: kimia hijau, konsep, prinsip, penerapan

ABSTRACT

Every human being is responsible for considering the well-being of the people, especially future generations, without causing any harm to life on earth. Therefore, in the perspective of industrial development and community development, the concept of sustainable development needs to be considered, even starting with oneself.

Development must bring together the adequacy of current needs with the needs of future generations. In other words, this natural resource is not an inheritance, but a gift for posterity. Therefore, green chemistry plays a role to realize sustainable development on various

Keywords: green chemistry, concepts, principles, applications.

 

PENDAHULUAN

Menurut Prof. Is Fatimah (2019), aktivitas industri kimia acapkali dianggap sebagai biang keladi dari adanya dampak negatif tersebut. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa setiap aktivitas kita tentu tidak lepas dari bahan kimia. Jumlah dan variasi produk kimia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari tumbuh dengan cepat. Untuk memproduksi material atau bahan baru, terkadang senyawa baru digunakan yang barangkali memiliki efek kesehatan yang belum diketahui atau bahkan merugikan. Kimia hijau berperan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan pada berbagai lini, yang didasarkan pada 12 (dua belas) prinsip meliputi: Pencegahan (Waste prevention), Atom economy, Sintesis bahan kimia rendah bahaya (Less hazardous chemical synthesis), Desain bahan kimia aman (Designing safer chemicals), Pelarut dan bahan tambahan aman (Safer solvents and auxiliaries).

Selanjutnya yakni Desain untuk efisiensi energi (Design for energy efficiency), Penggunaan bahan terbarukan (Use of renewable feedstocks), Pengurangan produk turunan/derivative (Reduce derivatives), Katalisis (Catalysis), Desain untuk degradasi (Design for degradation), Analisis sewaktu untuk pencegahan polusi (Real-time analysis for pollution prevention), dan Pencegahan kecelakaan akibat bahan kimia secara inheren (Inherently safer chemistry for accident prevention).

 

RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan kimia hijau?

2.      Apa yang dimaksud konsep kimia hijau?

3.      Bagaimana penerapan kimia hijau?

4.      Apa manfaat dari penerapan kimia hijau?

 

 TUJUAN

1.      Untuk mengetahui pengertian kimia hijau

2.      Untuk memahami konsep kimia hijau

3.      Untuk mengetahui penerapan kimia hijau

4.      Untuk mengetahui manfaat dari penerapan kimia hijau

 

PEMBAHASAN

Istilah 'Kimia Hijau' diciptakan pada 1991 oleh Anastas dari Lembaga Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika Serikat. Tetapi ini tidak berarti bahwa gerakan kimia hijau tidak ada sebelum awal 1990-an tersebut. Beberapa negara telah mulai menjalankan prinsip-prinsip kimia hijau di tahun-tahun sebelumnya dipicu oleh kekhawatiran mulai terganggunya keseimbangan alam dan lingkungan, ancaman terhadap ketersediaan air bersih, dan menipisnya cadangan energi (Fajaroh, 2018).

Kimia hijau dapat didefinisikan sebagai praktik ilmu kimia dan manufaktur dengan cara yang berkelanjutan, aman, dan tidak berpolusi dan yang mengkonsumsi jumlah minimum bahan dan energi sambil menghasilkan sedikit atau tidak ada bahan limbah. Praktek kimia hijau dimulai dengan pengakuan bahwa produksi, pengolahan, penggunaan, dan akhirnya pembuangan produk kimia dapat menyebabkan kerusakan bila dilakukan secara tidak benar. Dalam mencapai tujuannya, kimia hijau dan teknik kimia hijau dapat memodifikasi atau sepenuhnya mendesain ulang produk dan proses kimia dengan tujuan meminimalkan limbah dan penggunaan atau pembuatan bahan yang sangat berbahaya. Mereka yang berlatih kimia hijau mengakui bahwa mereka bertanggung jawab atas efek apa pun di dunia yang mungkin dimiliki oleh bahan kimia atau proses kimia mereka. Jauh dari regresif secara ekonomi dan hambatan pada keuntungan, kimia hijau adalah tentang meningkatkan keuntungan dan mempromosikan inovasi sambil melindungi kesehatan manusia dan lingkungan (Manahan, 2005). Kimia hijau sering juga disebut kimia ramah lingkungan (Environmental benign Chemistry), kimia bersih (Clean Chemistry), ekonomi atom (atom economy), kimia yang dirancang jinak/ramah (benign-by-designchemistry) (Fajaroh, 2018).

Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan. Pendekatan kimia hijau bertujuan untuk menghilangkan dampak buruk zat kimia sejak pada proses perancangan. Praktik pencegahan bahaya dari sejak awal proses pembuatan zat kimia akan bermanfaat bagi kesehatan manusia dan lingkungan, yang meliputi proses perancangan, produksi, penggunaan atau penggunaan kembali, dan pembuangan limbah yang dihasilkan (Mustafa, 2016).

Konsep kimia hijau biasanya ditampilkan sebagai gabungan dari 12 prinsip yang diusulkan oleh Anastas dan Warner (Anastas & Warner, 1998), apabila diterapkan dapat menunjukkan bagaimana produksi zat kimia dapat memfasilitasi kesehatan manusia dan lingkungan, dengan tetap memperhatikan efisiensi dan keuntungan. Kedua belas prinsip kimia hijau itu adalah:

1.      Pencegahan

mencegah lebih diutamakan daripada meremediasi limbah;

2.      Atom ekonomi

metode sintesis hendaknya dirancang stoikiometris, menjamin semua bahan baku menjadi produk;

3.      Minimalkan zat kimia berbahaya

Sintesis zat kimia diupayakan menggunakan dan menghasilkan zat-zat dengan toksisitas serendah mungkin;

4.      Merancang zat kimia fungsional yang aman

proses sintesis didesain sedemikian rupa hingga diperoleh hasil yang sesuai yang diinginkan namun dengan seminimal mungkin menghasilkan bahan toksik

5.      Penggunaan pelarut dan zat pelengkap yang aman

menghindari penggunaan zat tambahan berbahaya (misalnya pelarut, agen pemisahan agen);

6.      Efisiensi energy

meminimalkan kebutuhan energi dari proses kimia, jika memungkinkan, proses sintetis dilakukan pada suhu dan tekanan ambien;

7.      Penggunaan bahan mentah Terbarukan

pengembangan SDA terbarukan lebih diutamakan;

8.      Kurangi pemanfaatan zat derivative

menghindari penggunaan bahan-bahan tambahan yang hanya akan menambah jumlah limbah;

9.      Katalis

menggunakan katalis yang selektif;

10.  Rancang degradasinya

Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga mudah diuraikan di akhir fungsinya;

11.  Pemantauan keamanan secara real-time

Harus dilakukan pemantauan dan pencegahan terbentuknya zat berbahaya secara langsung pada setiap tahap dari proses sintesis;

12.  Penerapan kimia aman

meminimalkan potensi kecelakaan, seperti timbulnya emisi zat berbahaya, ledakan, dan kebakaran.

Kedua belas prinsip ini diharapkan dapat menjiwai perancangan proses kimia, baik sintesis maupun aplikasi. Prinsip pertama merupakan ruh kimia hijau, didukung oleh prinsipprinsip berikutnya yang pada dasarnya menekankan pada efisiensi bahan dan energi, memaksimalkan penggunaan bahan terbarukan, pemanfaatan limbah, menghindari bahan beracun dan atau berbahaya, mengurangi emisi zat berbahaya, dan mengutamakan diperoleh bahan yang mudah terurai dan aman jika dibuang ke lingkungan (Fajaroh, 2018).

Implementasi kimia hijau dalam bidang industry dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut/pereaksi yang ramah lingkungan, mendaur ulang pelarut organic, menggunakan cairan super kritik, atau menggunakan ionic liquid (ion cair). Selain itu dalam pengolahan limbah tidak menggunakan bahan kimia, tetapi menggunakan mikroorganisme (biodegradasi). Kondisi ini menjadi tantangan, terutama untuk ahli kimia yang menangani proses produksi dalam industry untuk merancang metode yang menggunakan bahan kimia dengan limbah yang ramah lingkungan. Kombinasi bidang kimia, teknik kimia dan biologi merupakan cara yang efektif dalam penerapan kimia hijau. Kerjasama yang baik antara industry, akademisi, dan pemerintah sangat dibutuhkan untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan (Irdhawati, 2016).

Gerakan Green Chemistry juga meningkatkan pemakaian katalis yang tepat dan mampu mengefisienkan pemakaian energi. Sebab jika alur proses sintesis dapat dipotong otomatis pemakaian energi dapat dihemat. Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan global adalah bidang kajian yang dapat diselesaikan Green Chemistry. Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui, menyebabkan ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan. Oleh karena itu pemakaian bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry. Upaya-upaya yang dilakukan melalui Green Chemistry ialah sintesis bahan bakar yang dapat diperbaharui secara berkesinambungan baik dari segi ekonomi dan teknologi seperti: teknologi biomassa, teknologi nanosains, biosolar, efisiensi karbondioksida, kitin, dan pengolahan limbah (Ulfah, 2013).

Selain itu, saat ini sudah ada Pedoman Pemanfaatan Biomaterial Berkelanjutan (Sustainable Biomaterials Guidelines) yang memberi arahan untuk pendekatan komprehensif terhadap siklus produksi, pemanfaatan dan pengolahan limbah untuk praktik pertanian sampai dengan daur ulang dan pembuatan pupuk. Pedoman tersebut memberi saran bagaimana mengolah limbah tumbuhan seperti kayu, rumput kering, tanaman, dan berbagai bahan mentah pertanian untuk dimanfaatkan kembali. Pedoman tersebut sesuai dengan prinsip kimia hijau yang ke tujuh yaitu memanfaatkan bahan baku pertanian yang dapat didaur ulang. Prinsip ini mendasari usaha para ahli kimia untuk memanfaatkan material yang dapat diperbaharui, seperti bahan bakar biogas dan pakan ternak, menghemat penggunaan energi, dan memproduksi zat-zat kimia yang ramah lingkungan pada pengolahan bahan makanan (Mustafa, 2016).

Beberapa aplikasi Green Chemistry yang memenangkan penghargaan dari Presidential Green Chemistry Challenge Awards yang didukung ACS Green Chemistry Institute antara lain: Vitamin C (asam askorbat) untuk proses pembuatan polimer, Professor Krzysztof Matyjaszewski dari Carnegie Mellon University telah mengembangkan pelarut yang aman bagi lingkungan. Proses yang ditelitinya disebut Atom Transfer Radical Polymerization (ATRP) yang biasa dilakukan untuk proses pembuatan polimer. Proses ATRP ini dilakukan dengan Vitamin C sebagai pereduksi.Hal ini menghemat pemakaian katalis serta aman bagi lingkungan (Ulfah, 2013).

Demikian, manfaat kimia hijau adalah mengusahakan proses-proses kimia yang lebih ekonomis karena biaya produksi dan regulasi yang lebih rendah, efisien dalam penggunaan energi, pengurangan limbah produksi, pengurangan kecelakaan, produk yang lebih aman, tempat kerja dan komunitas yang lebih sehat, perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif atas produk yang dihasilkan. Dengan memperhatikan dan menerapkan pendekatan atau teknologi kimia hijau akan menghasilkan tempat kerja yang lebih aman bagi para pekerja industri, risiko-risiko yang jauh lebih sedikit bagi komunitas di sekitar lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman bagi pengguna/pembeli (Mustafa, 2016).

 

KESIMPULAN

Kimia hijau merupakan perancangan kembali produk kimia dan prosesnya dengan tujuan mereduksi atau mengeliminasi setiap pengaruh negatif terhadap lingkungan dan kesehatan. Pendekatan kimia hijau berusaha meminimalisir zat berbahaya, pemanfaatan katalis yang aman untuk reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi pada tingkat atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan.

Usaha untuk menerapkan kimia hijau untuk menghasilkan produk industri untuk bangunan dan penggantian zat kimia berbahaya yang digunakan pada berbagai industri dan kesehatan telah dilakukan. Berbagai peraturan mengenai penerapan kimia hijau pada tingkat dunia dan Indonesia telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Fajaroh, Fauziatul. 2018. Sintesis Nanopartikel dengan Prinsip Kimia Hijau. Malang : Universitas Negeri Malang. Dalam http://kimia.fmipa.um.ac.id/wp-content/uploads/2019/04/Hal-24-32-FAUZIATUL.pdf (Diakses 13 November 2021)

Fatimah, Is. (2019). Kimia Hijau Wujudkan Pembangunan Berkelanjutan di Berbagai Lini. Dalam https://www.uii.ac.id/kimia-hijau-wujudkan-pembangunan-berkelanjutan-di-berbagai-lini/ (Diakses 14 November 2021)

Irdhawati. 2016. Kimia Hijau Dalam Bidang Industri dan Pengolahan Limbah. Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana. Bali. Dalam https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/150692202ce624f395662795e73f87ea.pdf (Diakses 13 November 2021)

Manahan, Stanley E. 2006. Green Chemistry And The Ten Commandments Of Sustainability. International Standard Book 2nd edition. ChemChar Research, Inc Publishers Columbia, Missouri U.S.A. Dalam https://www.asdlib.org/onlineArticles/ecourseware/Manahan/GreenChem-2.pdf (Diakses 13 November 2021)

Mustafa, Dina. 2016. Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan. Jakarta : Universitas Terbuka. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf (Diakses 13 November 2021)

Ulfah, Maria., dkk. 2013. Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada Program Studi Pendidikan Biologi. Semarang :  FPMIPA IKIP PGRI. Dalam https://media.neliti.com/media/publications/175568-ID-konsep-pengetahuan-lingkungan-green-chem.pdf (Diakses 13 November 2021)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.