.

Senin, 15 November 2021


Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan

Oleh : Marisa Rezzy Rachmawati (T08-Marisa)



 

Abstrak

Perkembangan dan pemanfaatan zat-zat kimia yang tanpa kendali, menyebabkan tubuh manusia terkontaminasi oleh sejumlah besar zat kimia sintetis hasil industrialisasi, banyak diantaranya telah diketahui bersifat racun dan penyebab kanker. Zat-zat tersebut masuk ke tubuh manusia melalui produk yang tidak disebutkan sebagai komponen penyusun atau ingredients pada produk-produk makanan atau aditif, makanan yang terkontaminasi zat kimia, udara, air dan debu.

Kata kunci : Perkembangan, Zat Kimia.

 

Abstract

The development and use of chemicals that are not controlled, causing the human body to be contaminated by a large number of synthetic chemicals resulting from industrialization, many of which have been known to be toxic and cause cancer. These substances enter the human body through products that are not mentioned as constituent components or ingredients in food products or additives, food contaminated with chemicals, air, water and dust.

Keywords : Development, Chemicals.

 

Pendahuluan

Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau berlaku untuk seluruh siklus hidup produk kimia, termasuk desain, manufaktur, penggunaan, dan pembuangan akhir. Kimia Hijau dikenal juga sebagai Kimia Berkelanjutan (Sustainable Chemistry). Dalam hal ini Kimia Hijau merupakan konsep dan pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Kimia Hijau bukanlah cabang ilmu kimia baru, namun merupakan cara pandang atau strategi dalam kaitannya dengan pemanfaatan kimia.

Salah satu prinsip dari kimia hijau adalah mengutamakan pemanfaatan zat-zat alternatif dan terbarukan termasuk pemanfaatan limbah pertanian atau biomass atau produk-produk biologis yang tidak terkait dengan bahan pangan. Secara umum reaksi-reaksi kimia dari bahan-bahan alternatif ini sangat kurang bahayanya dibandingkan jika menggunakan petroleum. Prinsip berikutnya adalah pencegahan limbah, sintesa kimia yang kurang atau tidak berbahaya, dan perancangan zat kimia yang tidak atau kurang berbahaya termasuk pelarut yang lebih aman. Prinsip lain berfokus pada perancangan produk-produk kimia yang mudah dan aman terurai di 180 Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle yang Berkualitas lingkungan dan efisiensi dan penyederhanaan proses-proses kimia. Lebih jauh lagi, karena proses-proses dalam kimia hijau jauh lebih efisien, maka perusahaan akan menggunakan lebih sedikit bahan mentah dan energi sekaligus menghemat dana untuk pembuangan limbah.

Banyak usaha yang mulai memperhatikan pendekatan kimia hijau. Perusahaan bangunan memanfaatkan bahan bangunan yang ramah lingkungan dan menghindari bahan yang terbukti berbahaya bagi kesehatan seperti asbes. Usaha pencucian baju atau laundry juga sudah mengganti pelarut bahan kimia untuk dry cleaning, dari Perchloroethylene (PERC) – Cl2C=CCl2 –, dengan CO2 cair dan surfaktan (Dhage, 2013). PERC terbukti berbahaya bagi air tanah dan diduga bersifat karsinogenik, seperti hampir semua pelarut yang mengandung halogen.

Perkembangan dan pemanfaatan zat-zat kimia yang tanpa kendali, menyebabkan tubuh manusia terkontaminasi oleh sejumlah besar zat kimia sintetis hasil industrialisasi, banyak diantaranya telah diketahui bersifat racun dan penyebab kanker. Zat-zat tersebut masuk ke tubuh manusia melalui produk yang tidak disebutkan sebagai komponen penyusun atau ingredients pada produk-produk makanan atau aditif, makanan yang terkontaminasi zat kimia, udara, air dan debu. Bahkan, janin yang tumbuh di perut ibu juga sudah terpapar langsung oleh zat kimia melalui makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi oleh ibu. Pada akhirnya banyak zat kimia yang masuk ke rantai makanan dan tersirkulasi ke seluruh dunia.

Konsep  kimia  hijau  biasanya  ditampilkan  sebagai  gabungan  dari  12 prinsip yang diusulkan oleh Anastas dan Warner  (Anastas  & Warner, 1998), apabiladiterapkan dapat menunjukkan bagaimana produksi zat kimia dapat memfasilitasi     kesehatan manusia dan lingkungan, dengan tetap memperhatikan  efisiensi  dan  keuntungan.  Kedua  belas  prinsip  kimia  hijau itu  adalah:

1. Pencegahan limbah.

2. Memaksimalkan ekonomi atom.

3. Perancangan sintesis dengan bahan kimia yang tidak.

4. Perancangan bahan dan Produk kimia yang aman.

5. Perancangan untuk efisiensi energi.

6. Pelarut dan senyawa pembantu yang ramah lingkungan (Pelarut Hijau).

7. Penggunaan bahan baku (bahan dasar atau bahan mentah) terbarukan.

8. Mengurangi tahapan reaksi atau derivative.

9. Katalisis.

10. Rancangan untuk degradasi (peruraian).

11. Analisis seketika (real time) untuk pencegahan polusi.

12. Minimalisir potensi kecelakaan.

 

Permasalahan

1.       Apakah Kimia Hijau memiliki peran besar di Masa depan?

2.       Apakah perbedaan antara kimia hijau dan kimia lingkungan?

 

 

Pembahasan

Bahan kimia memainkan peran penting dalam masyarakat modern. Jika tidak digunakan dengan benar, efeknya bisa membawa malapetaka baru yang tak sebanding dengan manfaat. Produk-produk seperti deterjen untuk mencuci pakaian hingga pasta gigi yang membersihkan mulut adalah contoh nyata peran bahan kimia dalam kehidupan modern. integral dalam masyarakat. Rata-rata produk bahan kimia yang umum ditemukan dipasaran adalah hasil olahan minyak mentah. Ratusan molekul hidrokarbon yang dikandung minyak bumi dipisahkan oleh pabrik petrokimia menjadi bahan baku plastik, sabun cuci dan sabun mandi, pelarut, serat, dsb. etelah memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia ternyata bahan kimia berbasis fosil ini tak mampu diuraikan secara alami oleh ekosistem. Kemudian timbul permasalahan baru yang tak kunjung ditemukan jalan keluarnya, yaitu sampah dan limbah B3.

Lalu munculkan konsep kimia hijau yang menjadi cabang ilmu kimia baru dan mulai berkembang pada era 1990an. Ketika itu gerakan enviromentalisme mulai fokus pada tindakan pencegahan polusi seiring dengan bangkitnya kesadaran akan bahaya dari perubahan iklim akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah memperkirakan bahwa paparan bahan kimia tertentu telah mengakibatkan hilangnya 1,6 juta nyawa manusia pada tahun 2016. Hal ini pula yang kemudian mendorong kembali implementasi prinsip kimia hijau yang berkelanjutan. Untuk dapat dimaklumi bahwa limbah, pada tatanan konsep, harus dimaknai sebagai buatan manusia. Alam semesta tidak pernah mengenal yang namanya limbah, karena setiap residu yang dihasilkan oleh satu jenis spesies akan digunakan sebagai bahan baku bagi spesies lainnya. Bagaimana caranya supaya industri bahan kimia mampu menciptakan siklus berkelanjutannya sendiri? Tentunya diperlukan perencanaan rantai pasok yang sedemikian sehingga prinsip 3R (mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur-ulang) dapat terlaksana. Secara ringkas istilah kimia hijau ini dapat dimaknai sebagai serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menemukan metode baru dalam pembuatan produk bahan kimia sehingga kehadiran zat berbahaya dan beracun bagi lingkungan hidup dapat diminimalkan. Tanpa kehadiran limbah beracun maka industri bahan kimia otomatis juga diuntungkan karena dapat menghemat biaya pengolahan limbah yang terkadang bisa mencapai 5 USD per kg. Namun demikian konsep kimia hijau tampaknya lebih fokus pada pemenuhan permintaan akhir daripada mencari cara agar konsumsi berkurang. Berbeda dengan konsep energi bersih yang sangat menekankan aspek efisiensi agar manfaat dari setiap 1 unit energi yang digunakan dapat menghasilkan produk yang maksimal. Adapun simbiosis mutualisme kimia hijau dan energi bersih timbul sebagai akibat dari kesepakatan kedua konsep tersebut untuk meninggalkan produk turunan minyak mentah. Apakah kimia hijau bisa punya peran besar di masa depan? Tentu saja karena konsep ini selaras dengan tujuan dari program transisi energi global menuju energi bersih ramah lingkungan. Dalam gagasan energi bersih, minyak mentah ditinggalkan karena faktor emisi karbon sedangkan dalam konsep kimia hijau dihindari karena tak mampu diuraikan secara alami oleh ekosistem. Motivasinya memang berbeda tapi konsep kimia hijau dan energi bersih punya "musuh bersama" yaitu energi fosil. 

            Kimia hijau adalah teknik kimia dimana kita mengelola limbah yang dihasilkan dari proses kimiawi. Oleh karena itu, ini sepenuhnya mencakup pembersihan lingkungan melalui pembuangan limbah kimia. Kami juga menyebutnya kimia berkelanjutan. Apa yang terutama kami pelajari dalam kimia hijau adalah menggunakan bahan kimia dalam jumlah minimum selama proses kimiawi dan untuk meminimalkan pembentukan limbah berbahaya.

Kimia hijau adalah teknik kimia dimana kita mengelola limbah yang dihasilkan dari proses kimiawi. Cabang ilmu kimia ini memiliki 12 prinsip penting yang harus kita ikuti selama proses sintesis kimia. Selain itu, ini melibatkan pengurangan pencemaran pada sumbernya. Kimia lingkungan adalah salah satu cabang ilmu kimia di mana kita mempelajari dan menganalisis proses kimia yang terjadi di alam. Namun tidak memiliki aturan atau prinsip, tetapi memiliki parameter untuk mengukur kualitas air, udara dan tanah. Selain itu Kimia lingkungan berfokus pada efek kimiawi terhadap pencemaran lingkungan. Inilah perbedaan utama antara kimia hijau dan kimia lingkungan.

 

Kesimpulan

Pendekatan kimia hijau  adalah  usaha  penerapan  prinsip  penghilangan dan pengurangan senyawa berbahaya melalui usaha perancangan, produksi,dan    penerapan    produk    kimia.    Pendekatan kimia    hijau    berusaha meminimalisir  zat  berbahaya,  pemanfaatan  katalis  yang  aman  untuk  reaksi dan  proseskimia,  penggunaan  reagen  yang  tidak  beracun,  penggunaan

Peran MSTdalam MendukungUrban LifestyleyangBerkualitas 189 sumber  daya  yang  dapat  diperbaharui,  peningkatan  efisiensi  pada  tingkat atom,   dan   penggunaan   pelarut   yang   ramah   lingkungan.   Usaha   untuk menerapkan kimia hijau   untuk   menghasilkan   produk   industri   untukbangunandan penggantianzat   kimia   berbahaya   yang   digunakan   pada berbagai   industri   dan   kesehatan   telah   dilakukan.   Berbagai   peraturan mengenai  penerapan kimia hijau  pada  tingkat  dunia  dan  Indonesia  telah dibuat. Perlu pengawasan ketat untuk penerapan pendekatan kimia hijau ini untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan. Masih banyak usaha  yang  perlu  dilakukan  untuk  meningkatkan  penelitian,  pendidikan, kebijakan,    dan    penerapan kimia hijau    terutama    tentang    penerapan nanopartikel untuk kesehatan.

 

Daftar pustaka

Hidayat,           Atep Afia.                  2021.           Kimia Hijau. Modul Perkuliahan Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta : Universitas Mercu Buana. (diunduh pada 9 November 2021)

Mustafa,       D.      (2016)    . Kimia Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di PerkotaanHak Cipta© dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang ada pada Universitas Terbuka-Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Jalan Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan-15418 Banten–Indonesia. Dalam link https://core.ac.uk/reader/198236993 diakses pada 15 Nov. 21

Unknown.      2020.       simbiosis – mutualisme- kimia hijau dalam link https://www.energynotes.id/2020/09/simbiosis-mutualisme-kimia-hijau-dan.html. Diakses pada 15 Nov. 21

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.