Oleh:
Farah Dita Salsabila
(@J04-Farah)
Abstrak: Green chemistry atau kimia hijau merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan
polusi. Kimia Hijau dikenal sebagai Kimia Berkelanjutan (Sustainable Chemistry). Dalam hal ini Kimia Hijau merupakan konsep dan pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran. Tujuan Kimia Hijau ialah untuk menghasilkan produk dengan tingkat toksisitas serendah mungkin dan kalau bisa nol dengan memperhatika secara seksama setiap langkah selama kegiatan produksi berlangsung.
Kata kunci: Kimia hijau, green chemistry
Anastas dan Warner (1998) mengusulkan konsep“The Twelve Principles of Green Chemistry” yang digunakan sebagai acuan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang ramah lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh Anastas dan Warner :
1. Mencegah timbulnya limbah dalam proses
Lebih baik mencegah daripada
menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul setelah proses
sintesis, karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat besar.
2. Mendesain produk bahan kimia yang aman
Pengetahuan mengenai struktur kimia
memungkinkan seorang kimiawan untuk mengkarakterisasi toksisitas dari
suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman. Target
utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki
kemampuan dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas
rendah). Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan cara
menurunkan nilai bioavailability.
3. Mendesain proses sintesis yang aman
Metode sintesis yang digunakan harus
didesain dengan menggunakan dan menghasilkan bahan kimia yang tidak
beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau meminimalkan bahaya
terhadap orang yang menggunakan bahan kimia tersebut.
4. Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan
Penggunaan bahan baku yang dapat
diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan bahan baku yang tak
terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan
biasanya berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan
baku tak terbarukan berasal dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi,
gas alam, batu bara, dan bahan tambang lainnya.
5. Menggunakan katalis
Penggunaan katalis memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang meningkat, serta mampu mengurangi produk samping. Peran katalis sangat penting karena diperlukan untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan. Dari sisi green chemistry penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu mengurangi penggunaan reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.
6. Menghindari derivatisasi dan modifikasi sementara dalam reaksi kimia
Derivatisasi yang tidak diperlukan
seperti penggunaan gugus pelindung, proteksi/deproteksi, dan modifikasi
sementara pada proses fisika ataupun kimia harus diminimalkan atau
sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi
memerlukan tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.
7. Memaksimalkan atom ekonomi
Metode sintesis yang digunakan harus
didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang diinginkan dibandingkan
dengan bahan dasar. Atom ekonomi disini
digunakan untuk menilai proporsi produk yang dihasilkan dibandingkan
dengan reaktan yang digunakan. Jika semua reaktan dapat dikonversi
sepenuhnya menjadi produk, dapat dikatakan bahwa reaksi tersebut
memiliki nilai atom ekonomi 100%.
8. Menggunakan pelarut yang aman
Penggunaan bahan kimia seperti pelarut,
ekstraktan, atau bahan kimia tambahan yang lain harus dihindari
penggunaannya atau harus seminimal
mungkin. Penggunaan yang berlebih akan mengakibatkan
polusi yang akan mencemari lingkungan. Ada beberapa metode sintesis baru yang lebih
aman seperti reaksi tanpa menggunakan pelarut ataupun reaksi dalam
media air.
9. Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi
Energi yang digunakan dalam suatu proses
kimia harus mempertimbangkan efek terhadap lingkungan dan aspek
ekonomi. Jika dimungkinkan, reaksi kimia dilakukan dalam suhu ruang dan
menggunakan tekanan. Penggunaan energi alternatif dan efisien dalam
sintesis dapat dilakukan dengan menggunakan menggunakan microwave, ultrasonik dan fotokimia.
10. Mendesain bahan kimia yang mudah terdegradasi
Bahan kimia harus didesain dengan
mempertimbangkan aspek lingkungan, oleh karena itu suatu bahan kimia
harus mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di lingkungan.Seperti
sintesis biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta bahan kimia
lainnya.
11. Penggunaan metode analisis secara langsung untuk mengurangi polusi
Metode analisis yang dilakukan secara
real-time dapat mengurangi pembentukan produk samping yang tidak
diinginkan. Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan metode dan
teknologi analisis yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dalam prosesnya.
12. Meminimalisasi potensi kecelakaan
Bahan kimia yang digunakan dalam reaksi
kimia harus dipilih sedemikian rupa sehingga potensi kecelakaan yang
dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan api
dapat dihindari.
Kesimpulan
Aplikasi penerapan ke-12 prinsip kimia hijau ini masih belum sepenuhnya dilakukan para kimiawan khususnya yang bergerak pada bidang sintesis dalam hal desain reaksi dan metode yang digunakan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pencemaran lingkungan. Marilah kita mulai penelitian yang lebih berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan aspek green chemistry, agar generasi mendatang dapat hidup lebih baik.
Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Yogyakarta: Wahana Resolusi
Anastas, P.,dan Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory and Practice, Oxford University Press, Oxford.
Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh,
R.V., 2008, Gray Chemistry Versus Green Chemistry: Challenges and
Opportunities, Rasayan J.Chem., 1, 1, 68-92.
Anwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau. Dalam http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.