.

Sabtu, 22 September 2018

MY LIGHT, MY COUNTRY, GO PLTAL :)


ABSTRAK
Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masyarakat pesisir yang tidak terjangkau jaringan listrik nasional. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan berbagai upaya diversifikasi energi, seperti pemanfaatan potensi energi arus laut. Tujuannya adalah agar daerah di pesisir pantai yang tidak terjangkau listrik dapat merasakan listrik.
KATA KUNCI: Energi Pembangkit Arus Listrik Laut
Permintaan energi di Indonesia cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Berdasarkan data dari PT.PLN permintaan akan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, terjadi kenaikan permintaan listrik sebesar 6,4%, disusul tahun 2002 menjadi 12,8%. Diprediksikan sepuluh tahun kedepan, kenaikan permintaan menjadi 9% setiap tahunnya. Ironisnya, sumber energi konvensional berupa energi fosil yang merupakan sumber energi utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya. Sampai tahun 2009, sebagian besar kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih dipasok dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Minyak Bumi masih menduduki peringkat tertinggi, yaitu 51,66%. Gas alam menduduki tingkat kedua, yakni 28,57%. Sisanya dipasok dari energi minyak sebesar 15,34% dan energi terbarukan 4,43%.  Ketergantungan terhadap konsumsi energi berbahan bakar fosil dan belum termanfaatkannya sumber energi baru terbarukan merupakan salah satu kelemahan dalam menerapkan pemerataan kebijakan energi. Maka dari itu Indonesia membangun Pembangkit Listrik Arus Laut (PLTAL) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Proyek Independent Power Producer (IPP) ini , terintegrasi  dengan Jembatan Pancasila-Palmerah di Selat Larantuka, Flores Timur, NTT.
Menurut Jonan, ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut pertama dan terbesar di dunia jika listrik yang dihasilkan mencapai 20 MW. Pembangunan PLTAL akan digarap oleh konsorsium Tidal Bridge Indonesia yang terdiri atas dua perusahaan asal Belanda yakni Tidal Bridge BV dan PJB. Keduanya akan bekerja sama dengan mitra lokal di Indonesia. Tidal Bridge mengasumsikan dengan kecepatan arus laut Selat Larantuka rata-rata 3,5 m/s, kapasitas terpasang tiap turbin adalah sebesar 16 MW dengan energi yang dibangkitkan secara efektif sebesar 6 MW. Dengan asumsi pemasangan 5 turbin, maka energi terbangkitkan rata-rata sebesar 30 MW. Jembatan Pancasila Palmerah yang diintegrasikan dengan turbin arus laut di Selat Larantuka itu diperkirakan sepanjang 810 meter. Menghubungkan Pulau Adonara dan Pulau Flores. Selain dapat menghasilkan listrik, Menteri ESDM berharap pembangunan jembatan itu akan membuat Pulau Adonara lebih berkembang sama seperti Pulau Flores. Cara kerjanya yaitu dengan menggerakan turbin karena arus air laut. Pembangunan pembangkit listrik tenaga arus laut ini idealnya pada lokasi selat, atau lokasi-lokasi yang memiliki arus laut tinggi.
Menurut Manunggal salah satu lokasi yang sudah memasang Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut adalah Selat Unshant di Perancis. Selat tersebut memiliki arus laut yang cukup baik sehingga mampu menghidupkan pembangkit listrik arus laut kapasitas 1 MW. Kekurangan dari dibangunnya PLTAL ini adalah biaya investasi satu pembangkit arus laut dengan kapasitas 1 MW masih cukup tinggi dibandingkan dengan pembangkit yang memanfaatkan bahan bakar fosil. Untuk kelebihannya sendiri daerah-daerah tepencil di NTT bisa merasakan listrik.
KESIMPULAN
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin meningkatnya permintaan energi di Indonesia maka dibangunlah PLTAL di Selat Larantuka, Flores Timur, NTT yang terintegrasi  dengan Jembatan Pancasila-Palmerah untuk membantu warga sekitar memperoleh listrik, hanya saja biaya untuk membangunnya masih terbilang tinggi.
Daftar Pustaka
 (foto, 2017)

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.