Oleh : Humairoh
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup sebagai berikut:
Pencemaran air : 31 desa/kelurahanPencemaran tanah: 8 desa/kelurahan
Pencemaran udara : 26 desa/keluraha n
Tidak ada pencemaran : 1512 desa/kelurahan
Menurut data tersebut, tidak terlalu banyak desa/kelurahan yang tercemar, namun ini tetap menjadi perhatian khusus untuk kita semua agar 65 desa/kelurahan yang tercemar bisa teratasi. Lalu apa sih penyebab pencemaran tersebut?
Kegiatan pembangunan juga berkembang pesat di Teluk Doreri, seperti industri, perkebunan, perikanan, pertanian, dan kehutanan. Selain itu intensifnya kegiatan penduduk dan perkembangan pemukiman yang pesat di sekitarnya juga berpengaruh terhadap kondisi perairan tersebut. Teluk Doreri juga merupakan tempat bermuaranya sungai Andai, Wosi, Wirsi, dan Inggandi. Sungai tersebut banyak dimanfaatkan untuk pembuangan limbah rumah tangga. Permasalahan dalam pengelolaan sumber daya perairan adalah soal pencemaran, baik pencemaran fisika, kimia, maupun mikrobiologi. Pencemaran mikrobiologi berupa kehadiran mikrobia yang menyebabkan hilangnya peruntukan suatu lingkungan(Tururaja, 2010)
Aktivitas masyarakat terbanyak dijumpai di sekitar muara Sungai Sanggeng (lokasi II) dan Wosi (lokasi III). Sanggeng merupakan lokasi yang terpadat penduduknya sehingga menyumbangkan limbah yang banyak ke Teluk Doreri. Lokasi muara Sungai Sanggeng dan Wosi berdekatan dengan pasar tradisional yaitu pasar Sanggeng dan pasar Wosi serta Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sehingga banyak sekali terdapat limbah pasar berupa sisa-sisa sayuran dan insang ikan yang langsung dibuang secara langsung ke laut. Kurangnya sarana umum yang memadai seperti WC dan tempat pembuangan sampah, merupakan sumber keberadaan bakteri coliform yang tinggi di perairan Teluk Doreri.
Aktivitas lain yang juga merupakan sumber bakteri yang besar adalah bakteri pemeliharaan ternak babi yang dilepaskan begitu saja tanpa kurungan. Cara pemeliharaan seperti ini menjadi pemicu sumber keberadaan bakteri di perairan karena bakteri yang berada pada kotoran hewan tersebut akan hanyut ke laut oleh air hujan (Tuturaja,2010).
Sudah bertahun tahun warga masyarakat kota sorong selalu resah menghirup udara berbau amis ikan yang menyengat. Selain itu pemerintah kota sorong seolah-olah menutup mata dan membiarkan pencemaran udara yang ditimbulkan oleh Industri Pengalengan, keberadaan Industri Pengalengan di tengah kota sangat dikuatirkan karena mengganggu kesehatan masyarakat kota sorong seperti sesak nafas.
Persoalan kualitas udara yang berkaitan dengan bau yang ditimbulkan oleh Industri Pengalengan ini memang menjadi suatu dilemma baik bagi pihak Industri, Pemerintah maupun Masyarakat. Disatu sisi masyarakat membutuhkan lapangan kerja maupun peningkatan kesejahteraan dengan keberadaan suatu Industri sekaligus juga mendapatkan kekurangnyamanan kehidupan khususnya diakibatkan bau yang ditimbulkan. Persoalan bau yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan Industri Pengalengan sudah pasti akan selalu ada.(Suebu, 2017)
Suebu. 2017. Warga Masyarakat Kota Sorong Resah Akibat Pencemaran Udara Yang Ditimbulkan Oleh Industri Pengalengan (PT. Citra Raja Ampat Canning) dalam http://www.papuacyber.com/warga-masyarakat-kota-sorong-resah-akibat-pencemaran-udara-yang-ditimbulkan-oleh-industri-pengalengan-pt-citra-raja-ampat-canning-2/
Tururaja, T. dan Mogea, R. 2010. Bakteri Coliform di Perairan Teluk Doreri, Manokwari Aspek Pencemaran Laut dan Identifikasi Species vol. 15 (1) 47 - 52 dalam http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/ijms/article/view/1409
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat. banyaknya Desa/Kelurahan Menurut Jenis Pencemaran Lingkungan Hidup dalam http://irjabar.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/149
Pasific pos.2017. Pencemaran Wilayah Laut Teluk Doreri Melebihi Ambang Batas dalam https://www.pasificpos.com/item/18534-pencemaran-wilayah-laut-teluk-doreri-melebihi-ambang-batas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.