Dekomposisi
atau yang biasa disebut juga sebagai pembusukan ini merupakan proses alami yang
terjadi akibat adanya perusakan susunan dalam tubuh suatu organisme yang
dilakukan oleh dekomposer. Proses pembusukan oleh dekomposer ini biasanya dapat
anda temukan bila ada organisme yang dikubur di dalam tanah. Dimana proses
pembusukan ini terjadi oleh semut, belatung, bakteri dan juga oleh jamur yang
hidup di dalam tanah dan berkembang di tempat yang lembab.
Dekomposisi
Bahan Oranik
Karbon didaur secara aktif antara CO2anorganik dan macam-macam bahan
organik penyusun sel hidup. Metabolisme ototrof
jasad fotosintetik dan khemolitotrof menghasilkan
produksi primer dari perubahan CO2 anorganik
menjadi C-organik. Metabolisme respirasi dan fermentasi mikroba
heterotrof mengembalikan CO2anorganik ke atmosfer. Proses perubahan dari
C-organik menjadi anorganik pada dasarnya adalah upaya mikroba dan jasad lain
untuk memperoleh energi.
Pada proses peruraian bahan organik dalam tanah ditemukan beberapa tahap proses. Hewan-hewan tanah termasuk cacing tanah memegang peranan penting pada penghancuran bahan organik
Pada proses peruraian bahan organik dalam tanah ditemukan beberapa tahap proses. Hewan-hewan tanah termasuk cacing tanah memegang peranan penting pada penghancuran bahan organik
pada
tahap awal proses. Bahan organik yang masih segar akan dihancurkan secara fisik
atau dipotong-potong sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.
Perubahan selanjutnya dikerjakan oleh mikroba.
Ensim-ensim yang dihasilkan oleh mikroba merubah senyawa organik secara
kimia, hal ini ditandai pada bahan organik yang sedang mengalami proses
peruraian maka kandungan zat organik yang mudah terurai akan menurun dengan
cepat.
Unsur karbon menyusun kurang lebih 45-50 persen dari bobot kering tanaman dan binatang. Apabila bahan tersebut dirombak oleh mikroba, O2 akan digunakan untuk mengoksidasi senyawa organik dan akan dibebaskan CO2. Selama proses peruraian, mikroba akan mengasimilasi sebagian C, N, P, S, dan unsur lain untuk sintesis sel, jumlahnya berkisar antara 10-70 % tergantung kepada sifat-sifat tanah dan jenis-jenis mikroba yang aktif. Setiap 10 bagian C diperlukan 1 bagian N (nisbah C/N=10) untuk membentuk plasma sel. Dengan demikian C-organik yang dibebaskan dalam bentuk CO2 dalam keadaan aerobik hanya 60-80 % dari seluruh kandungan karbon yang ada. Hasil perombakan mikrobaproses aerobik meliputi CO2, NH4, NO3, SO4, H2PO4. Pada proses anaerobik dihasilkan asam-asam organik, CH4, CO2, NH3, H2S, dan zat-zat lain yang berupa senyawa tidak teroksidasi sempurna, serta akan terbentuk biomassa tanah yang baru maupun humus sebagai hasil dekomposisi yang relatif stabil. Secara total, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Unsur karbon menyusun kurang lebih 45-50 persen dari bobot kering tanaman dan binatang. Apabila bahan tersebut dirombak oleh mikroba, O2 akan digunakan untuk mengoksidasi senyawa organik dan akan dibebaskan CO2. Selama proses peruraian, mikroba akan mengasimilasi sebagian C, N, P, S, dan unsur lain untuk sintesis sel, jumlahnya berkisar antara 10-70 % tergantung kepada sifat-sifat tanah dan jenis-jenis mikroba yang aktif. Setiap 10 bagian C diperlukan 1 bagian N (nisbah C/N=10) untuk membentuk plasma sel. Dengan demikian C-organik yang dibebaskan dalam bentuk CO2 dalam keadaan aerobik hanya 60-80 % dari seluruh kandungan karbon yang ada. Hasil perombakan mikrobaproses aerobik meliputi CO2, NH4, NO3, SO4, H2PO4. Pada proses anaerobik dihasilkan asam-asam organik, CH4, CO2, NH3, H2S, dan zat-zat lain yang berupa senyawa tidak teroksidasi sempurna, serta akan terbentuk biomassa tanah yang baru maupun humus sebagai hasil dekomposisi yang relatif stabil. Secara total, reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
(CH2O)x+
O2-----------------------CO2+ H2O + hasil antara + nutrien+ humus +sel + energi
Bahan organik mempunyai susunan yang relatif stabil. Kompos banyak digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Secara alami kompos dapat
terjadi dariperuraian sisa-sisa tumbuhan dan hewan. Pengomposan
secara alami berlangsung dengan lambat, tetapi
dengan berkembangnya bioteknologi maka proses pengomposan dapat dipercepat.
Pada proses pengomposan terjadi proses biokonversi bahan organik oleh berbagai kelompok mikroba heterotrof. Mikroba yang berperan dalam proses tersebut mulai dari bakteri
Pada proses pengomposan terjadi proses biokonversi bahan organik oleh berbagai kelompok mikroba heterotrof. Mikroba yang berperan dalam proses tersebut mulai dari bakteri
Proses
Pengomposan
Kompos adalah bahan organik hasil proses
dekomposisi dan , jamur aktinomisetes dan
protozoa. Peranan mikroba yang bersifat
selulolitik dan ligninolitik sangat besar pada
proses dekomposisi sisa tanaman yang banyak mengandung
lignoselulosa.
Selama pengomposan terjadi proses oksidasi
C-organik menjadi CO2 yang dapat membebaskan energi
dalam bentuk panas. Dalam pengomposan tertutup,
suhunya dapat mencapai 65-75oC. Pada suhu tersebut aktivitas mikroba pada
umumnya turun, dan proses perombakannya
dilanjutkan oleh mikroba termofil yang mulai berkembang
apabila suhu meningkat sampai 50oC. Setelah suhu turun kembali akan
ditumbuhi lagi oleh mikroba mesofil, dan
merupakan pertanda bahwa kompos sudah mulai matang.
Dari uraian diatas maka banyak faktor
yang mempengaruhi proses pengomposan, seperti nisbah
C/N bahan yang akan dikomposkan, ukuran
bahan, kelembaban dan aerasi, suhu, kemasaman, adanya mikroba, dan lain
sebagainya. Nisbah C/N yang ideal untuk
pengomposan adalah 30-40,
apabila
nisbah Terlalu rendah banyak
nitrogen yang hilang (tidak efisien) dan
apabila terlalu tinggi proses pengomposan lambat. Ukuran bahan yang
lebih kecil akan memperbesar luas permukaan, sehingga memperbesar kontak
dengan mikroba. Ukuran yang terlalu halus dan kandungan
lengasnya terlalu tinggi menyebabkan keadaan
anaerob, sehingga sebaiknya dicampur dengan bahan
kasar untuk menciptakan keadaan yang aerob.
Kelembaban optimum yang baik antara 50-60 %. Pengomposan akan berjalan baik jika pH awal sedikit asam (pH 6), dan selama pengomposanpada keadaan netral, setelah pH meningkat pH sedikit alkalis (pH 7,5-8,5). Pengomposan dapat dipercepat dengan inokulasi mikroba seperti mikroba termofil, selulolitik, ligninolitik, dan sebagainya.
Tanda-tanda kompos yang telah matang adalah berwarna coklat sampai kehitaman, tidak larut dalam air dan sebagian dapattersuspensi koloidal, ekstrak dalam larutan basa berwarna gelap (mengandung asam humat,fulvat, dan humin), nisbah C/N antara 15-20, KPK dan kapasitas adsorpsi air besar.
Kelembaban optimum yang baik antara 50-60 %. Pengomposan akan berjalan baik jika pH awal sedikit asam (pH 6), dan selama pengomposanpada keadaan netral, setelah pH meningkat pH sedikit alkalis (pH 7,5-8,5). Pengomposan dapat dipercepat dengan inokulasi mikroba seperti mikroba termofil, selulolitik, ligninolitik, dan sebagainya.
Tanda-tanda kompos yang telah matang adalah berwarna coklat sampai kehitaman, tidak larut dalam air dan sebagian dapattersuspensi koloidal, ekstrak dalam larutan basa berwarna gelap (mengandung asam humat,fulvat, dan humin), nisbah C/N antara 15-20, KPK dan kapasitas adsorpsi air besar.
Namun,
pada saat ini akan dijelaskan mengenai dekomposisi bahan organik dimana bahan
organik tersebut dapat berasal dari tubuh manusia, hewan dan juga tumbuhan.
Dalam hal ini, seperti yang telah diketahui bahwa bahan organik ini dapat
tersusun dari bahan humus dan non humus menurut Bohn pada pernyataannya tahun
1979. Maka dari itu, penting bagi anda untuk mengetahui mengenai pengertian
humus dan non humus.
Kini,
akan dijelaskan mengenai humus dan non humus berdasarkan pengertian dan
pendapat yang dikemukakan oleh Bohn. Dimana bahan non humus ini merupakan suatu
organisme yang telah mati sedang melalui proses dekomposisi di sebagian
tubuhnya untuk kemudian dapat digunakan sebagai unsur hara bagi mikroorganisme
dan tanaman. Sedangkan bahan humus yaitu suatu organisme mati yang telah
sepenuhnya terdekomposisi sehingga menjadi salah satu lapisan tanah yang sangat
subur.
Jadi,
dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa proses dekomposisi ini sangat
diperlukan untuk memberikan nutrisi yang tepat bagi mikroorganisme dan tanaman
serta dapat menjadi penyubur tanah bagi tanaman
Faktornya
yaitu :
·
Iklim
karena dapat menentukan cepat atau lambatnya peroses dekomposisi
·
Tipe
penggunaan lahan dimana lahan tersebut berfungsi sebagai sumber bahan organic
yang baik bagi lahan tersebut
·
Bentuk
lahan karena membantu dekomposisi pada proses pengumpulan bahan-bahan organic
tersebut
·
Adanya
kegiatan manusia seperti dalam proses dekomposisi untuk memantau perkembangan
atau kegaiatan manusia dalam proses perindustrian.
Sumber
:
http://tegardanserentak.blogspot.com/2014/05/dekomposisi-bahan-organik-dan.html
http://chachubbygirl.blogspot.com/2013/03/mekanisme-dekomposisi-bahan-organik.html
http://agrikencanaperkasa.com/wp-content/uploads/2014/03/proses.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.