Logam
berat adalah unsur logam
yang mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3, antara lain Cd, Hg, Pb,
Zn, dan Ni.
Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup
Logam berat Cd, Hg, dan Pb dinamakan sebagai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun bagi makhluk hidup
Logam berat adalah bahan-bahan alami yang berasal dan
termasuk bahan penyusun lapisan tanah bumi. Logam berat tidak dapat diurai
atau dimusnahkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh mahluk hidup melalui
makanan, air minum, dan udara. Logam berat berbahaya karena cenderung
terakumulasi di dalam tubuh mahluk hidup. Laju akumulasi logam-logam berat ini
di dalam tubuh pada banyak kasus lebih cepat dari kemampuan tubuh untuk
membuangnya. Akibatnya keberadaannya di dalam tubuh semakin tinggi, dan dari
waktu ke waktu memberikan dampak yang makin merusak.
Beberapa definisi terkait logam berat
telah diusulkan oleh para ahli, ada yang mendasarkan pada densitas,
ada yang mendasarkan pada nomor atom atau berat atom,
dan definisi yang lain lagi menggolongkan logam berat ini berdasarkan
sifat toxic nya.
Definisi yang umum digunakan saat ini menggolongkan
logam berat sebagai golongan logam yang memiliki densitas melebihi 5,000
kg/m3. Pada dasarnya mahluk hidup juga memerlukan logam berat dengan
jumlah takaran yang bervariasi. Manusia misalnya membutuhkan iron, cobalt, copper, manganese, molybdenum,
dan zinc pada jumlah tertentu. Akan tetapi, pada jumlah
berlebih, keberadaan logam berat tersebut mengakibatkan dampak yang merusak
pada organ tubuh.
Saat ini para ahli mulai mengklasifikasikan
jenis-jenis logam berat terutama yang perlu menjadi fokus perhatian paling
tinggi untuk dikendalikan keberadaannya di lingkungan. Logam-logam berat
tersebut diantaranya adalah Ag, As, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Mn, Mo, Ni,
Pb, Sn, dan Ti.
Beberapa dari logam berat ini , pada takaran jumlah
yang sedikit, sebenarnya berguna bagi mahluk hidup (Co, Cu, Cr, Ni) dan
beberapa yang lain bersifat karsinogen (penyebab cancer) atau beracun/ berefek
negatif pada organ-organ tertentu, seperti pada sistem saraf pusat (Hg, Pb,
As), organ ginjal atau liver (Hg, Pb, Cd, Cu), serta kulit, tulang, atau gigi
(Ni, Cd, Cu, Cr). Dalam bahasan kali ini, akan diurai tiga polutan
utama logam berat di lingkungan yaitu Lead (Pb), Mercury (Hg) dan Cadmium
(Cd)
Lead , “Timbal”
Logam berat adalah unsur-unsur
kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan
bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan
biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977).
Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg)
merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehinggaenzim
bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga
bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel
membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding sel. Logam berat
juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya
(Manahan, 1977).
Berdasarkan sifat kimia dan
fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat
diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd),
seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co)
(Sutamihardja dkk, 1982). Menurut Darmono (1995) daftar urutan toksisitas logam
paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang mengkomsumsi ikan adalah
sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+
Sn2+ > Zn2+. Sedangkan menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup (1990) sifat toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3
kelompok, yaitu
a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas
unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn.
b. Bersifat toksik sedang terdiri dari
unsur-unsur Cr, Ni, dan Co,
c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn
dan Fe.
Adanya logam berat di
perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme, maupun
efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan
dengan sifat-sifat logam berat ( PPLH-IPB, 1997; Sutamihardja dkk, 1982) yaitu
:
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi
dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk
kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi
organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga
konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping
itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan
kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber
pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.
Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya erat
kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat
menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah
yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi.
Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang
potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak
hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam berat
dalam sedimen dan biota perairan. Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang
dapat dipakai sebagai indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan
organisme hidup.
Logam berat biasanya sangat
sedikit dalam air secara ilmiah kurang dari 1 g/l. Menurut Palar (2004)
kelarutan dari unsur-unsur logam dan logam berat dalam badan air dikontrol oleh
: (1) pH badan air, (2) jenis dan konsentrasi logam dan khelat (3) keadaan
komponen mineral teroksida dan sistem berlingkungan redoks. Logam berat yang
dilimpahkan ke perairan, baik di sungai ataupun laut akan dipindahkan dari
badan airnya melalui beberapa proses yaitu : pengendapan, adsorbsi dan absorbsi
oleh organisme perairan. Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan
organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga
kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air (Harahap,
1991).
Rochyatun (1997) menyatakan
walaupun terjadi peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasinya dalam air
dapat berubah setiap saat. Hal ini terkait dengan berbagai macam proses yang
dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Parameter yang
mempengaruhi konsentrasi logam berat di perairan adalah suhu, salinitas, arus,
pH dan padatan tersuspensi total atau seston (Nanty, 1999). Dengan sendirinya interaksi
dari faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap fluktuasi konsentrasi
logam berat dalam air, karena sebagian logam berat tersebut akan masuk ke dalam
sedimen.
Logam berat yang masuk ke
sistem perairan, baik di sungai maupun lautan akan dipindahkan dari badan
airnya melalui tiga proses yaitu pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh
organisme-organisme perairan (Bryan, 1976). Pada saat buangan limbah industri
masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi proses pengendapan dalam
sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan pencemar dalam sedimen
meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami
pengendapan, pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang
hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi
karena adanya anion karbonat hidroksil dan klorida (Hutagalung, 1984). Logam
berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar
perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).
Logam berat mempunyai sifat
yang mudah mengikat dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen,
oleh karena itu kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam
air (Harahap, 1991). Konsentrasi logam berat pada sedimen tergantung pada
beberapa faktor yang berinteraksi. Faktor-faktor tersebut adalah :
1. Sumber dari mineral sedimen antara sumber
alami atau hasil aktifitas manusia.
2. Melalui partikel pada lapisan permukaan atau
lapisan dasar sedimen.
3. Melalui partikel yang terbawa sampai ke
lapisan dasar.
4. Melalui penyerapan dari logam berat terlarut
dari air yang bersentuhan.
Beberapa material yang
terkonsentrasi di udara dan permukaan air mengalami oksidasi, radiasi ultraviolet,
evaporasi dan polymerisasi. Jika tidak mengalami proses pelarutan, material ini
akan saling berikatan dan bertambah berat sehingga tenggelam dan menyatu dalam
sedimen. Logam berat yang diadsorpsi oleh partikel tersuspensi akan menuju
dasar perairan, menyebabkan kandungan logam di air menjadi lebih rendah. Dalam
lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion-ion bebas, pasangan
ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air.
Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH mengubah
kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk ikatan dengan
partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk lumpur (Palar,
2004).
Selain itu, kenaikan suhu air
dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam berat pada partikulat.
Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi logam berat ke partikulat
untuk mengendap di dasar . Sementara saat suhu air naik, senyawa logam berat
akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi ke dalam partikulat. Logam
yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di permukaan air selanjutnya
dengan perpindahan dan waktu tertentu akan mengendap hingga ke dasar, artinya
logam tersebut hanya akan berada di dekat permukaan air dalam waktu yang sesaat
saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal ini ditentukan antara lain oleh massa
jenis air, viskositas (kekentalan) air, temperatur air, arus serta
faktor-faktor lainnya.
Daya larut logam berat dapat
menjadi lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada kondisi lingkungan
perairan. Pada daerah yang kekurangan oksigen, misalnya akibat kontaminasi
bahan-bahan organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah
mengendap. Logam berat seperti Zn,Cu, Cd, Pb, Hg dan Ag akan sulit terlarut
dalam kondisi perairan yang anoksik (Ramlal, 1987). Logam berat yang terlarut
dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik
bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan
langsung oleh permukaan partikel sedimen (Wilson, 1988).
Daftar Pustaka :
Anonim.2016. logam
berat.
Pararaja, Arfin. 2009.
Mengenal Logam Berat.
@A28-ZAKI
BalasHapusPOIN 3
logam ringan ada gak gan ?
@A31-ALAM
BalasHapusPOIN 3
KOMENTAR : artikel nya bagus
@A38-farida
BalasHapusPoin : 3
Apakah logam berat yang berada diperairan dapat menganggu ekosistem hewan dan tumbuhan yang terdapat di perairan?
@A01-Rika
BalasHapusPoint 3
Sip Bagus.
@A12-ZARICA
BalasHapusPoin 3
Bagus
@A14-Fadhli
BalasHapus3 poin
artikelnya bagus, mindmap-nya juga bagus
@A32-VARATRI
BalasHapuspoin 3
apakah logam yang dijadikan untuk bahan perhiasan berbahaya bagi manusia(kesehatan kulit)?
@A16-SITI
BalasHapusPOIN 3
sangat bagus
@A13-RIFKA
BalasHapusPOINT 2
kebanyakan artikel, lain kali inti"nya saja
@a35-yuliani
BalasHapusPoint 3
Menarik
@A37-ANDIKA
BalasHapusPoint : 3
( Harap blognya di buat lebih kreatif lagi )
@A27-RINALDI
BalasHapusPOIN 3
sipp dah
@A21-SYAFIQ
BalasHapusPOIN 3
Cukup lengkap artikel nya
@A24-TANIA
BalasHapusPoin 3
artikelnya sangat bermanfaat
@A29-Fauzi
BalasHapuspoint 3
Ada logam enteng gak?
@A07-RONA
BalasHapusPoin 3
Bagaimana cara menanggulagi dampak negative dari logam berat terhadap lingkungan ?
@A03-KHARISMA
BalasHapusPoin 3
bagus dan menarik
@A06-ANUGGRAH
BalasHapusPOIN 3
Artikel yg bagus
@A17-DHICO
BalasHapusPoin 3
Artikelnya sangat bagus dan bermanfaat