Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan
bakar, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik
akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi
dalam rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan
kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang
sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah
masa pembentukan batubara yang paling produktif. Batubara adalah salah satu
bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat
terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan
dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk.
Potensi sumber daya batubara di Indonesia sangat melimpah,
terutama di pulau kalimantan dan pulau sumatera. Batubara merupakan bahan bakar
utama selain solar (diesel fuel) yang
digunakan dalam industri. Dari segi ekonomis batubara jauh lebih hemat dari
pada solar dengan perbandingan sebagai berikut: solar Rp. 0,74/kilokalori
sedangkan batubara Rp. 0.09/kilokalori. Dari segi kuantitas, batubara merupakan
cadangan energi fosil terpenting di Indonesia, Jumlahnya sangat melimpah,
mencapai puluhan milyar ton. Jumlah ini cukup untuk memasok kebutuhan energi
listrik hingga ratusan tahun kedepan.
Seperti yang diketahui, pertambangan batubara juga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitar. Aktivitas pertambangan
mencemari lingkungan di sekitar lokasi penambangan. Pencemaran tersebut antara
lain :
1. Pencemaran Air
Penambangan batubara secara langsung menyebabkan pencemaran
air, yaitu dari limbah pencucian batubara tersebut dalam hal memisahkan
batubara dengan sulfur. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga
warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai
akibat endapan pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah
diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam
slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.
2. Pencemaran Tanah
Tidak hanya air yang tercemar, tanah juga mengalami
pencemaran akibat pertambangan batubara ini, yaitu terdapatnya lubang-lubang
besar yang tidak mungkin ditutup kembali yang menyebabkan terjadinya kubangan
air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Air kubangan tersebut mengadung
zat kimia seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn dalam jumlah banyak
bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang
dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah, akibat
pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
3. Pencemaran
Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini
diakibatkan dari pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang
terlihat cokelat dan juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam)
dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor
udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat
berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi
saluran pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus
dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat.
.
Kerusakan Hutan Akibat Pertambangan
Batubara
Bahan tambang merupakan bahan yang berada didalam bumi
sehingga untuk mengambilnya perlu dilakukan penggalian. Batubara merupakan
salah satu bahan tambang yang banyak ditemukan dikawasan hutan yang tua karena
proses terbentuknya batubara merupakan sedimentasi dari tanaman pada zaman
purba yang mengalami proses penimbunan hingga ribuan tahun. Dalam upaya
eksploitasi bahan tambang batubara ini, perlu dilakukan perluasan area tambang
untuk memudahkan mobilitas pengangkutan dan pengambilan batubara tersebut.
Kawasan hutan yang memiliki potensi batubara harus disingkirkan atau ditebang
untuk dilakukan penggalian. Karena besarnya sumber daya batubara pada suatu
lokasi maka luas area hutan yang disingkirkan untuk kegiatan tersebut semakin luas.
Wilayah Kabupaten Berau, terletak pada koordinat 1 ° 12’ 00” - 2 °
36’ 00” LU dan 116 ° 00’ 00” - 118°
57’ 00” BT. Letak Geografis Kabupaten Berau yang dekat dengan garis
katulistiwa menjadikan daerah ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan
tinggi dan hari hujan merata sepanjang tahun. Intensitas penyinaran matahari
yang tinggi menjadikan suhu udara relatif tinggi sepanjang tahun dengan
kelembaban udara yang tinggi pula. Sebagai daerah dengan iklim tropis.
Kabupaten Berau memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
Kedua musim tersebut diselingi dengan masa peralihan dengan curah hujan masih
relatif banyak. Namun demikian kondisi alam Kabupaten Berau yang masih
dikelilingi oleh hutan tropis yang masih lebat menjadikan daerah ini
berkarakter hutan hujan tropis dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang
tahun. Hal ini didorong oleh kelembaban udara yang tinggi dan daerah perairan
yang masih luas. Curah hujan cenderung tinggi
sepanjang tahun, berkisar antara 91 - 246 mm perbulan (Subardja, 2007).
Formasi pembawa lapisan batubara pada daerah potensi
batubara konsesi PT. Berau Coal adalah Formasi Berau dan Formasi Lati. Formasi
ini terdiri dari satuan batupasir,
mudstone ,batulanau, batulempung, batubara dan batugamping. Ketebalan
Formasi Berau atau Formasi Lati berkisar 600 meter hingga 1.600 meter, umur
Miosen Tengah hingga Miosen Atas dan diendapkan dalam lingkungan delta dan laut
dangkal. Formasi ini jari jemari dengan Formasi Sterile di bagian bawahnya dan
tidak selaras dengan Formasi Labanan di bagian atasnya (Subardja, 2007).
Metode penambangan yang dilakukan pada PT. Berau Coal
menggunakan pola penambangan box-cut contour mining. Pola penambangan box cut
contour mining dilakukan pada
areal-areal yang memiliki kemiringan lapisan relatif landai dan dengan luas
areal timbunan di luar areal tambang yang relatif sangat terbatas. Pemakaian
pola penambangan ini salah satunya adalah bertujuan agar luas areal yang
terganggu oleh kegiatan penambangan tidak terlalu luas. Areal untuk penimbunan
tanah penutup diusahakan tidak terlalu jauh dari areal bukaan dan sedapat
mungkin dengan memanfaatkan kembali bekas areal bukaan (Subardja, 2007).
Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat
Pertambangan Batubara
Aktivitas pertambangan batubara yang dilakukan dikawasan
Berau, Kalimantan Timur tidak hanya mempunyai dampak langsung terhadap
lingkungan sekitar berupa pencemaran. Pengrusakan hutan dari kegiatan
pertambangan tersebut juga mempengaruhi siklus hidrologi dan kehidupan
ekosistem didalam kawasan tersebut. Selain itu, kegiatan tersebut juga memiliki
dampak terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal dibagian hilir.
Hutan yang ditebang untuk kegiatan pertambangan batubara
memiliki fungsi dan pengaruh terhadap ketersediaan air tanah yang memiliki
peran penting dalam ketersediaan air bersih pada masyarakat. Hutan tersebut
memiliki fungsi sebagai penangkap tanah agar lapisan permukaan tanah yang dapat
menyerap air tidak lari atau berpindah.Tingginya kemampuan penyerapan air oleh
permukaan tanah yang berada di kawasan hutan, maka air hujan yang turun di sana
tidak seluruhnya menjadi air limpasan (run
off). Sebagian besar meresap ke dalam tanah, hanya sedikit yang menjadi air
larian. Run off atau air limpasam
adalah air yang tidak mampu diserap oleh permukaan tanah. Air ini akan turun ke
kawasan yang lebih rendah. Jika air limpasan ini melebihi daya dukung sungai
maka dapat menimbulkan banjir.
Sebagian besar air hujan yang turun di kawasan hutan akan
diserap oleh tanah (infiltrasi) dan tersimpan di aquifer. Selanjutnya, air yang tersimpan di aquifer akan mengalir melalui celah-celah atau pori tanah yang
akhirnya terkumpul atau mengalir menjadi air tanah yang digunakan masyarakat
sebagai air sumur. Selain melalui sumur, air tanah tersebut juga dapat keluar
sebagai mata air. Mata air tersebut mengalir melalui sungai yang berada
dikawasan hutan tersebut menuju hilir.
Erosi Akibat Kerusakan Hutan di
Kawasan Pertambangan
Hutan sekitar kawasan pertambangan yang sudah rusak dapat
menimbulkan dampak erosi yang dapat berakibat buruk terhadap lahan dan
ekosistem dikawasan tersebut. Kawasan hutan yang sudah tidak memiliki tegakan
pohon, hempasan air hujan akan langsung menumbuk permukaan tanah yang
menyebabkan terjadinya erosi. Tumbukan air hujan secara terus menerus dapat
mengikis lapisan atas tanah (top soil)
dan mengakibatkan tingginya nilai TSS pada aliran sungai sekitar area
pertambangan. Hal ini didasari oleh penelitian Ety Parwaty dkk, 2011, di
kawasan aliran sungai dekat lokasi pertambangan dengan kondisi hutan yang sudah
gundul.
Tumbukan air hujan yang terus menerus akan mengikis top soil sehingga dapat menimbulkan
longsor (land slide). Dengan
longsornya lapisan tanah yang kaya unsur hara tersebut akan menghambat
pertumbuhan vegetasi pada tanah yang ditinggalkannya, sehingga lahan tersebut
tidak dapat di reklamasi. Selain itu, tanah yang tinggal tersebut juga dapat
berdampak terhadap masyarakat yang tinggal dibagian hilir sungai, karakteristik
tanah pada lapisan kedua yang relatif keras dan memiliki pori tanah yang
relatif rapat dapat menghambat infiltrasi ketika terjadi hujan. Akibatnya air
hujan yang turun sebagian besar akan menjadi air limpasan (run off) yang langsung mengalir menuju sungai. Apabila debit air
limpasan yang masuk lebih besar daripada kapasitas sungai menampung dan
mengalirkan air maka akan terjadi banjir.
Erosi yang terjadi juga mempengaruhi ekosistem yang berada
didaratan dan perairan (sungai) yang berada dikawasan tersebut. Pengaruh
tersebut antara lain:
1. Ekosistem Darat
Erosi akibat kerusakan tanaman hutan
yang memegang peran dalam mengikat lapisan tanah bagian atas (top soil) telah mengubah ekosistem hutan
yang sebelumnya kaya akan keanekaragaman hayati (flora dan fauna) menjadi lahan
kosong yang sudah rusak akibat kegiatan penambangan batubara. Tanaman
memerlukan unsur hara yang banyak terdapat pada lapisan tanah atas (top soil) untuk dapat tumbuh.
Pengrusakan pohon yang menjadi pengikat tanah lapisan atas tersebut membuat
tanah tersebut mudah terlepas. Air hujan yang jatuh ke tanah memiliki energi
kinetik yang membuat lapisan tanah tersebut perlahan-lahan terlepas. Puncak
dari erosi tersebut yaitu terjadinya tanah longsor yang membawa lapisan tanah
tersebut berpindah dalam jumlah yang besar. Dampak dari erosi tersebut tumbuhan
dan hewan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut sehingga
ekosistem dihutan tersebut berubah.
2. Ekosistem Air
Erosi yang terjadi akibat air hujan yang jatuh membawa
partikel tanah dan masuk kedalam sungai/perairan sebagai air limpasan. Partikel
tanah tersebut akan membuat konsentrasi TSS semakin tinggi sehingga membuat sungai tersebut menadi keruh
dan dangkal akibat sedimentasi. Keruhnya sungai tersebut akan mempengaruhi
kadar oksigen terlarut yang diperlukan oleh biota air untuk hidup. Berkurangnya
kadar DO tersebut berpengaruh terhadap keberadaan ikan pada perairan tersebut,
ikan akan berpindah atau mati. Tingginya konsentrasi TSS juga mempengaruhi
masuknya cahaya matahari yang diperlukan tanaman air untuk proses fotosintesis.
Upaya Penanggulangan Akibat Kegiatan
Pertambangan Batubara
Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi lahan/hutan
yang telah rusak akibat penambangan batubara, diantaranya yaitu:
- · Menanam kembali lahan yang ditebang dengan vegetasi yang dapat mengembalikan kondisi ekosistem dengan cepat.
- · Membuat terasering pada lahan yang rusak untuk mencegah erosi yang lebih besar.
- · Menanam tanaman yang dapat menyimpan air tanah lebih banyak.
- · Menggunakan lahan kosong tersebut sebagai lahan perkebunan sehingga dapat memiliki fungsi ganda.
- Vatri Adi, Muchlis. 2013. Makalah dampak pertambangan diberau, Kalimantan timur http://muchlis-vatriadi.blogspot.co.id/2013/12/makalah-dampak-pertambangan-di-berau.html
- Arsad, Sugita. 2013. Pencemaran Tambang. http://pencemaranbatubara.blogspot.co.id/2013/04/pencemaran-lingkungan-di-samarinda.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.