Industri baja, salah satu bagian dari industri logam dasar yang termasuk dalam
industri hulu, merupakan salah satu industri strategis di Indonesia. Sektor ini
memainkan peran utama dalam memasok bahan-bahan baku vital untuk pembangunan di
berbagai bidang mulai dari penyedian infrastruktur (gedung, jalan, jembatan,
jaringan listrik dan telekomunikasi), produksi barang modal (mesin pabrik dan
material pendukung serta suku cadangnya), alat transportasi (kapal laut, kereta
api beserta relnya dan otomotif), hingga persenjataan. Atas perannya yang
sangat penting tersebut, keberadaan industri baja menjadi sangat strategis
untuk kemakmuran suatu negara. Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar
untuk mengembangkan industri baja. Hal ini didasarkan pada data konsumsi baja
per kapita Indonesia yang saat ini masih sangat rendah. Pada tahun 2013,
konsumsi baja Indonesia baru mencapai 61,6 kg per kapita per tahun dan
menempati urutan ke-6 diantara negara-negara ASEAN. Konsumsi per kapita
industri baja suatu negara dihitung dari jumlah produksi baja kasar dibagi
dengan jumlah penduduk negara tersebut.
Mengingat luasnya cakupan industri baja dari hulu sampai hilir,
maka dalam pembuatan profil baja ini dibatasi hanya pada produk hulu yaitu pada
industri Slab/Billet dan Hot Rolled Coil (HRC). Berdasarkan Klasifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Industri tersebut termasuk dalam kode :
· KBLI 24101: Industri besi dan baja
dasar (iron and steelmaking)
· KBLI 24102: Industri penggilingan baja (steel
rolling)
II. Sumber Daya Alam pendukung Industri Baja Sumber Daya Alam (SDA)
yang digunakan dalam industri baja adalah hasil tambang berupa pasir besi (iron
sand) dan bijih besi (iron ore). Indonesia memiliki potensi sumber daya pasir
besi dan bijih besi yang cukup besar dengan jumlah deposit berupa sumberdaya
dan cadangan sekitar 5.110 juta ton. Secara nasional potensi sumber daya
mineral tersebut cukup besar tetapi menyebar di beberapa daerah dengan jumlah
yang terbatas. Potensi tersebut memiliki karakteristik yang beragam, baik dari
segi kualitas maupun jenis mineral besi yang terkandung di dalamnya. Secara
umum sumber daya untuk industri besi baja ini dapat diklasifikasikan menjadi
tiga jenis:
1. Biji besi primer atau biji besi magnetit-hematit, dengan deposit sebesar 881,8 juta ton yang tersebar di Lampung,
Sumatera Barat, Jambi, Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan
Sulawesi Selatan. Biji besi magnetit-hematit adalah biji besi dengan kadar yang
sangat bervariasi dari 25%Fe-67%Fe
2. Biji besi laterit, dengan
deposit sebesar 1.778,4 juta ton yang tersebar di Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku Utara dan Papua barat. Biji Besi laterit
merupakan hasil pelapukan sehingga banyak didominasi oleh mineral-mineral guikt
dan mengandung nikel. Kadar biji besi laterit juga bervariasi dapat juga
ditingkatkan kadarnya dengan berbagai macam teknologi peningkatan kadar.
Proses Pembuatan Baja
Proses produksi Modern:
Produksi baja dapat dibagi menjadi enam langkah:
1. Iron Making : pada langkah pertama, mentah input bijih besi, kokas dan apur yang
meleleh dalam blast furnace. Menghasilkan besi cair – juga disebut sebagai ‘logam
panas’ – masih mengandung 4-4,5% karbon dan kotoran lainnya yang membuatnya
rapuh.
2. Pembuatan Baja Primer : Metode
pembuatan baja primer berbeda antara BOS dan metode EAF. Metode BOS menambahkan
baja scrap daur ulang dengan besi cair dalam konverter. Pada suhu tinggi,
oksigen ditiupkan melalui logam, yang mengurangi kadar karbon menjadi antara
0-1,5%. Metode EAF, alternatif, pakan daur ulang skrap baja melalui penggunaan
daya tinggi busur listrik (suhu sampai 1650oC) untuk melelehkan
logam dan mengubahnya menjadi baja berkualitas tinggi.
3. Pembuatan Baja Sekunder : Pembuatan baja sekunder melibatkan mengobati baja cair yang
dihasilkan dari kedua BOS dan rute EAF untuk menyesuaikan komposisi baja. Hal ini
dilakukan dengan menambahkan atau menghapus unsur-unsur tertentu dan / atau
memanipulasi suhu dan produksi environment. Depending pada jenis baja yang
dibutuhkan, poses pembuatan baja sekunder berikut dapat digunakan: pengadukan,
tungku sendok, injeksi sendok, degassing dan CAS-OB (Komposisi Penyesuaian
dengan Sealed argon menggelegak dengan Oksigen Hembusan).
Pencegahan Perkaratan Baja
Untuk mencegah perkarantan pada baja dapat dilakukan dengan
barbagai cara, yaitu:
a. menambahkan logam lain.
b. menggunakan lapisan
pelindung.
c. menggunakan logam yang
dapat dikorbankan.
d. melindungi secara katodik.
Daftar pustaka
Kementrian Perindustrian Republik Indonesia.
2014, file:///C:/Users/Asus%20PC/Downloads/3.%20Profile%20Industri%20Baja%202014.pdf
Tatang. Maret 17, 2015. http://tatangsma.com/2015/03/proses-pembuatan-baja-dan-jenis-jenis-baja.html
Sastrakencana Fiksi. 26 february, 2011. http://bajabesi.blogspot.co.id/2011/02/bahan-baku-baja.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.