Ilmu Pangan berkaitan dengan
produksi, pengolahan, distribusi, persiapan, evaluasi, dan pemanfaatan pangan.
Dalam hal ini ahli kimia pangan bekerja dengan tanaman yang telah dipanen untuk
makanan, dan hewan yang telah disembelih untuk makanan.
Ahli kimia pangan mengkaji bagaimana produk makanan ini diproses, disiapkan, dan didistribusikan. Sebagai contoh, untuk menjawab tuntutan konsumen, beberapa ahli kimia pangan terlibat dengan menemukan lemak dan gula pengganti yang tidak mengubah rasa dan tekstur makanan. Sebenarnya ada tiga komponen utama dan komponen lainnya dalam makanan yang menjadi perhatian ahli kimia pangan, yaitu:
Ahli kimia pangan mengkaji bagaimana produk makanan ini diproses, disiapkan, dan didistribusikan. Sebagai contoh, untuk menjawab tuntutan konsumen, beberapa ahli kimia pangan terlibat dengan menemukan lemak dan gula pengganti yang tidak mengubah rasa dan tekstur makanan. Sebenarnya ada tiga komponen utama dan komponen lainnya dalam makanan yang menjadi perhatian ahli kimia pangan, yaitu:
1. Komponen utama
a. Karbohidrat
Terdiri dari 80% total konsumsi manusia, karbohidrat
yang paling umum dikenal manusia adalah pati. Jenis karbohidrat yang paling
sederhana adalah dari jenis monosakarida, yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa,
manosa, sorbosa, dan sebagainya. Rangkaian monosakarida akan membentuk sakarida
lain yang lebih besar, yaitu polisakarida (rantai panjang), oligosakarida (rantai
pendek), dan disakarida (dua molekul monosakarida).
Nilai kalori karbohidrat adalah 4 kilokalori per gram.
Karbohidrat dapat digunakan sebagai sumber energi setelah melalui proses kimia
di dalam tubuh yang memecah karbohidrat rantai panjang (polisakarida) menjadi
monosakarida, mislanya glukosa. Glukosa dibakar di dalam tubuh untuk
menghasilkan energi, dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Reaksi ini
tidak terjadi secara langsung, melainkan melalui kurang lebih 50 tahap reaksi.
Klasifikasi karbohidrat:
1) Polisakarida
·
Pati dan dekstrin. Komponennya berupa glukosa.
Karbohidrat ini umum dijumpai pada umbi-umbian, kacang-kacangan, tebu, bit, dan
sebagainya. Polisakarida ini dapat dicerna manusia.
·
Selulosa. Komponennya berupa glukosa. Umum
dijumpai pada dinding sel dan serat tanaman. Polisakarida ini tidak dapat
dicerna manusia.
·
Glikogen. Komponen utamanya adalah glukosa. Umum
dijumpai pada hati, jaringan hewan, dan jagung.
·
Hemiselulosa. Komponen utamanya adalah
arabinosa, xylosa, rhamnosa, galaktosa, manosa, glukoronat, dan galakturonat.
Umumnya terdapat di dinding sel, serat tanaman, biji-bijian, kacang-kacangan,
tepung, dedak, dll. Polisakarida ini tidak dapat dicerna manusia.
·
Pentosan. Komponen utamanya adalah arabinosa dan
xylosa. Umum ditemukan pada buah-buahan.
2) Oligosakarida
·
Rafinosa atau stakynosa. Komponen utamanya
adalah galaktosa, glukosa, dan fruktosa. Umum ditemukan pada kacang-kacangan,
biji-bijian, bit, dan tebu. Oligosakarida ini tidak dapat dicerna manusia.
·
Fruktosil-sukrosa. Komponen utamanya adalah
fruktosa dan glukosa. Umum ditemukan pada biji-bijian dan bawang bombay.
·
Maltooligosakarida. Komponen utamanya adalah
glukosa. Umum ditemukan pada sirup dan malt.
3) Disakarida
·
Sukrosa. Komponen utamanya adalah glukosa dan
fruktosa. Umum ditemukan pada tebu, bit, buah-buahan, sayur, dan makanan manis.
Disakarida ini dapat dicerna.
·
Maltosa dan isomaltosa. Komponen utamanya adalah
glukosa. Umum ditemukan pada sirup, malt, dan madu. Disakarida ini dapat
dicerna.
·
Laktosa. Komponen utamanya adalah galaktosa dan
glukosa. Umum ditemukan pada susu, keju, dan produk susu lainnya. Disakarida
ini dapat dicerna.
b. Lemak
Lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak
rantai panjang. Lemak umumnya dibedakan menjadi lemak hewani dan lemak nabati.
Lemak hewani mengandung asam lemak jenuh lebih banyak, dan pada temperatur
kamar berbentuk padat. Lemak nabati memiliki asam lemak tak jenuh lebih banyak,
dan dalam temperatur kamar berbentuk cair. Dalam mengukur derajat
ketidakjenuhan suatu lemak, digunakan bilangan iod, yaitu jumlah iodium yang
digunakan untuk mengadisi ikatan rangkap dari 100 gram lemak.
Lemak bersifat tidak larut dalam air, namun larut
dalam pelarut organik seperti karbon tetraklorida, eter, dsb. Total energi yang
diberikan lemak adalah 9 kilokalori per gram. Lemak berguna untuk membentuk sel
otak dan membran sel, sebagai cadangan energi, pengatur suhu tubuh, dan
pelindung organ.
c. Protein
Protein merupakan makromolekul yang sangat kompleks
dan menyusun sekitar 50% dari berat kering sel hidup. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi sel. Protein tersusun atas karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, dan beberapa jenis memiliki sulfur dan mineral seperti besi,
tembaga, fosfor, dan seng. Satu rantai protein merupakan rangkaian dari ribuan
unit asam amino.
Protein dalam tubuh berfungsi sebagai zat pembentuk
jaringan tubuh, pengatur, dan sebagai sumber energi. Selain itu, protein juga
berguna sebagai bahan pembentuk membran sel dan sebagai pembentuk enzim.
Dalam bahan pangan, protein merupakan zat yang penting
dalam pertumbuhan dan ketahanan hidup. Kebutuhan terhadap protein berbeda bagi
setiap orang tergantung keadaan fisiologisnya (kebutuhan protein bagi balita
berbeda dengan kebutuhan protein bagi ibu hamil, baik jenis maupun
kuantitasnya). Protein dalam bahan pangan umumnya ditemukan pada
kacang-kacangan, produk daging, dan makanan laut.
2. Komponen Lainnya
a. Air
Komponen utama dari bahan pangan adalah air. 50% massa
produk daging adalah air, dan 95% dari massa sayuran segar (misalnya selada,
kol, tomat) adalah air. Air juga tempat utama perkembangan bakteri pada bahan
pangan dan penyebab utama berbagai kerusakan bahan pangan. Aktivitas air (water
activity) adalah salah satu cara dalam menentukan usia simpan suatu produk
pangan. Salah satu kunci pengawetan bahan pangan adalah dengan mengurangi kadar
air atau mengubah karakteristik dari air tersebut, misalnya dengan dehidrasi,
pembekuan, dan pendinginan.
b. Vitamin
Vitamin adalah molekul organik yang dibutuhkan dalam
jumlah kecil untuk reaksi metabolit yang esensial bagi tubuh. Jumlah yang cukup
dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit, namun overdosis dapat memberikan
masalah bagi kesehatan, bahkan kematian.
Seluruh vitamin, kecuali vitamin A dan D, tidak dapat
diproduksi oleh tubuh sehingga dibutuhkan suplai dari bahan pangan. Untuk
sintesis vitamin A dan D, diperlukan provitamin A dan D yang didapatkan dari
bahan pangan.
Vitamin B dan C, serta pantotenat, biotin, dan folat
merupakan vitamin yang larut dalam air. Dalam keberadaannya di sumber bahan
pangan maupun setelah masuk ke dalam tubuh dan masuk ke dalam metabolisme
tubuh, vitamin-vitamin tersebut membutuhkan air. Vitamin yang larut dalam air,
jika kelebihan akan dibuang melalui urin. Vitamin A, D, E, dan K larut di dalam
lemak, dan tidak akan dikeluarkan dari dalam tubuh jika kelebihan, melainkan
akan disimpan.
c. Enzim
Enzim adalah katalis biokimia yang berperan dalam
proses konversi dari satu zat ke zat lainnya. Sebagai katalis, enzim berperan
penting dalam mengurangi waktu reaksi kimia di dalam tubuh. Banyak industri
pangan yang memanfaatkan enzim dalam prosesnya, seperti pembuatan bir, industri
susu, dan sebagainya. Dalam industri-industri tersebut, enzim didapatkan dari
aktivitas mikroba yang ditambahkan di dalam bahan pangan sehingga zat yang
terdapat dalam bahan pangan mengalami perubahan.
d. Zat Aditif
Zat aditif adalah zat tambahan yang sengaja dimasukkan
ke dalam makanan dengan tujuan tertentu. Penggunaan zat aditif dapat ditemukan
juga pada makanan yang tahan lama, seperti daging dan buah yang dijual dalam
kemasan kaleng.
zat aditif menjadi dua jenis,
yaitu:
1. Zat Aditif Alami
Zat aditif alami merupakan zat aditif yang bisa diperoleh dari alam,
seperti daun salam, daun pandan, kunyit, jahe, gula aren, dan asam.
2. Zat Aditif Sintetis (Buatan)
Zat aditif sintetis merupakan zat yang dibuat dengan
serangkaian proses kimia. Zat yang diperoleh dari proses kimia ini jika
dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap
kesehatan tubuh.
Beberapa bahan makanan yang termasuk ke dalam zat aditif
sintetis di antaranya formalin, Monosodium Glutamat (MSG), formalin, dan
sakarin. Biasanya, zat aditif sintetis lebih berbahaya bagi kesehatan jika
dibandingkan dengan zat aditif alami.
Fungsi Zat Aditif pada Makanan
Beberapa
fungsi dari zat aditif yang ditambahkan pada makanan di antaranya:
a.
Meningkatkan kandungan gizi pada makanan.
b.
Menjaga kualitas dan tekstur makanan sehingga
tetap terlihat segar.
c.
Menjaga agar makanan dapat tahan lama.
d.
Memberikan warna pada bahan makanan sehingga
terlihat menarik.
e.
Memberikan rasa sedap pada makanan.
f.
Memberikan aroma yang khas pada makanan.
e. Perasa
Diklasifikasikan menjadi dua, yaitu alami dan buatan.
Yang alami misalnya jahe, kayu manis, merica, vanili, garam, dan sebagainya.
Yang buatan misalnya MSG dan senyawa ester.
f.
Pewarna
Makanan
Terdapat tiga jenis zat pewarna, yaitu pewarna alami,
identik alami, dan buatan. Pewarna alami yaitu senyawa pigmen yang berasal dari
bahan alami, biasanya nabati. Contohnya yaitu antosianin, beta karoten, dan
kurkumin. Identik alami yaitu pewarna yang disintesis oleh manusia namun
memiliki struktur yang identik seperti yang terdapat di alam, misalnya
karotenoid. Pewarna buatan yaitu pewarna yang dibuat oleh manusia. Pewarna
buatan ini dapat mengubah warna makanan hanya dengan konsentrasi yang sedikit,
yaitu 5 sampai 600 ppm. Namun pewarna buatan ini berbahaya bagi kesehatan,
dapat mengakibatkan gangguan saluran pencernaan dan kanker.
DAFTAR PUSTAKA
-
Anonim. 2015. Pengertian Zat Aditif Pada Makanan
Alami dan Buatan Serta Fungsinya. Indonesia: Buku Pedia.
-
Anonim. 2016. Kimia Pangan. Indonesia:
Wikipedia.
@A13-RIFKA
BalasHapusPOINT 2
lain kali janganlah pakai background warna merah, jd tabrakan gt warnanya