Laman

Selasa, 14 Juni 2022

Potensi Tenaga Surya di Negara Tropis, Indonesia.

 

Potensi Tenaga Surya di Negara Tropis, Indonesia.

(Oleh M. Fadli Akbar Radian/ @V19-Fadli)


Berada di 6° Lintang Utara - 11° Lintang Selatan, dan 95° Bujur Timur – 141° Bujur Timur, membuat Indonesia hanya memilki 2 musim dan disebut sebagai negara Tropis. Dimana negara-negara dengan iklim tropis memiliki suhu rata-rata per hari lebih tinggi dibandingkan dengan jenis iklim lainnya. Rata-rata suhu panas di iklim tropis lebih dari 20° C, dan suhu terdinginnya hanya sekitar 18° C.

Melihat dari kondisi ini sebenarnya energi terbarukan tenaga surya memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi energi utama pengganti energi tak terbarukan fosil. Mengutip dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan yang cukup besar, salah satunya adalah Energi surya dengan potensi 4,80 kWh/m2/hari.

Tenaga Surya

Tenaga surya merupakan salah satu energi terbaik yang dapat dimanfaatkan karna tidak bersifat polutif, tidak dapat habis, dapat dipercaya dan tidak perlu membeli. Tenaga Surya atau Energi Surya atau Energi Matahari adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain.

Sejatinya Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari matahari. Terdapat dua macam teknologi yang dapat digunakan untuk memanfaatkan potensi energi surya.

a. aTeknologi energi surya fotovoltaik, Energi surya fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6 MW. Salah satu cara penyediaan energi listrik alternatif yang siap untuk diterapkan secara masal pada saat ini adalah menggunakan suatu sistem teknologi yang diperkenalkan sebagai Sistem Energi Surya Fotovoltaik (SESF) atau secara umum dikenal sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Fotovoltaik (PLTS Fotovoltaik). Sebutan SESF merupakan istilah yang telah dibakukan oleh pemerintah yang digunakan untuk mengidentifikasikan suatu sistem pembangkit energi yang memanfaatkan energi matahari dan menggunakan teknologi fotovoltaik. Komponen utama suatu SESF adalah:

1) Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran/radiasi matahari menjadi listrik secara langsung (direct conversion). Teknologi sel fotovoltaik yang banyak dikembangkan dewasa ini pada umumnya merupakan jenis teknologi kristal yang dibuat dengan bahan baku berbasis silikon. Produk akhir dari modul fotovoltaik menyerupai bentuk lembaran kaca dengan ketebalan sekitar 6 - 8 milimeter;

 2) Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka modul,peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain, teknologinya sudah dapat dikuasai;

3) Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri;

4) Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat, sistem hibrid, dan lain-lain masih diimpor.



b.     b. Teknologi energi surya termal, Energi surya termal pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60° C) dan skala menengah (temperatur kerja antara 60° - 120° C) telah dikuasai dari rancangbangun, konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga madya.

 

Potensi Energi Surya di Indonesia

Letak posisi Indonesia yang secara geografis terletak di daerah tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa membuat intensitas radiasi di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yaitu sekitar 4,66 – 5,54 kWh/m2 per hari, nilai tersebut termasuk nilai yang paling tinggi untuk dimanfaatkan sebagai PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), baik skala kecil, menengah maupun menengah keatas.

Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia yang di nyatakan oleh Kementerian ESDM, menunjukkan bahwa radiasi matahari indonesia dapat diklasifikasikan menjadi dua kawasan, yakni :

- Kawasan Barat Indonesia (KBI) = 4,5 kWh/m2 /hari, dengan vasiasi bulanan sekitar 10%

- Kawasan Timur Indonesia (KTI) = 5,1 kWh/m2 /hari, dengan variasi bulanan sekitar 9%

Data tersebut menunjukan bahwa ketersediaan radiasi matahari di Kawasan Timur Indonesia lebih tinggi dan lebih merata sepanjang tahun dibandingkan dengan Kawasan Barat Indonesia.



Salah satu daerah di Kawasan Timur Indonesia dengan poytensi radiasi matahari yang paling baik dan stabil adalah Probolinggo, Probolinggo sendiri merupakans alah satu daerah di pulau jawa yang baerada di pesisir pantai laut Jawa.

Sejatinya teknologi energi surya memiliki potensi yang cukup besar, khususnya di Indonesia. Namun sayangnya pemanfaatan energi surya di Indonesia masih dikatakan rendah. Dikutip dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia masih merealisasikan sebesar 195,4 MW di tahun 2021. Melihat angka tersebut, dapat disimpulakan bahwa realisasi kapasitas terpasang PLTS di Indonesia bahkan belum menyentuh angka 1%.

Besarnya potensi tenaga surya sebagai pengganti energi bahan bakar fosil harus lebih gencar disosialisasikan, agar msyarakat dapat lebih tertarik dan beralih untuk memanfaatkan tenaga surya yang jauh lebih ramah lingkungan. Sehingga dapat mendorong angka pemanfaatan tenaga surya di Indonesia.

 


Daftar Pustaka

Buku Panduan Energi yang Terbarukan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri, Kementerian Dalam Negeri Indonesia.

Kurniawan, Izief Aulia. (2016). Analisa Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sebagai Pemanfaatan Lahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton, Surabaya

Chairul dkk. (2020). Sosialisasi Pemanfaatan Tenaga Surya Sebagai Sumber Energi Listrik Di Desa Ciherang Pondok, Kabupaten Bogor. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Menerangi Negeri Vol. 2, No. 2, Juli 2020 P-ISSN: 2655-5956 DOI: https://doi.org/10.33

Widayana, Gede. Pemanfaatan Energi Surya. JPTK, UNDIKSHA, Vol. 9, No. 1, Januari 2012 : 37 – 46

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.