.

Senin, 15 November 2021

KONTRIBUSI KIMIA HIJAU TERHADAP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

 Oleh: Nopi Febriani (@T11-Nopi)


Abstrak

Setiap manusia bertanggung jawab untuk mempertimbangkan kepentingan makhluk hidup di bumi, terutama generasi yang akan datang, dengan tidak menimbulkan kerusakan bagi kehidupan di bumi. Karena itu, untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan para ahli kimia mengupayakan mencari bahan dasar yang tidak berbahaya dan mengubah proses-proses kimia dalam industri menjadi lebih aman dan lebih bersih. Usaha tersebut dinamakan dengan kimia hijau yang dalam penerapannya berdasarkan atas prinsip-prinsip kimia.

Kata kunci: Kimia Hijau, Pembangunan, Berkelanjutan

Abstract

Every human being is responsible for considering the interests of living things on earth, especially future generations, by not causing harm to life on earth. Therefore, to create sustainable development chemists seek to find harmless basic materials and change chemical processes in industry to be safer and cleaner. The business is called green chemistry which in its application is based on chemical principles.

Keywords: Green Chemistry, Development, Sustainable

Pendahuluan

          Menurut Nurbaity, (2011) Terkait dengan agenda pembangu-nan, pembangunan saat ini diarahkan pada pembangunan berkelanjutan dimana Word Commision on  Environ-ment and development (WCED), yaitu Komisi Sedunia Lingkungan Hidup dan pembangunan telah mensyaratkan bahwa dalam pembangunan harus meningkatkan produksi dengan cara yang ramah lingkungan serta menja-min terciptanya kesempatan yang merata dan adil bagi semua orang dimana taraf hidup masyarakat diing-katkan dengan cara yang tidak merusak lingkungan hidup. Pembangunan diharapkan mengacu kepada pemba-ngunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan menuju terbentuk-nya green globe (bumi yang hijau/ lestari).

      Berkaitan dengan hal di atas, proses pembangunan di Indonesia memang mampu memberikan sumba-ngan yang signifikan pada pertumbu-han ekonomi, namun menimbulkan masalah, antara lain masalah pencema-ran lingkungan yang disebabkan oleh bahan- bahan kimia yang beracun dan berbahaya yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Maka tidaklah keliru jika kondisi tersebut mendorong munculnya chemopobia dari masyarakat yang menganggap kimia sebagai racun dan penyebab timbulnya pencemaran lingkungan.

       Memperhatikan kondisi di atas dewasa ini para ahli kimia melakukan usaha untuk mencari bahan dasar yang tidak berbahaya dan mengubah proses- proses kimia dalam industri menjadi lebih aman dan lebih bersih. Usaha tersebut lebih dikenal dengan nama green chemistry. Sebagai bidang kajian kimia yang relatif baru, green chemisty memfokuskan kajiannya pada penera-pan sejumlah prinsip kimia yaitu dalam merancang, menggunakan atau memproduksi bahan kimia untuk mengurangi pemakaian atau produksi zat berbahaya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatas terdapat beberapa rumusan masalah yaitu:
1.  Apa yang di maksud dengan kimia hijau (green chemistry)
2.   Apa saja prinsip dari kimia hijau

      3. Bagaimana kontribusi kimia hijau terhadap pembangunan berkelanjutan

Tujuan

1.  Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan kimia hijau

2.  Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari kimia hijau

3.  Untuk mengetahui apa saja kontribusi kimia hijau terhadap pembangunan berkelanjutan

Pembahasan

        Menurut EPA (2015), Kimia Hijau (Green Chemistry) adalah desain produk dan proses kimia yang berupaya mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau berlaku untuk seluruh siklus hidup produk kimia, termasuk desain, manufaktur, penggunaan, dan pembuangan akhir. Kimia Hijau dikenal juga sebagai Kimia Berkelanjutan (Sustainable Chemistry). Dalam hal ini Kimia Hijau merupakan konsep dan pemikiran mengenai kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran.

       Sementara menurut Ulfah, Rahayu, dan Dewi (2013),Green Chemistry adalah penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan senyawa berbahaya dalam desain, pembuatan dan aplikasi dari produk kimia. Aspek Green Chemistry adalah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi atom, penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Green Chemistry bertujuan mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.

        Sebagai catatan, pembangunan berkelanjutan merupakan proses pembangunan dengan menerapkan prinsip “memenuhi kebutuhan sekarang, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan". Hal itu dimuat dalam laporan PBB mengenai tahun 1987, yang dikutip oleh Collins (2001).

Fatimah (2011) berpendapat bahwa, Untuk mengembangkan penerapan kimia hijau terhadap pembangunan berkelanjutan harus didasasarkan pada 12 prinsip.

1)        Pencegahan Limbah, yakni lebih baik melakukan pencegahan timbulnya limbah bahan kimia dalam suatu reaksi/proses industri daripada melakukan pengolahan limbah

2)       Atom ekonomi, yakni metode sintetis harus dirancang untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan baku yang digunakan dalam proses menjadi produk akhir.

3)         Sintetis bahan kimia rendah bahaya, yakni jika memungkinkan, metode sintesis harus didesain untuk menggunakan dan menghasilkan substansi yang rendah toksisitas atau tanpa toksisitas bagi manusia dan lingkungan.

4)     Desain bahan kimia aman, yakni Produk bahan kimia harus didesain sehingga fungsi yang dimilikinya memiliki toksisitas sangat rendah

5)         Pelarut dan bahan tambahan aman, yakni penggunaan bahan meliputi pelarut, agen pemisahan, agen pengatur kondisi digunakan hanya pada saat dibutuhkan dan dalam konsentrasi serendah mungkin.

6)   Desain untuk efisiensi energy, yakni kebutuhan energi untuk suatu proses kimia harus memperhatikan minimalisasi dampak lingkungan dan ekonomi. Dan jika memungkinkan, suatu reaksi dapat dilakukan pada temperatur ambien tanpa tekanan tinggi sehingga meminimalkan energi.

7)         Penggunaan bahan terbarukan, yakni bahan untuk suatu reaksi atau proses industri diupayakan agar secara teknis atau secara ekonomis efisien dan terbarukan.

8)    Pengurangan tahapan derivative, yakni derivatif yang tidak perlu harus diminimalkan atau dihindari.

9)      Katalisis, yakni Pemanfaatan katalis seselektif mungkin dan yang merupakan reagen dengan sifat stokiometrik yang paling baik.

10)        Desain untuk degradasi, yakni produk kimia seharusnya didesain sehingga pada akhir fungsinya, bahan terurai menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya atau tidak memiliki ketahanan lama (persintesi) di lingkungan.

11)         Analisis sewaktu untuk pencegahan polusi, yakni analisis sewaktu memungkinkan pengambilan keputusan bagi sebuah treatment dan perencanaan.

12)          Meminimalisir potensi kecelakaan, yakni penggunaan bahan kimia dalam sebuah proses harus dipilih berdasarkan kecilnya potensi kecelakaan kimia. Hal ini meliputi penggunaan bahan dan jumlah bahan, pertimbangan resiko ledakan dan kebakaran zat.

   Dalam pelaksanaan prinsip-prinsip nya kimia hijau dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan lestari dan berkelanjutan, setidaknya untuk tiga bidang utama.

1.    Pertama, teknologi energi terbarukan yang akan menjadi pilar utama dari peradaban teknologi tinggi yang berkelanjutan (Collins, 2001). Dalam hal ini ahli kimia dapat berkontribusi antara lain dalam pengembangan konversi energi matahari menjadi energi kimia dan energi listrik.

2.    Kedua, reagen yang digunakan oleh industri kimia, yang masih sebagian besar bersumber dari minyak bumi, harus mulai digantikan oleh sumber yang terbarukan. Hal itu untuk mengurangi ketergantungan pada sumber karbon yang berasal dari fosil.

3.    Ketiga, diperlukan adanya teknologi alternatif pengendalian polusi yang lebih mumpuni.

       Selain itu, salah satu contoh pembangunan berkelanjutan adalah pertanian berwawasan lingkungan. Pertanian organik, pengelolaan hama terpadu, dan manajemen gulma merupakan unsur-unsur pertanian berwawasan lingkungan yang dapat menunjang pembangunan berkelanjutan.

       Pertanian organik merupakan proses produksi yang didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman tanpa menggunakan senyawa kimia yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Dalam kegiatan tersebut, faktor perlindungan terhadap lingkungan mendapat prioritas utama. Untuk meningkatkan produksi pertanian tidak digunakan pupuk buatan dan pestisida, melainkan pupuk organik, pengendalian hama terpadu, manajemen gulma, dan pengembangan pola tanam. Pengelolaan hama terpadu mempunyai tujuan untuk meningkatkan produksi pertanian dan penghasilan petani dengan memperkecil biaya produksi, yaitu mengurangi penggunaan faktor produksi, terutama pestisida, untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan (Ulfah, Rahayu, dan Dewi, 2011).

Kesimpulan

        Kimia hijau memiliki peran penting dalam upaya mencegah atau mengurangi bahaya polusi akibat bahan kimia beracun dan berbahaya yang menimbulkan masalah lingkungan. Kimia hijau juga memiliki kontribusi penting dalam pembangunan berkelanjutan disegala bidang  dengan pelaksanaannya berdasarkan atas ke-12 prinsip kimia hijau.

Daftar Pustaka

Anwar, Muslih. 2015. Kimia Hijau/ Green Chemistry. Dalam http://bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?lang=id&u=blog-single&p=343. (Diakses Pada 15 November 2021).

Jehamun, Philipus. 2019. Kimia Hijau Berperan Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Dalam https://bernasnews.com/kimia-hijau-berperan-mewujudkan-pembangunan-berkelanjutan/. (Diakses Pada 14 November 2021).

Manahan, Stanley E. 2006. Green Chemistry And The Ten Commandments Of Sustainability. Columbia, Missouri U.S.A. : ChemChar Research, Inc.

Nurbaity. 2011. Pendekatan Green Chemistry Suatu Inovasi Dalam Pembelajaran Kimia Berwawasan Lingkungan. Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 1(1), 14. Dalam http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:Wel3rzOwZRYJ:journal.unj.ac.id/unj/index.php/jrpk/article/download/175/216+&cd=13&hl=id&ct=clnk&gl=id. (Diakses Pada 14 November 2021).

Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh, R.V.. 2008. Gray Chemistry Versus Green Chemistry: Challenges and Opportunities. Rasayan J.Chem., 1(1) 68-92. (Diakses Pada 15 November 2021).

Ulfah, Maria, Rahayu, Praptining, dan Lussana, Rossita Dewi. 2013. Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada Program Studi Pendidikan Biologi. Semarang: IKIP PGRI Semarang. Dalam https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:hblfTp2nlSwJ:https://media.neliti.com/media/publications/175568-ID-konsep-pengetahuan-lingkungan-green-chem.pdf+&cd=15&hl=id&ct=clnk&gl=id. (Diakses Pada 14 November 2021).

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.