Oleh: Widiastuti (@T22-Widiastuti)
Energi merupakan elemen yang cukup vital dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga saat ini penggunaan energi masih didominasi oleh penggunaan energi fosil
yang semakin menipis, sementara pengelolaannya masih belum dilakukan dengan
optimal. Energi hijau merupakan sumber pembangkit listrik ramah lingkungan
untuk mengurangi emisi energi fosil. masalah yang paling mendesak untuk
teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif,
serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi
energi. Upaya dalam pengembangan energi terbarukan yang biasa disebut dengan
energi hijau (green energy) ini, perlu dikembangkan budaya pemanfaatan energi
hijau meskipun secara sederhana. Upaya tersebut tentu saja disesuaikan dengan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia serta budaya masyarakatnya. Keunggulan
EBT potensial yang perlu dikembangkan di masa depan yaitu energi surya untuk
mendukung energi primer karena faktor efektivitas biaya.
Kata
kunci: energi hijau, teknologi hijau, ramah lingkungan, kimia, energi
terbarukan
ABSTRACT
Energy is a vital element in
everyday life. Currently, the use of energy is still dominated by the use of
energy that is running low, while its management is still not carried out
optimally. Energy is an environmentally friendly source of electricity generation
to reduce fossil energy emissions. the most pressing problem for green
technology is energy, including the development of alternative fuels, as well
as the development of new ways to produce energy, including energy efficiency.
Efforts in developing renewable energy, commonly referred to as green energy,
need to develop a simple use of green energy. These efforts are of course
adapted to the potential of natural resources, human resources, and the culture
of the people. Advantages of EBT The potential that needs to be developed in
the future is solar energy to support primary energy because of the cost
effectiveness factor.
Keyword:
green energy, green technology, environmentally
friendly, chemical, renewable energy
PENDAHULUAN
Menurut Mala (2018), Energi merupakan elemen yang cukup
vital dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan energi yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan ekonomi. Hingga saat ini penggunaan energi masih didominasi oleh
penggunaan energi fosil yang semakin menipis, sementara pengelolaannya masih
belum dilakukan dengan optimal. Perencanaan energi perlu dilakukan sebagai
dasar dari suatu kebijakan pemerintah dalam mengelola energi demi mewujudkan
kemandirian dan ketahanan energi nasional.
Menurut Siswiyanti (2006), Keterbatasan energi fosil,
diiringi konsumsi yang terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya laju
pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi, paradigma pemanfaatan energi
harus bergeser pada pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy), seperti
biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, energi samudra
bahkan energi nuklir. Ini perlu dikembangkan di tataran pedesaan, agar
masyarakat tidak tergantung pada pasokan dan subsidi pemerintah serta dapat
memanfaatkan sumber daya alam yang mereka miliki, khususnya untuk wilayah
pedesaan terpencil dan sulit dijangkau.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa definisi dari energi hijau?
2. Apa
saja upaya dalam pengembangan energi hijau di pedesaan?
3. Apa
strategi peningkatan penggunaan energi hijau?
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui definisi dari energi hijau
2. Untuk
mengetahui apa saja upaya dalam pengembangan energi hijau di pedesaan
3. Untuk
mengetahui strategi peningkatan penggunaan energi hijau
PEMBAHASAN
Menurut Faturahman (2021), Energi hijau merupakan sumber
pembangkit listrik ramah lingkungan untuk mengurangi emisi energi fosil. Menurut
Hidayat (2021) masalah yang paling mendesak untuk teknologi hljau adalah
energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya
cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi. Kebutuhan
energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini sejalan
dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, dan
pesatnya perkembangan sektor industri. Kondisi penyediaan energi di Indonesia
saat ini masih didominasi oleh energi fosil, terutama batu bara. Hal tersebut
dikarenakan sektor pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, selain batu bara juga digunakan sebagai
bahan bakar di sektor industri (Faturahman, 2021)
Menurut Siswiyanti (2006) Salah satu upaya dalam
pengembangan energi terbarukan yang biasa disebut dengan energi hijau (green
energy) ini, perlu dikembangkan budaya pemanfaatan energi hijau meskipun secara
sederhana di tingkat pedesaan. Pembangkit energi sederhana ini misalnya seperti
:
a.
budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas) dan jarak kaliki (Ricinus
Communis) yang bijinya berpotensi sebagai bahan bakar. Penelitian di Gujarat
India menunjukkan bahwa 5 ton biji jarak bila digilas akan menghasilkan 1,6 ton
minyak (rendemennya 32%), dengan 9.470 k.cal per kg (energi solar sekitar 10.1770
k.cal per kg). Jadi bila 10 kilogram biji jarak digilas, maka dapat
menghasilkan 3,2 kilogram minyak. Minyak ini dapat diaplikasikan langsung pada
mesin diesel yang biasa memakai bahan bakar solar.
b.
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas.
c.
Membudayakan hutan rakyat dengan penanaman tanaman keras sebagai kayu bakar di
lahan-lahan kosong untuk membangun sumber penghasil energi.
d.
Membangun kincir air sederhana sebagai pembangkit tenaga listrik, dan
lain-lain.
Upaya tersebut tentu saja disesuaikan dengan potensi sumber
daya alam, sumber daya manusia serta budaya masyarakatnya. Masing-masing
masyarakat mempunyai keunikan dan kekhasan. Namun, satu hal yang mempunyai
prospek menjanjikan bagi masyarakat adalah budidaya tanaman jarak pagar. Selain
dapat menghasilkan sumber energi yang akan memperkuat ketahanan energi pedesaan
(energy security), juga meningkatkan ekonomi dan menghijaukan (konservasi)
lahan (Siswiyanti, 2006)
Menurut Faturahman (2021) Mencermati tren global saat ini
adalah penggunaan listrik berbasis energi bersih sesuai Perjanjian Paris 2015
untuk menurunkan emisi karbon hingga 29% dengan usaha sendiri dan 41% bersama
bantuan internasional di 2030. Untuk mencapai target penurunan emisi,
pemerintah perlu memberlakukan pemakaian batu bara di bawah 55% dan EBT di atas
35% serta alokasi anggaran untuk pembangunan yang memadai. Percepatan
pengembangan EBT sendiri dilakukan dengan pemberhentian operasi pembangkit
listrik fosil PLTD berusia 15 tahun serta PLTU dan PLTGU berusia 20 tahun untuk
diganti pembangkit listrik EBT. Keunggulan EBT potensial yang perlu
dikembangkan di masa depan yaitu energi surya untuk mendukung energi primer
karena faktor efektivitas biaya. International Renewable Energy Agency (IRENA)
menyebutkan bahwa apabila biaya energi surya disandingkan dengan biaya energi
angin, maka biaya energi surya mengalami penurunan secara cepat dalam 10 tahun
terakhir. Faktor utama yang menyebabkan biaya energi surya dapat menurun dengan
cepat adalah sumber energi matahari yang melimpah dan tidak akan pernah habis,
terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia (Faturahman, 2021)
KESIMPULAN
Energi merupakan elemen yang cukup vital dalam kehidupan sehari-hari.
Hingga saat ini penggunaan energi masih didominasi oleh penggunaan energi fosil
yang semakin menipis, sementara pengelolaannya masih belum dilakukan dengan
optimal. Energi hijau merupakan sumber pembangkit listrik ramah lingkungan
untuk mengurangi emisi energi fosil. masalah yang paling mendesak untuk
teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif,
serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi
energi.
DAFTAR
PUSTAKA
Faturahman,
Burhanudin Mukhamad. 2021. PENINGKATAN PORSI ENERGI HIJAU PADA RUPTL
2021-2030. KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS: Vol. XIII,
No.11. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%2520Singkat-XIII-11-I-P3DI-Juni-2021-1992.pdf&ved=2ahUKEwj18J6n-bn0AhVVTWwGHfvZDhMQFnoECAsQAQ&usg=AOvVaw1HvmUm3XjG19gWLpxZ3OhD
(Diakses pada 26 November 2021)
Hidayat,
atep. 2021. Teknologi hijau. Jakarta: Universitas Mercu Buana (Diakses
pada 25 November 2021)
Mala,
Alvina Nur dan Rina Mardiati. 2018. Model Perencanaan Energi Hijau
Menggunakan Metode Computable General Equilibrium. JNTETI, Vol. 7, No. 2.
Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejnteti.jteti.ugm.ac.id/index.php/JNTETI/article/download/426/347&ved=2ahUKEwj18J6n-bn0AhVVTWwGHfvZDhMQFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw2I6rI0zzXjRuSzyYYNHYIM
(Diakses pada 26 November 2021)
Siswiyanti,
Yayuk dan Amri Jahi. 2006. MENGEMBANGKAN KAPASITAS MASYARAKAT PEDESAAN DALAM
BERSWASEMBADA ENERGI MELALUI PENDIDIKAN:Pengembangan Energi Hijau (Green
Energy) sebagai Energi Alternatif. Jurnal Penyuluhan: Vol. 2, No. 2. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43028/1/Yayuk%2520Siswiyanti.pdf&ved=2ahUKEwj18J6n-bn0AhVVTWwGHfvZDhMQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw2AeeOUsmKgzI1AkDI3FQ7C
(Diakses pada 26 November 2021)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.