Laman

Minggu, 28 November 2021

Teknologi Hijau: Energi hijau yang ramah lingkungan

Oleh: Widiastuti (@T22-Widiastuti)





 ABSTRAK

Energi merupakan elemen yang cukup vital dalam kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini penggunaan energi masih didominasi oleh penggunaan energi fosil yang semakin menipis, sementara pengelolaannya masih belum dilakukan dengan optimal. Energi hijau merupakan sumber pembangkit listrik ramah lingkungan untuk mengurangi emisi energi fosil. masalah yang paling mendesak untuk teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi. Upaya dalam pengembangan energi terbarukan yang biasa disebut dengan energi hijau (green energy) ini, perlu dikembangkan budaya pemanfaatan energi hijau meskipun secara sederhana. Upaya tersebut tentu saja disesuaikan dengan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia serta budaya masyarakatnya. Keunggulan EBT potensial yang perlu dikembangkan di masa depan yaitu energi surya untuk mendukung energi primer karena faktor efektivitas biaya.

Kata kunci: energi hijau, teknologi hijau, ramah lingkungan, kimia, energi terbarukan

 

ABSTRACT

Energy is a vital element in everyday life. Currently, the use of energy is still dominated by the use of energy that is running low, while its management is still not carried out optimally. Energy is an environmentally friendly source of electricity generation to reduce fossil energy emissions. the most pressing problem for green technology is energy, including the development of alternative fuels, as well as the development of new ways to produce energy, including energy efficiency. Efforts in developing renewable energy, commonly referred to as green energy, need to develop a simple use of green energy. These efforts are of course adapted to the potential of natural resources, human resources, and the culture of the people. Advantages of EBT The potential that needs to be developed in the future is solar energy to support primary energy because of the cost effectiveness factor.

Keyword: green energy, green technology, environmentally friendly, chemical, renewable energy

 

PENDAHULUAN

Menurut Mala (2018), Energi merupakan elemen yang cukup vital dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaannya terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan energi yang dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Hingga saat ini penggunaan energi masih didominasi oleh penggunaan energi fosil yang semakin menipis, sementara pengelolaannya masih belum dilakukan dengan optimal. Perencanaan energi perlu dilakukan sebagai dasar dari suatu kebijakan pemerintah dalam mengelola energi demi mewujudkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.

Menurut Siswiyanti (2006), Keterbatasan energi fosil, diiringi konsumsi yang terus meningkat, sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan ekonomi, paradigma pemanfaatan energi harus bergeser pada pemanfaatan energi terbarukan (renewable energy), seperti biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin, energi samudra bahkan energi nuklir. Ini perlu dikembangkan di tataran pedesaan, agar masyarakat tidak tergantung pada pasokan dan subsidi pemerintah serta dapat memanfaatkan sumber daya alam yang mereka miliki, khususnya untuk wilayah pedesaan terpencil dan sulit dijangkau.

 

RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari energi hijau?

2. Apa saja upaya dalam pengembangan energi hijau di pedesaan?

3. Apa strategi peningkatan penggunaan energi hijau?

 

TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari energi hijau

2. Untuk mengetahui apa saja upaya dalam pengembangan energi hijau di pedesaan

3. Untuk mengetahui strategi peningkatan penggunaan energi hijau

 

PEMBAHASAN

Menurut Faturahman (2021), Energi hijau merupakan sumber pembangkit listrik ramah lingkungan untuk mengurangi emisi energi fosil. Menurut Hidayat (2021) masalah yang paling mendesak untuk teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi. Kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan penduduk, dan pesatnya perkembangan sektor industri. Kondisi penyediaan energi di Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil, terutama batu bara. Hal tersebut dikarenakan sektor pembangkit listrik di Indonesia didominasi oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, selain batu bara juga digunakan sebagai bahan bakar di sektor industri (Faturahman, 2021)

Menurut Siswiyanti (2006) Salah satu upaya dalam pengembangan energi terbarukan yang biasa disebut dengan energi hijau (green energy) ini, perlu dikembangkan budaya pemanfaatan energi hijau meskipun secara sederhana di tingkat pedesaan. Pembangkit energi sederhana ini misalnya seperti :

a. budidaya tanaman jarak pagar (Jatropha Curcas) dan jarak kaliki (Ricinus Communis) yang bijinya berpotensi sebagai bahan bakar. Penelitian di Gujarat India menunjukkan bahwa 5 ton biji jarak bila digilas akan menghasilkan 1,6 ton minyak (rendemennya 32%), dengan 9.470 k.cal per kg (energi solar sekitar 10.1770 k.cal per kg). Jadi bila 10 kilogram biji jarak digilas, maka dapat menghasilkan 3,2 kilogram minyak. Minyak ini dapat diaplikasikan langsung pada mesin diesel yang biasa memakai bahan bakar solar.

b. Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas.

c. Membudayakan hutan rakyat dengan penanaman tanaman keras sebagai kayu bakar di lahan-lahan kosong untuk membangun sumber penghasil energi.

d. Membangun kincir air sederhana sebagai pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.

Upaya tersebut tentu saja disesuaikan dengan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia serta budaya masyarakatnya. Masing-masing masyarakat mempunyai keunikan dan kekhasan. Namun, satu hal yang mempunyai prospek menjanjikan bagi masyarakat adalah budidaya tanaman jarak pagar. Selain dapat menghasilkan sumber energi yang akan memperkuat ketahanan energi pedesaan (energy security), juga meningkatkan ekonomi dan menghijaukan (konservasi) lahan (Siswiyanti, 2006)

Menurut Faturahman (2021) Mencermati tren global saat ini adalah penggunaan listrik berbasis energi bersih sesuai Perjanjian Paris 2015 untuk menurunkan emisi karbon hingga 29% dengan usaha sendiri dan 41% bersama bantuan internasional di 2030. Untuk mencapai target penurunan emisi, pemerintah perlu memberlakukan pemakaian batu bara di bawah 55% dan EBT di atas 35% serta alokasi anggaran untuk pembangunan yang memadai. Percepatan pengembangan EBT sendiri dilakukan dengan pemberhentian operasi pembangkit listrik fosil PLTD berusia 15 tahun serta PLTU dan PLTGU berusia 20 tahun untuk diganti pembangkit listrik EBT. Keunggulan EBT potensial yang perlu dikembangkan di masa depan yaitu energi surya untuk mendukung energi primer karena faktor efektivitas biaya. International Renewable Energy Agency (IRENA) menyebutkan bahwa apabila biaya energi surya disandingkan dengan biaya energi angin, maka biaya energi surya mengalami penurunan secara cepat dalam 10 tahun terakhir. Faktor utama yang menyebabkan biaya energi surya dapat menurun dengan cepat adalah sumber energi matahari yang melimpah dan tidak akan pernah habis, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia (Faturahman, 2021)

 

KESIMPULAN

Energi merupakan elemen yang cukup vital dalam kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini penggunaan energi masih didominasi oleh penggunaan energi fosil yang semakin menipis, sementara pengelolaannya masih belum dilakukan dengan optimal. Energi hijau merupakan sumber pembangkit listrik ramah lingkungan untuk mengurangi emisi energi fosil. masalah yang paling mendesak untuk teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi.

 

DAFTAR PUSTAKA

Faturahman, Burhanudin Mukhamad. 2021. PENINGKATAN PORSI ENERGI HIJAU PADA RUPTL 2021-2030. KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS: Vol. XIII, No.11. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%2520Singkat-XIII-11-I-P3DI-Juni-2021-1992.pdf&ved=2ahUKEwj18J6n-bn0AhVVTWwGHfvZDhMQFnoECAsQAQ&usg=AOvVaw1HvmUm3XjG19gWLpxZ3OhD (Diakses pada 26 November 2021)

Hidayat, atep. 2021. Teknologi hijau. Jakarta: Universitas Mercu Buana (Diakses pada 25 November 2021)

Mala, Alvina Nur dan Rina Mardiati. 2018. Model Perencanaan Energi Hijau Menggunakan Metode Computable General Equilibrium. JNTETI, Vol. 7, No. 2. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://ejnteti.jteti.ugm.ac.id/index.php/JNTETI/article/download/426/347&ved=2ahUKEwj18J6n-bn0AhVVTWwGHfvZDhMQFnoECAkQAQ&usg=AOvVaw2I6rI0zzXjRuSzyYYNHYIM (Diakses pada 26 November 2021)

Siswiyanti, Yayuk dan Amri Jahi. 2006. MENGEMBANGKAN KAPASITAS MASYARAKAT PEDESAAN DALAM BERSWASEMBADA ENERGI MELALUI PENDIDIKAN:Pengembangan Energi Hijau (Green Energy) sebagai Energi Alternatif. Jurnal Penyuluhan: Vol. 2, No. 2. Dalam https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/43028/1/Yayuk%2520Siswiyanti.pdf&ved=2ahUKEwj18J6n-bn0AhVVTWwGHfvZDhMQFnoECAMQAQ&usg=AOvVaw2AeeOUsmKgzI1AkDI3FQ7C (Diakses pada 26 November 2021)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.