I.
Pendahuluan
Salah satu kajian utama
dalam ilmu kimia adalah mempelajari struktur materi. Mengapa struktur materi
begitu penting dalam ilmu kimia?Sebab terdapat hubungan timbah balik antara
struktur dan sifat-sifat materi. Dengan kata lain, sifat-sifat materi dapat
diramalkan berdasarkan struktur atau sebaliknya, struktur materi dapat
diramalkan dari sifat-sifat materi yang dipelajari.
II.
Pembahasan
A.
Bentuk-bentuk Dasar
Molekul
1.Bangun
Molekul
Walaupun
di alam jumlah materi sangat banyak dan bderagam baik jenis maupun strukturnya
, tetapi pada dasarnya materi tersebut dibangun oleh beberapa jenis atom yang
saling berkaitan membentuk molekul. Jumlah cara dari atom-atom yang membangun
molekul sangat terbatas ,sebab dikarakterisasi oleh sudut antar ikatan dan
sifat partikel penyusunnya.Para pakar kimia menggolongkan bentuk molekul ke
dalam beberapa bentuk ruang tiga dimensi atau disebut struktur molekul,yaitu
sebagai berikut.
B.
Struktur Molekul Dan
Teori Domain Elektron
1.Prediksi Bentuk
Molekul Menurut VSEPR
Tabel 2. Struktur Lewis Dan Struktur Tiga Dimensi
Domain Tiga Elektron
Tabel 3. Struktur Lewis Dan Struktur Tiga Dimensi
Domain Empat Elektron
Tabel 4. Struktur Lewis Dan Struktur Tiga Dimensi Domain Empat
Elektron
C. Momen
Dipol dan Geometri Molekul
Momen dipol merupakan suatu besaran vektor
yang digambarkan menggunakan moment ikatan. Jika jumlah vektor momen-momen
ikatan lebih besar dari nol, maka molekul tersebut bersifat polar, sebaliknya
jika jumlah vektor momen-momen ikatan sama dengan nol, maka maka molekul
tersebut bersifat nonpolar.
Momen ikatan terbentuk jika dua atom yang
berikatan dalam suatu senyawa memiliki perbedaan keelektronegatifan. Elektron
yang yang ditarik oleh atom yang lebih elektronegatif menunjukan arah momen
ikatan dan ditunjukan menggunakan tanda → dari atom yang kurang elektronegatif
menuju atom yang lebih elektronegatif.
Akibat tarikan elektron yang terjadi,
terbentuk semacam kutub negatif pada atom yang lebih elektronegatif, sedangkan
pada atom yang kurang elektronegatif akan terbentuk semacam kutub positif. Kutub
positif atau negatif yang terbentuk disebut muatan parsial, yang digambarkan
menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif (δ¯) diberikan pada unsur
yang lebih elektronegatif dan muatan parsial positif (δ+) diberikan pada unsur
yang kurang elektronegatif (lebih elektropositif).
Untuk senyawa diatom yang disusun oleh
unsur yang sejenis, molekul yang dimiliki selalu bersifat nonpolar kecuali ozon
yang bersifa polar. Hal ini disebabkan dua atom penyusun senyawa memiliki
keelektronegatifan sama sehingga tidak terbentuk momen ikatan. Sedangkan untuk
senyawa diatom yang disusun oleh dua atom yang berbeda molekul yang dimiliki
selalu bersifat polar karena adanya perbedaan keeltronegatifan.
Tetapi untuk senyawa-senyawa yang tersusun
lebih dari dua atom, kepolaran molekul tidak dapat ditentukan jika hanya
didasarkan pada perbedaan keelektronegatifan. Hal ini disebabkan
senyawa-senyawa tertentu walaupun memiliki ikatan kovalen polar tetapi
molekulnya bersifat nonpolar. Misalnya CCl4, CO2 dan BeCl2 merupakan beberapa
senyawa dengan ikatan kovalen polar tetapi memiliki molekul yang nonpolar.
Pada molekul CCl4, yang mempunyai bentuk
molekul tetrahedaral dengan C sebagai atom pusat dan dikelilingi oleh 4 atom Cl
seperti pada Gambar.
Perbedaan
keelektronegatifan C dan Cl adalah sebesar 3-2,5 = 0,5. Jadi ikatan C–Cl
termasuk ikatan kovalen (tepatnya ikatan kovalen polar) karena perbedaan
keeltronegatifan lebih kecil 1,7. Walaupun ikatan C–Cl berupa ikatan kovalen
polar tetapi molekulnya bersifat nonpolar.
Hal ini disebabkan, bentuk tetrahedral
dari molekul CCl4 dapat dikatakan simetrism karena memiliki pusat simetri pada
atom C ditengah, sehingga jumlah momen ikatan yang sama dengan nol. Atau dapat
dikatan tarikan elektron akibat adanya perbedaan keelektronegatifan saling
meniadakan atau saling menguatkan (perhatikan tanda panah pada strutur). Hal
ini dapat diandaikan, suatu benda yang berada di tengah-tengah ditarik dari
empat sudut dengan kekuatan sama, maka benda tersebut tidak akan bergerak. Karena
hal inilah molekul CCl4 bersifat nonpolar.
Jika CCl4 salah satu atom Cl diganti oleh
atom lain misalnya H, maka sifat molekul yang awalnya nonpolar berubah menjadi
polar. Hal ini disebabkan kepolaran ikatan C-H berbeda dengan kepolaran ikatan
C-Cl, sehingga momen dipol yang terbentuk tidak saling meniadakan. Tetapi
apabila semua atom C diganti oleh atom H maka molekulnya bersifat nonpolar
karena kepolaran semua ikatan C–H sama besar sehingga mpmen ikatan yang
terbentuk saling meniadakan.
D. Hibridasi dan Bentuk Molekul
1.
Bentuk molekul berdasarkan teori domain elektron
Pada molekul sederhana, jika atom pusatnya
memuat dua sampai enam pasangan elektron, maka bentuk molekulnya dapat
diramalkan menggunakan teori VSEPR (Vallence Shell Electron Pair Repulsion)
atau dikenal dengan istilah tolakan pasangan elektron di kulit terluar (teori
domain elektron). Domain elektron adalah kedudukan elektron atau daerah
keberadaan elektron di atom pusat. Untuk menentukan bentuk molekul berdasarkan
teori domain elektron ini, Quipperian harus mengetahui jumlah pasangan elektron
ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB). PEI adalah pasangan elektron
yang digunakan untuk berikatan dengan atom lain, sedangkan PEB adalah pasangan
elektron yang tidak digunakan untuk berikatan.
PEI dan PEB menempati posisi di sekitar
atom pusat dalam suatu molekul, sehingga terjadi gaya tolak-menolak antara
pasangan elektron tersebut. Gaya tolak-menolak yang dihasilkan harus serendah
mungkin. Artinya, pasangan elektron akan berada pada posisi terjauh.
Posisi
PEI berpengaruh pada arah ikatan kovalen dan bentuk molekulnya.
PEB
akan mengalami gaya tolakan yang lebih besar daripada PEI, sehingga PEB akan
mendorong PEI agar lebih berdekatan. Akibatnya, PEB bisa menempati ruang yang
luas. Sudut yang terbentuk antara PEB dan pasangan elektron lainnya minimal
90o.
Adapun
urutan gaya tolak-menolak antarpasangan elektron adalah sebagai berikut.
PEB –
PEB > PEB – PEI > PEI – PEI
2.
Meramalkan bentuk molekul
Jika melihat kembali teori domain
elektron, bentuk molekul dapat diramalkan dengan menghitung jumlah elektron
yang terlibat dalam pembentukan ikatan. Adapun langkah-langkah untuk meramalkan
bentuk molekul adalah sebagai berikut.
1. Menentukan
jumlah elektron valensi atom pusat.
2. Menentukan
jumlah elektron dari atom lain yang digunakan dalam ikatan.
3. Menentukan
jumlah PEI dan PEB.
4. Menentukan
bentuk molekul.
Hibridisasi merupakan proses bergabungnya
orbital atom pusat dengan orbital atom lainnya sehingga terbentuk orbital
hibrida. Orbital hibrida yang terbentuk memiliki panjang ikatan, sudut, dan
tingkat energi yang berbeda dengan orbital pembentuknya. Keberadaan orbital
hibrida ini mampu menjelaskan bentuk molekul dan ikatan atom-atom di dalamnya.
Orbital hibrida terdiri dari orbital hibrida sp yang berbentuk linear, sp2 yang
berbentuk segitiga datar, sp3 yang berbentuk tetrahedral, sp3d yang berbentuk
segitiga bipiramida, dan sp3d2 yang berbentuk oktahedral.
Adapun langkah-langkah menentukan hibridasi
adalah sebagai berikut.
1. Menggambarkan
diagram elektron valensi atom pusat pada keadaan dasar.
2.
Menggambarkan kembali diagram orbital namun
dalam keadaan tereksitasi sehingga bisa berpasangan dengan elektron dari atom
lainnya.
3. Menentukan
orbital hibrida (orbital baru) dengan melihat orbital-orbital yang terlibat.
III.
Daftar Pustaka
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar 1. Bandung: Yrama Widya
S, Syukri. 1999. Kimia
Dasar 1. Bandung: Penerbit ITB
H. Petrucci, Ralph. 1987. Kimia
Dasar. Bogor: PT. Gelora Aksara Pratama
Dalam http://staffnew.uny.ac.id/upload/132206549/pengabdian/06_Teori_domain_elektron_VSEPR.pdf
(diakses 23 November 2019)
Dalam https://wanibesak.wordpress.com/tag/momen-dipol/
(diakses 24 November 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.