Kimia Hijau
Kimia Hijau
Oleh : Gayatri
Wahyu Andini (@P13-GAYATRI)
Kata Kunci :
Kimia, hijau, industri
Abstrak :
Kemajuan teknologi dan industri kimia yang berkembang pesat
disadari menimbulkan berbagai masalah lingkungan. Dalam beberapa proses, reaksi
kimia memegang peranan penting sehingga faktor produktivitas proses industri
kimia diarahkan untuk mendapatkan hasil sintesis sebanyak-banyaknya tanpa
mempertimbangkan efek yang ditimbulkan seperti dihasilkannya residu bahan kimia
serta konsumsi energi yang sangat tinggi. Industri kimia menyumbang 7% dari
pendapatan global dan 9% perdagangan global, dengan 80% dari output dunia
diproduksi oleh 16 negara. Produksi diproyeksikan meningkat 85% pada tahun 2020
dan hal ini akan semakin meningkat seiring peningkatan pendapatan perkapita.
Selama setengah abad terakhir, pertumbuhan yang besar diiringi dengan
pertumbuhan volume penggunaan bahan petrokimia dan menyesuaikan kebutuhan
industri farmasi. Keseluruhan produksi telah bergeser dari komoditas utama
bahan kimia untuk rumah tangga dan bahan kimia khusus. Beberapa masalah seperti
ketersediaan bahan baku petrokimia, masalah lingkungan, pelepasan bahan
beracun, penipisan bahan tak terbarukan, masalah kesehatan jangka pendek dan
jangka panjang akibat paparan bahan kimia dari masyarakat untuk bahan kimia,
pelarut, dan masalah keamanan adalah hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan
di antara keuntungan-keuntungan tersebut di atas.
I.
Pendahuluan
Istilah kimia hijau pertama kali digunakan oleh Paul
T. Anastas pada sebuah program khusus yang diperkenalkan organisasi EPA
(Environmental Protection Agency) di Amerika Serikat tahun 1991. Program ini
dimaksudkan untuk menerapkan pengembangan berkelanjutan di bidang kimia dan
teknologi kimia oleh dunia industri, akademi, dan pemerintahan. Konsep kimia
hijau mengintegrasikan pendekatan baru untuk proses sintesa, pengolahan, dan
aplikasi zat-zat kimia sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan ancaman
terhadap kesehatan dan lingkungan.
Pendekatan baru ini kemudian diberi istilah: kimia
yang ramah terhadap lingkungan 178 Peran MST dalam Mendukung Urban Lifestyle
yang Berkualitas (Environmental benign Chemistry), kimia bersih (Clean
Chemistry) ekonomi atom (atom economy), kimia yang dirancang jinak/ramah
(benign-by-design chemistry).
II.
Permasalahan
1.
Apa itu Kimia Hijau ?
2.
Apa saja prinsip Kimia Hijau ?
3.
Apa saja manfaat dari Kimia Hijau ?
4.
Bagaimana cara menerapkan Kimia Hijau dalam
sehari-hari ?
III.
Pembahasan
Kimia hijau adalah suatu pendekatan terhadap
perancangan, proses pembuatan, dan pemanfaatan produk-produk kimia sedemikian
rupa sehingga dapat mengurangi atau menghilangkan bahaya dampak buruk zat kimia
terhadap lingkungan termasuk manusia.
Tujuan utama pendekatan kimia hijau adalah untuk
menciptakan zat-zat kimia yang lebih baik dan aman dan secara bersamaan dapat
memilih cara-cara yang paling aman dan efisien untuk mensintesa zat-zat
tersebut dan mengurangi sampah kimia yang dihasilkan.
Manfaat kimia hijau adalah mengusahakan proses-proses
kimia yang lebih ekonomis karena biaya produksi dan regulasi yang lebih rendah,
efisien dalam penggunaan energi, pengurangan limbah produksi, pengurangan
kecelakaan, produk yang lebih aman, tempat kerja dan komunitas yang lebih
sehat, perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, dan mendapatkan
keunggulan yang kompetitif atas produk yang dihasilkan. Dengan memperhatikan
dan menerapkan pendekatan atau teknologi kimia hijau akan menghasilkan tempat
kerja yang lebih aman bagi para pekerja industri, risiko-risiko yang jauh lebih
sedikit bagi komunitas di sekitar lingkungan pabrik dan produk yang lebih aman
bagi pengguna/pembeli.
Konsep kimia hijau biasanya ditampilkan sebagai
gabungan dari 12 prinsip yang diusulkan oleh Anastas dan Warner (Anastas &
Warner, 1998), yaitu :
1.
mencegah limbah; Mendesain sintesa kimiawi untuk
mencegah limbah dan tak meninggalkan limbah untuk ditindaklanjuti atau
dibersihkan.
2.
mendesain zat kimiawi dan produk kimiawi yang
aman; Mendesain sintesa untuk digunakan dengan zat kimia yang dihasilkan hanya
sedikit atau menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
3.
mendesain sintesa kimia yang tidak terlalu
berbahaya; Mendesain sintesa untuk digunakan yang menghasilkan zat kimia yang
tidak atau hanya sedikit bahanya bagi manusia dan lingkungannya
4.
menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui;
Menggunakan material dan bahan baku yang bisa diperbarui, yang biasanya dibuat
dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku
yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil atau merupakan hasil tambang.
5.
menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi
stoikometri; Meminimalkan limbah dengan reaksi katalik. Pengkatalisi digunakan
dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang
beberapa kali. Pengkatalisi lebih diutamakan dibandingkan dengan bahan reaksi
stoikometri, yang digunakan secara berlebih dan hanya bekerja sekali.
6.
menghindari turunan kimiawi Menghindari
penggunaan grup penghambat, pelindung, atau perubahan sementara karena turunan
penggunaan bahan reaksi tambahan menghasilkan limbah.
7.
memaksimalkan ekonomi atom; Mendesain sintesa
agar produk akhir mengandung proporsi maksimum dari penggunaan materi awal.
Kalau pun ada atom yang terbuang, sebaiknya jumlahnya hanya sedikit.
8.
gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman;
Hindari penggunaan pelarut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika
unsure tersebut sangat penting, gunakan zat kimia yang tidak berbahaya.
9.
tingkatkan efisiensi energy; Sedapat mungkin
jalankan reaksi kimia pada suhu dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan.
10.
mendesain zat kimia dan produk yang dapat
terurai setelah digunakan; Mendesain produk kimiawi yang terurai ke dalam zat
yang tidak berbahaya setelah zat tersebut digunakan supaya tidak terakumulasi
dalam lingkungan.
11.
menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk
mencegah polusi: Melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama
sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah.
12.
meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan:
Mendesain zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi terjadinya
kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam
lingkungan.
Terdapat 5 cara penerapan kimia hijau dalam lingkungan :
1.
Reuse: Memanfaatkan ulang. Contohnya penggunaan
bahan-bahan plastik/ kertas bekas untuk benda-benda sovenir, bekas ban untuk
tempat pot atau kursi taman, botolbotol minuman yang telah kosong diisi
kembali, dan sebagainya.
2.
Recycle: Mengolah kembali . Contohnya kertas
atau sampah bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas
dibuat menjadi benda kain dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar
dapat didaur ulang menjadi kompos (pupuk).
3.
Reduce: Mengurangi. Misalnya ibu-ibu rumah
tangga kembali ke pola hidup lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar
sehingga jumlah kantong plastik yang di bawa ke rumah akan berkurang
(terreduksi
4.
Replace: Menggantikan dengan bahan yang bisa
dipakai ulang (replace).
5.
Refill: mengisi kembali wadah-wadah produk yang
dipakai.
Daftar
Pustaka
Mustafa, Dina. 2016. Kimia
Hijau. Dalam http://repository.ut.ac.id/7091/1/UTFMIPA2016-07-dina.pdf
Anggraeni,
N.I., dkk. Cara Penerapan Kimia Hijau di Lingkungan. Dalam file:///C:/Users/Asus/Downloads/8196-13468-1-SM.pdf
Fatimah, Is. https://www.researchgate.net/publication/325655181_Kimia_Hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.