Laman

Senin, 29 Januari 2018

Pengaruh Tingkat Konsumsi Energi Fosil pada Pencemaran Udara

Oleh : Nuriel Hanifan (@F25-Nuriel)



Abstrak
Pada saat ini kemajuan teknologi yang terus melesat membuat manusia terus melakukan inovasi dan pembuatan berbagai macam teknologi baru , seluruh teknologi yang ada saat ini membutuhkan energi untuk menggerakannya baik berupa bahan bakar langsung maupun energi lain seperti listrik. Namun penggunaan energi dapat mencemarkan lingkungan karena adanya limbah padat, limbah cair, dan polutan akibat emisi. untuk itu saat ini sedang dikampanyekan energi alternatif sebagai solusi dari penggunaan energi yang terus meningkat dan efek berbahaya yang ditimbulkan untuk bumi.

Kata kunci : konsumsi energi di indonesia , efek penggunaan energi fosil

Pendahuluan

Pada saat ini energi memiliki peranan penting dalam berbagai aspek untuk menggerakan stabilitas negara khususnya di Indonesia. Selama ini bahan bakar fosil telah mampu memenuhi kebutuhan energi sebagian besar manusia. Sebenarnya bahan bakar fosil merupakan bentuk padat dari energi matahari yang tersimpan selama ratusan juta tahun. Namun sampai saat ini sulit menemukan sumber energi baru yang dapat mengimbangi kelimpahan bahan bakar fosil. Minyak bumi tergolong energi tidak terbarukan karena proses pembentukannya berlangsung jutaan tahun.
 Menurut Indonesia Environment Consultan (IEC) (2013) dalam Hidayat dan M. Kholil (2017) melaporkan, bahwa Indonesia merupakan negara dengan konsumsi energi yang cukup tinggi di dunia. Selanjutnya IEC mengutip data Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konvervasi Energi Kementrian ESDM tahun 2012, yang menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7 persen per tahun. Angka tersebut jauh diatas pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6 persenper tahun. Konsumsi energi Indonesia terdistribusi untuk sektor Industri (50 persen), transportasi (34 persen), rumah tangga (12 persen) dan komersial (4 persen).
Situs IEC juga mengungkapkan, bahwa konsumsi energi Indonesia hampir 95 persen bersumber dari bahan bakar fosil, dan sekitar 50 persen di antaranya merupakan minyak bumi atau Bahan Bakar Minyak (BBM). Statistik Energi Indonesia (2010) dapat diakses melalui http://prokum.esdm.go.id/

Isi
Pertumbuhan energi di Indonesia yang begitu pesat membuat cadangan energi khususnya untuk bahan bakar fosil semakin menipis Data menunjukkan bahwa minyak bumi akan tersedot habis dalam 30-40 tahun kedepan. Cadangan minyak Indonesia tinggal sekitar 9 milliar barel, sementara konsumsi kita 0,45 milliar barel pertahun. Jika dikalkulasi maka minyak bumi Indonesia akan ludes dalam waktu 18-20 tahun dari sekarang. Sejak Maret 2005, Indonesia juga telah tercatat sebagai net importir minyak bumi. Artinya, pasokan minyak yang dikonsumsi masyarakat sebagian didatangkan dari negara lain. Sungguh memprihatinkan ketika minyak yang dibeli dengan harga tinggi dan dijual di pasaran dalam negeri dengan harga lebih rendah menggunakan pola subsidi ternyata salah arah, dimana 60 persen dinikmati oleh mereka yang memiliki mobil mewah.
Kenyataan yang sama nampaknya akan terulang pada cadangan gas bumi kita. Keengganan pemerintah mengurangi ekspor gas kebeberapa negara menjadi indikasinya. Sementara pasokan untuk kebutuhan dalam negeri dinyatakan tidak cukup. Sehingga Indonesia diperkirakan akan lebih cepat lagi menjadi pengimpor bahan bakar gas.
Selain membuat cadangan energi semakin menipis pertumbuhan energi yang signifikan juga memberikan dampak yang tidak kalah penting bagi kesehatan dan dampak limbah yang ditimbulkan. Sektor transportasi memberikan kontribusi pada polusi udara sekitar 60–80 persen, diikuti sektor industri dan rumah tangga. Transoprtasi juga menjadi pelahap bahan bakar terbesar mencapai 56 persen, diikuti sektor industri yang menghabiskan 18 persen. Masih digunakannya bahan bakar minyak pada sebagian besar kendaraan disinyalir menjadi penyebab tingginya polusi udara. Disamping itu, penggunaan bahan bakar ini berpotensi menguras sumber alam yang makin menipis.
Polusi udara juga memberikan dampak kesehatan yang membahayakan. Data sebuah penelitian menemukan, dalam 2 dekade, infeksi saluran pernafasan dan penyakit pernafasan menjadi penyakit nomor 1 diantara 10 penyakit yang menjangkiti warga kota-kota besar, termasuk Jakarta. Empatpuluh enam persen penyakit pernafasan memiliki korelasi dengan pencemaran udara (ISPA, asthmatic, iritasi mata). Tigapuluh dua persen angka mortalitas diprediksi terkait dengan pencemaran udara (cardiovascular disease, pneumonia) yang disebabkan oleh asap , asap sendiri sebagian besar terdiri dari lapisan bawah ozon (O3), Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan merusak kantung udara pada paru-paru, dimana oksigen dan karbon dioksida bertukar, yang pada akhirnya menyebabkan pengerasan pada jaringan lunak dan kenyal. Hal itu juga dapat menyebabkan sesak napas, kelelahan, sakit kepala, mual, dan memperburuk masalah pernapasan seperti asma. Setiap bagian ozon berdampak kecil terhadap kerusakan pada paru-paru, seperti halnya asap rokok, yang akhirnya mengikis kapasitas paru-paru setiap manusia. Tetap berada di dalam rumah dan mengurangi aktivitas fisik pada saat kondisi asap meningkat dapat meminimalisasi kerusakan yang parah. Ozon juga merugikan tumbuh-tumbuhan dengan merusak jaringan-jaringan daun.
Selain itu dampak polusi juga memberikan masalah pada bumi yaitu Efek rumah kaca ( Green House Effect ),  diartikan  sebagai    naiknya suhu bumi. Naiknya suhu bumi di sebabkan oleh terperangkapnya sinar matahari gelombang panjang ( infra merah )  oleh gas – gas rumah kaca. ( GRK) yang berada di lapisan troposfer, yang merupakan lapisan atmosfer yang berada dipermukaan bumi sampai radius 10 Km ke angkasa. Naiknya suhu ini dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Secara total, 29 % energi matahari akan dipantulkan oleh atmosfer, 20 % di serap oleh gas-gas atmosfer, dan hanya 51 % yang sampai dipermukaan bumi.
GRK yang dapat menyebabkan efek rumah kaca adalah CO2, CH4,CFC, O3 dan N2O. Seberapa bsar kontribusi dari masing-masing GRK tergantug kepada lama waktu tinggal GRK di atmosfer dan besarnya nilai GWP. CO2 menjadi fenomena belakangan ini karena kontribusinya yang sangat besar terhadap efek rumah kaca yaitu 50 % di antara GRK yang lain.
Efek rumah kaca dapat berdampak kepada rusaknya ekosistem yang akhirnya akan memutus rantai makanan dan berpengaruh kepada seluruh kehidupan dimuka bumi.

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan energi fosil masih mendominasi penggunaan energi di Indonesia sebesar 95 persen sebagai sumber energi utamanya. Kenaikan penggunaan energi yang cukup besar menyebabkan cadangan energi fosil menurun drastis sejak 2005 diperkirakan akan habis dalam 15-20 tahun mendatang. Selain membuat cadangan menipis penggunaan energi fosil yang tinggi menimbulkan berbagai macam efek yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. pembangkit listrik, kendaraan bermotor, dan kompor, pabrik-pabrik adalah penyebab utama terjadinya polusi udara. Polutan yang dikeluarkan biasanya dikelompokan menjadi hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), dan karbon monoksida (CO). Polutan yang dihasilkan pada pembakaran fosil merupakan faktor terbesar terjadinya asap,  pemanasan global dan perubahan iklim. Untuk menjaga cadangan energi di Indonesia saat ini telah banyak dikembangkan energi alternatif yaitu energi matahari (solar cell), panas bumi (geothermal), Air , Angin (Wind) yang merupakan energi ramah lingkungan serta mempunyai cadangan yang sangat banyak karena selalu terbarukan

Daftar Pustaka
Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil (2017). Kimia Industri dan Teknologi Hijau. Patona Media : Jakarta
Sujatno, Agus (2011). Polusi Udara dan Energi Ramah Lingkungan. https://ylki.or.id/2011/11/polusi-udara-dan-energi-ramah-lingkungan/
Widodo. (2010). Pengelolaan Sumber Daya Hutan Untuk Mengurangi Emisi Gas CO2 Penyebab Efek Rumah Kaca ( Green House Effect ). https://uwityangyoyo.wordpress.com/2010/03/25/pengelolaan-sumber-daya-hutan-untuk-mengurangi-emisi-gas-co2-penyebab-efek-rumah-kaca-green-house-effect/#more-161
Astra, I made. (2010) Energi dan dampaknya terhadap lingkungan.  Jurnal Meteorologi  Dan Geofisika Vol. 11 NO.2 – NOVEMBER 2010 : 131-139  dalam http://puslitbang.bmkg.go.id/jmg/index.php/JMG/article/download/72/66 ( Diunduh 27, Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.