Kimia Hijau dan Prinsipnya
Oleh : Mufid Abdush Shidiq
@X37-Mufid
Green chemistry umumnya mencakup
konsep dan pendekatan yang efektif untuk mencegah pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh proses dan produk bahan kimia beracun dan berbahaya.
Pembelajaran kimia berbasis green chemistry menjadi salah satu metode yang
dapat digunakan sebagai pendekatan untuk mencegah pencemaran akibat bahan-bahan
kimia. Kegiatan praktikum di laboratorium berupaya menggunakan prinsip green
chemistry yang dapat dilakukan dengan upaya mengurangi, menghilangkan, atau
mengganti penggunaan bahan-bahan kimia beracun dan berbahaya yang digunakan
dalam percobaan untuk mengurangi kadar pencemar dan volume limbah. Sebagai
tenaga pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran kimia diharapkan mampu memiliki
ilmu pengetahuan, wawasan, serta ketrampilan dalam mengaplikasikan
prinsip-prinsip green chemistry.
Kata Kunci : Kimia, Hijau, Prinsip, Penerapan
ABSTRACT
Green chemistry generally includes effective
concepts and approaches to prevent environmental pollution caused by toxic and
hazardous chemical processes and products. Green chemistry-based learning is
one method that can be used as an approach to prevent pollution due to
chemicals. Practical activities in the laboratory attempt to use the principle
of green chemistry which can be done by reducing, eliminating, or replacing the
use of toxic and hazardous chemicals used in experiments to reduce pollutant
levels and the volume of waste. As educators in the implementation of chemistry
learning, they are expected to be able to have knowledge, insight, and skills
in applying the principles of green chemistry.
Keywords: Chemistry, Green, Principle,
Application
A. PENDAHULUAN
Abad ke-21 ditandai oleh perkembangan yang
pesat di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi yang mengakibatan
peningkatan percepatan mobilisasi berbagai produk termasuk sumber daya manusia.
Perkembangan tersebut menuntut SDM yang berkualitas, oleh karena itu upaya
meningkatkan kualitas SDM menjadi agenda pembangunan yang teramat penting.
Dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, pendidikan mempunyai peranan yang sangat
strategis, menyadari akan hal tersebut pemerintah terus melakukan kebijakan
yang berkaitan dengan peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi ( Nurbaity,
2011 )
Dalam sistem pendidikan nasional untuk
meningkatan mutu pendidikan, peningkatan kualitas tenaga pengajar atau guru
sangatlah relevan, karena guru sebagai pengajar menjadi bagian yang penting
dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran akan berjalan
efisien dan efektif apabila guru memahami materi ajar dengan baik dan memiliki
kemampuan mentransfer yang tinggi, menggunakan metode dan pendekatan yang
tepat. dalam sistem pendidikan nasional. Pada saat ini muncul berbagai
pendekatan dalam pembelajaran, semua ini merupakan upaya agar siswa dapat belajar
secara optimal. Banyak ragam inovasi dalam pembelajaran dikembangkan sebagai
upaya antisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( Nurbaity, 2011
).
Green Chemistry adalah suatu falsafah atau
konsep yang mendorong desain dari sebuah produk ataupun proses yang mengurangi
ataupun mengeliminir penggunaan dan penghasilan zat-zat (substansi) berbahaya (
Mitarlis, 2016 ).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian
Kimia Hijau
2. Prinsip
Kimia Hijau
3. Penerapan
Kimia Hijau
C. TUJUAN
1. Mengetahui
Apa Itu Kimia Hijau
2. Mengetahui
12 Prinsip Kimia Hijau
3. Mengetahui
Cara Menerapkan Kimia Hijau
D. PEMBAHASAN
A. Pegertian Kimia
Hijau
Dikutip dari jurnal berjudul Pengaplikasian
Prinsip-Prinsip Green Chemistry dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sebagai
Pendekatan untuk Pencegahan Pencemaran Akibat Bahan-Bahan Kimia dalam Kegiatan
Praktikum di Laboratorium oleh Adhina Choiri Putri, berikut pengertian kimia
hijau menurut para ahli.
Menurut Mitarlis, kimia hijau adalah suatu
falsafah atau konsep yang mendorong desain dari sebuah produk ataupun proses
yang mengurangi ataupun mengeliminasi penggunaan dan penghasilan zat-zat
(substansi) berbahaya.
Sementara menurut Prabawati, kimia hijau
adalah meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses
kimia, penggunaan reagen yang tidak beracun, penggunaan sumber daya yang dapat
diperbaharui, peningkatan efisiensi atom, penggunaan pelarut yang ramah
lingkungan dan dapat di daur ulang.
Prabawati menambahkan bahwa kimia hijau
bertujuan untuk mengembangkan proses kimia dan produk kimia yang ramah
lingkungan dan sesuai dengan pembangunan berkelanjutan.
Ada pun menurut Ismail Marzuki dan Sattar
dalam buku Aplikasi Mikrosimbion Spons dalam Bioremediasi Lingkungan oleh,
kimia hijau adalah suatu filosofi yang senantiasa mendorong untuk mencari cara
penerapan teknologi atau metode tertentu dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
Kimia hijau dimaksudkan untuk membuat berbagai
kemudahan dalam kelangsungan kehidupan dengan mengurangi dan mencegah
terjadinya potensi pencemaran pada lingkungan maupun pada area sekitarnya, baik
yang sifatnya jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian kimia hijau adalah ide untuk membuat produk atau
proses kimia untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan dan pembentukan
beragam senyawa yang berbahaya bagi kehidupan manusia serta lingkungan.
B. 12
PRINSIP KIMIA HIJAU
1. Pencegahan (Prevention)
Lebih baik melakukan pencegahan terhadap
produksi limbah, daripada mengolah dan membersihkan limbah. Sebagaimana telah
dikemukakan, kimia hijau bertujuan mengurangi atau menghilangkan penggunaan
bahan-bahan kimia yang berbahaya dengan mendesain dari produk-produk kimia dan
prosesnya.
2. Ekonomi atom (Atom Economy)
Penerapan metode sintetis baru yang dirancang
untuk memaksimalkan penggabungan semua bahan yang digunakan dalam proses ke
dalam produk akhir.
Penerapan ini untuk menghasilkan limbah yang
lebih sedikit. Dengan limbah yang sedikit, maka lingkungan jadi tidak terlalu
rusak.
3. Sintesis kimia yang tidak berbahaya (Less
Hazardous Chemical Syntheses)
Perancangan metode sintetis untuk menghindari
penggunaan atau menghasilkan zat-zat beracun bagi manusia maupun lingkungan.
Dengan merancangkan sintesis kimia yang aman, maka lingkungan dan manusia tidak
akan rusak.
4. Merancang bahan kimia yang lebih aman
(Designing Safer Chemicals)
Produk kimia yang dihasilkan harus dirancang
untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dan meminimalkan tingkat
toksisitasnya.
5. Pelarut dan alat bantu yang lebih aman
(Safer Solvents and Auxiliaries)
Sebisa mungkin meminimalkan atau menghindari
penggunaan bahan pembantu (zat pelarut, zat pemisah, dan sejenisnya). Jika
harus digunakan, maka gunakan bahan pembantu yang bersifat lebih aman atau
tidak berbahaya bagi lingkungan.
6. Desain untuk efisiensi energi (Design for
Energy Efficiency)
Persyaratan energi dari proses kimiawi untuk meminimalkan
dampak terhadap lingkungan dan ekonominya. Apabila memungkinkan, maka sebaiknya
metode sintetis dilakukan pada suhu dan tekanan sekitar.
7. Penggunaan bahan baku terbarukan (Use of
Renewable Feedstocks)
Bahan mentah atau bahan baku yang digunakan
harus dapat diperbaharui (jika memungkinkan secara teknis dan ekonomis). Dengan
memperbaharui bahan baku yang telah digunakan, maka limbah pun akan berkurang.
8. Mengurangi derivatif atau turunan (Reduce
Derivatives)
Mengurangi turunan yang tidak perlu
(penggunaan kelompok pemblokiran, perlindungan, modifikasi sementara proses
fisik atau kimiawi) atau dihindari apabila memungkinkan, karena langkah-langkah
tersebut memerlukan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
9. Katalisis (Catalysis)
Penggunaan reagen katalitis (selektif mungkin)
lebih baik daripada reagen stoikiometri. Dari sisi kimia hijau, penggunaan
katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu meminimalkan penggunaan
energi dalam suatu reaksi.
10. Desain untuk degradasi (Design for
Degradation)
Produk kimia yang dihasilkan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga pada akhir fungsinya, produk tersebut dapat terurai
menjadi produk degradasi yang tidak berbahaya dan tidak bertahan lama di
lingkungan.
11. Analisis real-time untuk pencegahan polusi
(Real-time analysis for Pollution Prevention)
Pengembangan metodologi analitik yang
diperlukan untuk memungkinkan analisis real-time untuk pencegahan polusi,
pemantauan dan pengendalian dalam proses sebelum pembentukan zat berbahaya.
12. Penggunaan bahan kimia yang Lebih Aman
Secara Inheren untuk pencegahan kecelakaan (Inherently Safer Chemistry for
Accident Prevention)
Penggunaan zat dalam proses kimia apabila
memungkinkan menggunakan zat kimia yang berpotensi rendah kecelakaan, termasuk
ledakan, kebakaran, dan sejenisnya.
C. Penerapan
Kimia Hijau
1. Dalam hubungannya dengan keamanan pangan,
konsep kimia hijau diterapkan dengan konsep pertanian berkelanjutan
(sustainable agriculture) untuk mengurangi dampak buruk penggunaan zat-zat
kimia untuk lingkungan pertanian.
2. Menggunakan energi alternatif sebagai
pengganti sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti biogas,
biodiesesl, biofuel, dan lainnya.
3. Menerapkan 3R dalam penggunaan energi,
yaitu reuse (menggunakan kembali), recycle (daur ulang), dan reduce
(mengurangi).
4. Penggunaan cat ramah lingkungan dan tidak
mengandung VOC (zat yang mudah menguap, sehingga dapat bersifat berbahaya bagi
kesehatan). Misalnya, cat yang berbasis pelarut dari tanaman yang tidak berbau,
mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik.
5. Menggunakan plastik yang ramah lingkungan
untuk mulai menggantikan plastik yang berasal dari petroleum. Beberapa produk
plastik ramah lingkungan tersebut dibuat dari hasil pertanian, seperti jagung,
kentang, dan gula dari buah bit.
6. Penerapan teknologi daur ulang pelarut
organik yang digunakan untuk langkah-langkah pembuatan zat kimia, seperti pada
sistem fermentasi, ekstraksi, pembentukan dan tahap akhir produk.
Pelarut-pelarut yang berbahaya bagi lingkungan diganti dengan pelarut yang
ramah lingkungan seperti jenis dari soy methyl ester dan laktat ester yang
berasal dari kedelai, yang mampu menggantikan pelarut yang merupakan turunan
produk minyak bumi terklorinasi.
KESIMPULAN
Green chemistry memiliki peranan penting untuk
mencegah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh proses dan produk bahan
kimia beracun dan berbahaya. Prinsip Green Chemistry dapat diapliaksikan dalam
pembelajaran kimia, salah satunya yaitu dalam kegiatan praktikum di
laboratorium. Hal yang dapat dilakukan diantaranya mengurangi atau mengganti
bahan-bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam suatu reaksi kimia atau
sintesis suatu senyawa yang menghasilkan limbah berbahaya yang dapat
menimbulkan masalah lingkungan.
Pembelajaran kimia dengan pendekatan green
chemistry bukanlah tujuan yang absolut tetapi mempunyai dedikasi terhadap
proses pembangu-nan yang bekelanjutan, di mana lingkungan dipertimbangkan
sejalan dengan kimia.
Pembelajaran kimia baik di sekolah menengah
maupun di perguruan tinggi perlu dirancang pembelajaran teori maupun praktikum
di laboratorium dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip green chemistry.
Sebagai tenaga pendidik, hal yang dapat
dilakukan ialah mengkaji dan merevisi percobaan-percobaan yang selama ini
dilakukan, mencari alternatif dan memilih materi praktikum serta mengembangkan,
merancang dan melakukan percobaan- percobaan baru yang berorientasi green
chemistry. Sedangkan untuk mahasiswa atau calon tenaga pendidik dapat melakukan
percobaan yang berorientasi pada green chemistry.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
Atep Afia. 2022. Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Modull 11 KPLI :
Kimia Hijau. Universitas Mercu Buana, Jakarta.
(Diakses
Pada 10 November 2022)
Yulaika
Ramadhani, 2022. https://tirto.id/contoh-penerapan-kimia-hijau-di-kehidupan-prinsip-green-chemistry-gwDn
(Diakses,
Pada 10 November 2022)
(Diakses
Pada 10 November 2022)
Adhina
Choiri Putri, https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jcs/article/downloadSuppFile/14585/2460
(Diakses
Pada 10 November 2022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.