Laman

Selasa, 14 Juni 2022

 

Menilik Potensi Energi hijau, Menjadi Sumber Energi Listrik

 untuk Indonesia Mandiri Energi.


Definisi

      Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Dalam segala aspek kehidupan energi merupakan fasilitas meningkatkan kemampuan manusia untuk melakukan kerja dan manusia menggunakannya untuk tujuan konstruktif secara ekonomi dalam menjalankan kegiatan yang tidak mungkin dihadapi oleh manusia sebelum adanya teknologi energi. Sedangkan energi alternatif mengacu pada sumber energi yang tidak didasarkan pada pembakaran bahan bakar fosil.

      Energi hijau adalah energi yang berasal dari tanaman hidup (biomassa) yang terdapat di sekitar kita. Energi itu biasa disebut sebagai bahan bakar hayati atau biofuel. Dalam jurnal Directory Journal of Economic 2(3), dijelaskan bahwa energi hijau adalah energi bersih yang tidak mencemari atau menambah polutan di atmosfer. Selain itu, definisi energi hijau menurut para ahli juga tercatat dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan 5(4), yang menyatakan bahwa energi hijau adalah energi yang efisien. Energi hijau menggunakan sumber energi alternatif atau terbarukan seperti sinar matahari, angin, air, panas bumi, dan bioenergi. Dari definisi tersebut bisa disimpulkan bahwa energi hijau merupakan sumber energi yang berasal dari bahan-bahan yang relatif aman dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

 


Sumber Energi Hijau

     Ada banyak sumber-sumber energi utama dan digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu :

  • Energi konvensional adalah energi yang diambil dari sumber yang hanya tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat diregenerasi. Sumber-sumber energy ini akan berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan, diantaranya minyak bumi, dan batubara.
  • Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti matahari, angin, air dan bioenergy, yang dapat dihasilkan lagi dan lagi. Sumber akan selalu tersedia dan tidak merugikan lingkungan.

     Indonesia merupakan negara yang paling kaya dengan energi hijau. Indonesia memiliki minimal 62 jenis tanaman bahan baku biofuel yang tersebar secara spesifik di seluruh pelosok Nusantara. Kelapa sawit tumbuh di wilayah basah dengan curah hujan tinggi. Ada juga tanaman tebu yang menghendaki beda musim yang tegas antara hujan dan kemarau. Singkong mampu berproduksi baik di lingkungan sub-optimal dan toleran pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah. Juga ada sagu, nipah, nyamplung, bahkan limbah-limbah pertanian, seperti sekam padi, ampas tebu, tongkol jagung, dan biji-bijian sangat mudah didapatkan di Indonesia. Dengan banyaknya pilihan-pilihan itu, mestinya Indonesia bisa berada di garda depan penggunaan energi hijau. Selain bioenergy yang bersumber dari biomassa yang sudah dijelaskan sebelumnya, masih ada sumber energi alternative yang ramah lingkungan lainnya, diantaranya yaitu :

  • Sumber Energi Surya, yaitu energi yang berupa sinar dan panas dari matahari. Energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan serangkaian teknologi seperti pemanas surya, fotovoltaik surya, listrik panas surya, arsitektur surya, dan fotosintesis buatan.
  • Sumber Energi Air. Pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetic (pada air mengalir). Tenaga air (hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir.
  • Sumber Energi Angin. Penggunaan sumber energi angin berasal dari pergerakan udara yang dihasilkan dari perubahan temperatur udara akibat pemanasan radiasi matahari.
  • Sumber Energi Panas Bumi (atau energi geothermal) adalah energy panas yang berasal dari dalam Bumi. Pusat Bumi cukup panas untuk melelehkan bebatuan. Energinya tersimpan dalam bentuk uap air atau air panas yang berasal dari pemanasan batuan dan air, bersama dengan unsur lainnya.
  • Sumber Energi samudera atau laut yaitu energi yang berasal dari gelombang    samudra, energi pasang surut, dan energi perbedaan suhu laut.

Manfaat Energi Hijau

Energi hijau memberikan banyak manfaat bagi lingkungan dan manusia. Berikut beberapa manfaat dari energi hijau, antara lain :

  • Jumlahnya di alam berlimpah dan tidak akan habis.
  • Dapat dimanfaatkan secara gratis karena sudah tersedia di alam.
  • Perawatan relatif mudah jika dibandingkan dengan energi yang tidak terbarukan.
  • Menjadikan mandiri energi. Artinya tidak bergantung pada negara lain.
  • Mendorong perekonomian dan berpeluang membuka lapangan kerja baru.
  • Bebas dari perubahan harga seperti energi fosil.
  • Relatif lebih mudah diterapkan di daerah terpencil karena setiap tempat memiliki sumber energi hijaunya masing-masing.

Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Hijau

     Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pernah menyebut, Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang sangat besar dengan potensi yang mencapai 400 Gigawatt (GW). "Kami melakukan langkah-langkah strategis dalam mengatur pemanfaatan energi ini," kata dia dalam pertemuan The 11th Clean Energy Ministerial Meeting (CEM11) and The 5th Mission Innovation (MI-5) yang digelar September 2020.

     Pemerintah terus mendorong penggunaan energi terbarukan, misalnya dengan mengganti pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan sumber energi bersih seperti gas dan energi terbarukan. Indonesia juga mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan untuk meningkatkan rasio elektrifikasi nasional dari 84,3% menjadi 98,8%, khususnya untuk mendukung program elektrifikasi di daerah terluar dan terpencil. Beberapa potensi energi terbarukan di indonesia, diantaranya : 

Energi Biomassa (Bioenergy)

    Indonesia   sangat   kaya   akan   potensi energi  alam.  Energi  biomasa  meliputi  kayu, limbah pertanian/perkebunan/hutan, komponen    organik    dari    industri,    rumah tangga,     dan kotoran ternak. Biomassa dikonversi    menjadi    energi    dalam    bentuk bahan   bakar   cair, gas, panas dan listrik. Teknologi konversi  biomassa  menjadi  bahan bakar padat, cair dan gas antara lain teknologi pirolisa (bio-oli), esterifikasi (bio-diesel), teknologi  fermentasi  (bio-etanol), anaerobik digester(biogas). Teknologi konversi biomassa menjadi energi panas yang kemudian dapat diubah menjadi energi mekanis dan listrik, antara lain teknologi pembakaran dan gasifikasi.

Energi Surya (Matahari)

     Indonesia sebagai wilayah tropis mempunyai karakteristik intensitas cahaya matahari yang tidak fluktuatif sehingga memiliki potensi besar dalam menghasilkan energi surya yang tinggi hingga 4,80 KWh/m2 setiap harinya. Dengan penyaluran energi yang sangat sederhana, energi surya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi ramah lingkungan untuk pembangkit listrik tanpa menghasilkan polusi. Matahari merupakan sumber utama panas dan cahaya di bumi. Pada lapisan atmosfir terluar radiasi matahari rata-rata sebesar 1.373 watt/m2. Sedangkan daya maksimum sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi sebesar 1.000 W/m2 secara langsung. Angka ini merupakan jumlah energi aktual yang mencapai permukaan bumi. Dalam keadaan cuaca cerah, tegangan konstan yang dihasilkan mencapai 0.5 V – 0.7 V dan arus sebesar 20 mA. Ada dua macam teknologi populer untuk mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik yaitu Photovoltaic dan Solar Thermal.

Energi Air

    Air sebagai sumber daya alam tak terbatas merupakan salah satu energi ramah lingkungan yang mudah didapat dan murah. Letak wilayah Indonesia yang strategis dan banyak dialiri oleh irigasi air menjadi modal awal untuk memanfaatkan energi tersebut. Sumber daya air mampu menghasilkan energi listrik karena adanya energi potensial dan energi kinetik yang menyebabkan terjadinya lompatan muatan. Secara teoritis, tenaga air diperkirakan  mencapai  75.000 MW. Potensi tenaga air  bervariasi dari 200 kW, sampai dengan 10  MW,  yang diupayakan dari tenaga air yang memutar turbin/kincir pembangkit.

Energi   Angin

    Potensi energi angin di Indonesia secara umum masih tergolong cukup kecil, karena  kecepatan  angin pada  umumnya rendah yaitu 3-5   m/detik. Akan  tetapi,  hal  ini  sudah  memadai  untuk pembangkit  listrik  skala  kecil.  Untuk skala pedesaan,  tenaga  angindapat  menghasilkan 0,5 MW. 

Berikut ini contoh Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang sudah dikembangkan di Desa Waubaukul, kabupaten Waingapu, Nusa Tenggara Timur.


     Kawasan lainnya yang dikembangkan Pembangkit Listrik tenaga Angin yaitu Pantai Bantul. Kawasan Pantai Bantul memiliki 30-40 titik kincir ukuran kecil dengan masing-masing titik mampu menghasilkan listrik sebesar 1.500 watt. Bantul memang ideal untuk pembangunan kincir listrik tenaga angin karena kondisi anginya ideal. Angin di Bantul memiliki kecepatan 6-7 knot per detik dengan hembusan yang cukup stabil.

Energi Panas Bumi

     Sumber panas bumi yang tersebar meluas di sepanjang jalur gunung api dari sumatera hingga maluku menjadi potensi besar untuk menghasilkan sebuah energi terbarukan di Indonesia. Berdasarkan Badan Geologi KESDM, terdapat 312 titik lokasi di Indonesia yang berpotensi menjadi sumber panas bumi dengan total sebesar 28.910 MW. Namun kenyataannya, pemanfaatan sumber energi panas bumi ini masih rendah dibandingkan dengan penggunaan batubara atau minyak bumi. Semakin besar kapasitas aliran dan ketinggian terjunan air maka energi yang dihasilkan dapat lebih besar untuk menghasilkan listrik.

Energi Laut (Samudra)

     Indonesia sebagai negara dengan wilayah laut terbesar dan pantai terpanjang kedua di dunia, menjadikan keuntungan tersendiri untuk mengembangkan teknologi yang bisa memanfaatkan energi laut sebagai penunjang kebutuhan energi di Indonesia. Energi ini dapat dihasilkan dari energi pasang surut, energi perbedaan suhu, energi gelombang, energi arus laut, dan sebagainya. Energi  yang  terkandung  dalam  gelombang, berkisar  antara  20 –70  kW/m,  yang  diukur pada rata-rata garis depan gelombang. Dengan kata  lain,  gelombang  sepanjang  1  km  dapat menghasilkan   20-70   MW.   Potensi   energi pasang  surut  dan  perbedaaan  suhu  laut  masih memberikan   harapan   yang   baik,   meskipun belum banyak diteliti untuk dimanfaatkan.

Kendala Penerapan Energi Alternative.

    Penerapan energi baru, berupa energi alternative yang ramah lingkungan, bukanlah tanpa kendala. Hal yang menjadi Kendala adalah bahwa harga energi terbarukan belumlah kompetitif. Artinya, secara makro, teknologi energi  hijau masih memerlukan dana yang cukup besar  dibanding dengan penggunaan energi fosil. Kondisi komunitas masyarakat pedesaan pada umumnya berpendidikan formal rendah, menderita kemiskinan, berkecimpung di bidang agraris  atau bahkan bergantung pada sumber daya alam, tidak memiliki  akses (miskin aksesibilitas), tidak mempunyai kewenangan (miskin struktural) dan tingkat pemenuhan kebutuhan pada kebutuhan dasarnya (pangan, sandang, dan papan) rendah. Mereka mempunyai tata nilai kebiasaan yang kental (misalnya yang terkait dengan  pemenuhan energi adalah kebiasaan seperti memakai kayu bakar yang diperoleh dari  hutan, bahkan ini merupakan turun temurun  dan melembaga dari jaman nenek moyangnya). 

    Di bidang kehutanan, sering terjadi konflik kepentingan dan hak kepemilikan lahan (land tenure) antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merasa sejak jaman nenek moyang secara turun temurun mereka tinggal dan  mengambil potensi hutan yang salah satunya untuk memenuhi kebutuhan energinya (kayu bakar). Tiba-tiba pemerintah dengan berbagai peraturan mengisolasi kawasan hutan dari masyarakat. Terjadi “sinisme dan apatisme” masyarakat kepada pemerintah. Akhirnya dalam memenuhi  kebutuhan  energi,  mereka tergantung pada pasokan energi fosil dari (subsidi) pemerintah (seperti bahan bakar minyak). Dengan keterbatasan pasokan energi sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang makin tinggi dan konsumsi yang makin meningkat, perlu adanya pemberdayaan dan pendekatan pendidikan bagi masyarakat sehingga dapat menyadarkan mereka bahwa mereka punya potensi, akses dan authority, meliputi :

  • Ada  potensi sumber daya alam (SDA) di sekitarnya dan teknologi  yang dapat menghasilkan energi alternatif.
  • Ada   akses (jalan) untuk memanfaatkan SDA tersebut dan memanfaatkan teknologi yang    banyak dikembangkan melalui penelitian-penelitian.
  • Ada hak dan kewenangan untuk memanfaatkan SDA dan teknologi tersebut.

    Disamping itu,mereka juga harus sadar tentang permasalahan utama energi yaitu bahwa energi fosil (minyak tanah, bensin dll) tersebut sangat terbatas jumlahnya, sehingga perlu mencari  alternatif  lain (untuk menghemat energi fosil dan mengantisipasi kemungkinan akan habis).

Sumber Referensi : 


Terima Kasih.


Cecep Syaripudin 

(@V09-cecep)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.