Laman

Senin, 29 November 2021

TEKNOLOGI HIJAU : TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK - Atharic Alfadh (@T26-Atharic)

 


TEKNOLOGI HIJAU : TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Oleh : Atharic Alfadh (@T26-Atharic)

Abstrak

Teknologi Hijau adalah Teknologi yang mempertimbangkan penghematan dalam penggunaan sumber daya alam dan menjaga keberlangsungan ketersediaannya serta meminimalisasi dampak negatif bahkan berusaha meningkatkan kualitas hidup manusia, oleh sebab itu rancangan arsitektur yang memenuhi kriteria pertimbangan tersebut disebut “Arsitektur ber Teknologi Hijau”. Adapun rujukan “Green Concept” yang digunakan sebagai alat ukur tingkatan Hijau diambil dari kriteria BREEAM (Building Research establishment’s Environmental Assessment Method-Inggris-1990) diturunkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia) pada Greeship Home Checklist Assessment atau Sistim Penilaian Hijau untuk Kelompok Bangunan Hunian.

Kata Kunci : Teknologi hijau, Sumber daya alam, Teknologi

Abstract

Green Technology is a technology that considers savings in the use of natural resources and maintains their availability and minimizes negative impacts and even tries to improve the quality of human life, therefore architectural designs that meet these consideration criteria are called "Green Technology Architecture". The reference "Green Concept" which is used as a measuring tool for Green level is taken from the BREEAM (Building Research establishment's Environmental Assessment Method-England-1990) criteria derived by GBCI (Green Building Council Indonesia) in the Greeship Home Checklist Assessment or Green Assessment System for Building Groups. Occupancy.

Keywords: Green technology, Natural resources, Technology

Pendahuluan

Banyak penelitian mutakhir menunjukkan bahwa masalah pemanasan global yang terjadi saat ini disebabkan oleh perilaku manusia. Di era revolusi industri 50 tahun terahir ini penduduk dunia telah menggunakan sumber energi yang tak terpulihkan yang terlalu banyak dan telah merusak 50% dari hutan dunia. Penggundulan hutan telah menghilangkan kemampuan untuk menyerap emisi karbon sehingga memacu terjadinya perubahan iklim. Sejak Perang Dunia II jumlah kenderaan bermotor di dunia bertambah sekitar 40 juta menjadi 680 juta, yang merupakan penyumbang emisi carbon dioksida pada atmosfer. Enam tindakan manusia yang dikenal sebagai “Tragedy of Commons” global menurut Gany (2008) yaitu:

a)     Meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfir.

b)    Perobahan terhadap siklus bio-kimia global dari nitrogen dan elemen-elemen lainnya.

c)     pembentukan dan pelepasan komponen organik secara terus menerus seperti chlorofluorocarbon.

d)    Perubahan besar-besaran dalam tataguna lahan dan vegetasi tutupan permukaan.

e)     Perburuan dan perambahan sejumlah besar sumber daya alam dan kehidupan predator dan konsumen.

f)     Invasi keanekaragaman hayati oleh species asing.

Bagi masyarakat Indonesia dampak pemanasan global yang timbul antara lain kenaikan permukan air laut sampai 90 cm yang mengakibatkan tenggelamnya sekitar 2000 pulau, penurunan pH air laut dari 8,2 menjadi 7,8 yang akan menghambat kematian biota dan terumbu karang sehingga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, yang mengakibatkan terjadinya penurunan populasi ikan dan sehingga menurunkan hasil laut seperti ikan, udang dan biota laut lainnya. Selanjutnya dampak ekonomi dan sosial akan terjadi akibat terendamnya sebagian besar kota-kota di wilayah pesisir. Dampak pada pertanian yaitu, akan terjadi menurunnya produktivitas tanaman karena terganggunya akibat perobahan pola presipitasi, penguapan, air limpasan dan kelembaban tanah. Selain itu pemanasan global juga berisiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman, sehingga akan menggangu pertahanan pangan. Peningkatan suhu Bumi akan menyebabkan curah hujan yang semakin lebat sehingga banjir akan lebih besar. Dampak pada kesehatan masyarakat akan meningkat karena peningkatan suhu akan memperpendek siklus hidup beberapa vektor penyakit dan masa inkubasi penularan menjadi lebih singkat terutama malaria dan Demam Berdarah, serta penyakit lainnya seperti Diare, Leptospirosis, kanker kulit, dll, (Kompas, 2007). Banyaknya permasalahan yang disebabkan oleh pemanasan global, maka dirasa perlu untuk mencari solusi agar dapat meminimalisir dampak tersebut. Oleh sebab itu penulis merasa perlu membuat tulisan ini, yang berjudul, “Penerapan teknologi hijau merupakan solusi untuk melestarikan sumber daya air”.

Rumusan Masalah

1.     Apa pengertian dari teknologi hijau?

2.     Bagaimana ruang lingkup teknologi hijau?

3.     Bagaimana cara mengolah teknologi air limbah domestik?

Tujuan Masalah

1.     Mengetahui pengertian dari teknologi hijau

2.     Mengetahui ruang lingkup teknologi hijau

3.     Mengetahui cara mengolah teknologi air limbah domestik

Pembahasan

A.    Teknologi Hijau

Green Technology (Teknologi Hijau), diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan praktis/teknologi yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan yang dapat mewujudkan tatanan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan, tanpa merusak atau mengganggu sumber daya alam. Secara singkat, teknologi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan tidak mengganggu ketersediaan kebutuhan generasi mendatang (Green Technology, 2008).

Keberadaan teknologi hijau ini diharapkan dapat menjadi inovasi bagi manusia untuk merubah gaya hidupnya seperti kegandrungan manusia saat ini akan information technology (IT). Beberapa ciri teknologi hijau antara lain; berkelanjutan (Sustainable), menggunakan sumber alam yang terbaru (Reclaimed), menghasilkan produk yang bermanfaat kembali (Re-used), mengurangi produk limbah dan bahan pencemaran, menggunakan proses terdaur ulang (Recycle), inovatif tidak berbahaya bagi Kesehatan dan lingkungan, menciptakan kegiatan dan produk yang bermanfaat bagi lingkungan atau dapat melindungi bumi.

 

Perkembangan Teknologi Pertanian dari Revolusi Hijau sampai Sustainable Agriculture

Pangan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia, selain serat atau sandang, papan dan energi. Pangan diperoleh dari hasil pertanian, peternakan dan perikanan. Wittwer (1983) mengemukakan bahwa lebih dari setengah penduduk dunia hidup di farm dan tantangan yang dihadapi di abad 21 adalah memproduksi pangan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk global yang semakin tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pangan maka digelar suatu Gerakan di tahun 1963 yang disebut dengan Green Revolution atau Revolusi Hijau. Komponen dari Revolusi Hijau adalah :

1)    Varietas berproduksi tinggi

2)    Tanggap pupuk

3)    Perlindungan tanaman secara intensif

4)    Pengairan

5)    Kredit usaha tani.

Teknologinya disebut dengan Green Revolution Technology yang dikenal dengan HEIA (High External Input for Agriculture). Pertanian yang menggunakan teknologi ini disebut dengan Modern Agriculture atau Conventional Agriculture atau Intesive Agriculture.

B.    Ruang Lingkup Teknologi Hijau

Teknologi hijau tak lain merupakan gaya hidup yang mengarahkan peradaban manusia untuk lebih bersahabat dengan lingkungan, antara lain melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara efektif dan efisien. Teknologi hijau memiliki cakupan yang sangat luas, mulai dari yang paling sederhana sampai paling mutakhir.

Ruang Lingkup Teknologi Hijau

1.     Energi Hijau, masalah yang paling mendesak untuk teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi. Pemenuhan kebutuhan energi di Planet Bumi ini masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil, pada tahun 2010 masih mencapai 67,6 persen: hyidropower 16,1 persen, nuklir 13 persen, dan kontribusi energi terbarukan (di luar hydropower) hanya 3,3 persen (MC. 2013).

2.     Bangunan hijau (green building), dikenal juga sebagai bangunan ramah lingkungan atau bangunan berkelanjutan, ada keterkaitan yang erat dengan arsitektur hujau, konstruksi hijau, desain berkelanjutan dan bangunan alami. Bangunan merupakan tempat di mana manusia menjalankan sebagian aktivitas kehidupannya, melindunginya dari kondisi iklim yang kurang bersahabat, sekaligus mempengaruhi kondisi kesehatan penghuninya. Dengan demkian bangunan pun harus bersahabat dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan, berdiri selaras dengan ekosistem sekitar, sehingga muncul konsep dan bidang bangunan hijau.

3.     Kimia hijau (Green chemistry), dalam proses penemuan, desain dan aplikasi proses dan produk kimia semaksimal mungkin menghilangkan penggunaan bahan berbahaya beracun beserta turunannya. Pembahasan lebih lanjut lihat bab sebelumnya.

4.     Nanoteknologi hijau (Green nanotechnology), merupakan manipulasi bahan pada skala nanometer. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa melalui penguasaan nanotekno|ogi, pada masa yang akan datang banyak hal yang dapat diproduksi. Dalam hal ini Nanoteknologi hijau merupakan penerapan prinsip kimia hijau dan teknik hijau (Green engineering) untuk beragam bidang. Menurut Nano (2016), nanoteknologi dan nanosains merupakan studi dan penerapan hal-hal yang sangat kecil di berbagai bidang ilmu seperti kimia, biologi, fisika, ilmu material dan rekayasa. Dijelaskan, bahwa ide nanoteknologi dan nanosains muncul pada tahun 1959, ketika fisikawan Richard Feyman pada pertemuan Asosiasi Fisika Amerika Serikat di lnstitut Teknologi California (Caltech) memberikan ceramah berjudul "There's Plenty of Room at the Bottom”. Penemuan alat scanning tunneling microscope (STM) dan atomic force microscope (AFM), menandai era kebangkitan nanoteknologi.

C.    Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik

1)    Ecological Sanitation

Ecological sanitation (Ecosan), merupakan teknologi hijau yang diharapkan menjadi revolusi baru untuk peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya pengolahan limbah domestik. Ecosan didasarkan kepada tiga prinsip yaitu:

a)     Pencegahan pencemaran lebih baik daripada melakukan pengendalian dan pengawasan setelah terjadi pencemaran.

b)    Perbaikan sanitasi tinja dan urine

c)     Pemanfaatan produk Ecosan untuk pertanian

Pembuangan limbah, yang berasal dari Instalasi Pengolah Limbah (IPAL) baik yang terpusat maupun yang setempat (on-site) merupakan penyebab utama pencemaran sumber-sumber air yang belum dapat diatasi. Selain mencemari sumber air permukaan limpasan dan bocoran zat pencemar tersebut juga mencemari air tanah. Penerapan teknologi Ecosan diharapkan dapat mengatasi tantangan yang belum dapat ditanggulangi pada bidang sanitasi terutama dalam mengatasi masalah sanitasi saat ini dan menghadapi perkembangan penduduk dunia dimasa yang akan datang. Keunggulan Ecosan dalam upaya mitigasi dan adaptasi pemanasan global adalah:

a)     System daur ulang tertutup (closed loop) yang sempurna dalam siklus rantai makanan manusia sehingga seluruh buangan dimanfaatkan kembali tanpa ada sisa limbah yang terbuang.

b)    Menghemat penggunaan air dan pembuangan air dalam siklus hidup manusia

c)     Mencegah pencemaran lingkungan dan konservasi potensi kualitas sumber-sumber air.

d)    Mengembalikan unsur hara tanah, memperbaiki stuktur tanah per-tanian dan mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pupuk.

e)     Mencegah terjadinya penyakit yang ditularkan melalui air (waterborne desease)

f)     Sederhana dan murah sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan seluruh lapisan masyarakat

2)    Taman Buangan Air Limbah

Wastewater Garden (WWG) adalah teknologi hijau yang digunakan untuk mendaur ulang sisa zat pencemar dari unit pengolahan limbah perumahan, hotel, restoran, atau perkantoran. WWG merupakan 100% ekologis, murah dan mudah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya. Tanpa memerlukan peralatan mekanis dan bahan kimia, air limbah di daur ulang secara gravitasi ke taman, kebun sayuran, ataupun buah-buahan. WWG pada awalnya dikembangkan untuk melindungi pantai dari pencemaran limbah penduduk. Kontribusi penerapan teknologi WWG dalam mitigasi dan adaptasi dampak pemanasan global karena:

a)     Menanam vegetasi

b)    Meningkatkan kualitas effluent ke lingkungan tanpa bahan kimia dan peralatan mekanis

c)     Ekologis, mudah dan murah

Teknologi WWG dikembangkan oleh Planetary Reef Foundation dan telah berhasil diterapkan di Meksiko, Bali, Bahama, Belize, Perancis, Polandia, Pilpina, Amerika Serikat dan Australia. WWG yang terbesar saat ini adalah Xpu-Ha EcoPark di Meksiko yang dirancang untuk mengolah limbah 1500 pengunjung per hari. Di Indonesia, teknologi WWG telah di uji coba pada beberapa kantor pemerintah daerah dan diterapkan pada beberapa hotel di kawasan Nusa Dua.

3)    Sanitasi Taman

Sanitasi Taman (SANITA), adalah Teknologi Hijau untuk memperbaiki kualitas effluent tangki septik konvensional agar tidak mencemari air tanah. Effluen septik tank konvensional masih mengandung bakteri Fecal Coli yang cukup tinggi dan beresiko mencemari air sumur dangkal yag terletak berdekatan, terutama pada permukiman yang padat. Sebagian besar penduduk perkotaan masih mengkonsumsi air tanah dangkal sebagai sumber air minum dan rumah tangga sehingga mereka berisiko tinggi terjangkit penyakit perut (waterborne deseases). SANITA mampu menurunkan bakteri Fecal Coli pada effluent tangki septik sampai dengan lebih dari 99% sehingga diharapkan tidak mencemari air tanah. Penerapan SANITA pada permukiman akan menambah vegetasi permukaan yang merupakan salah satu upaya adaptasi dan mitigasi dampak perobahan iklim. Selain itu SANITA juga mudah dan murah dalam pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya, serta tidak menggunakan bahan kimia dan peralatan mekanis. SANITA telah diteliti oleh Pusat Litbang Permukiman sejak tahun 2004 dan saat ini telah disusun pedoman tata cara pembangunannya sebagai kelengkapan Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara Pembangunan Tangki Septik.

4)    Konsep Teknologi Hijau

Green Technology (Teknologi Hijau), diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan praktis/teknologi yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembangunan yang dapat mewujudkan tatanan infrastuktur untuk memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan (sustainable development), tanpa merusak atau mengganggu sumber daya alam. Secara singkat, teknologi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini dan tidak mengganggu ketersediaan kebutuhan generasi mendatang, dari (Green Tecnology, 2008) Keberadaan teknologi hijau ini diharapkan dapat menjadi inovasi bagi manusia untuk merobah gaya hidupnya seperti kegandrungan manusia saat ini akan information technology (IT). Beberapa ciri Teknologi Hijau antara lain: berkelanjutan (sustainable), menggunakan sumber alam yang terbarui (reclaimed), menghasilkan produk yang bermanfaat kembali (re-used), mengurangi produk limbah dan bahan pencemar, menggunakan proses terdaur ulang (recycle), inovatif tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, menciptakan kegiatan dan produk yang ber-manfaat bagi lingkungan atau dapat melindungi bumi.

Kesimpulan

Perubahan Iklim yang diakibatkan oleh Pemanasan Global telah dirasakan dampaknya dalam kehidupan manusia. Apabila tidak dilakukan upaya pencegahan, dampak pemanasan global di masa yang akan datang merupakan ancaman yang sangat serius bagi kehidupan semua makhluk di bumi. Dalam menghadapi dampak Pemanasan Global diperlukan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi yang melibatkan masyarakat, seperti teknologi pelestarian sumber air dengan tanaman biologi (biopark), teknologi pengolahan air limbah domestik dengan ecological sanitation (Ecosan), taman bunga air limbah (waste water garden), sanitasi taman (sanita) dan konsep teknologi hijau (green tecnology). Teknologi Hijau merupakan salah satu upaya adaptasi dan mitigasi dampak Pemanasan Global yang sejalan dengan prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Berbagai Teknologi Hijau di bidang pelestarian sumber air dan pengolahan air limbah telah tersedia untuk diterapkan dalam pembangunan.

Daftar Pustaka

Agustina, Lily. 2011. Teknologi Hijau dalam Pertanian Organik Menuju Pertanian Berlanjut.

Ginting, Nana Terangna. 2008. Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim Melalui Penerapan Teknologi Hijau.

Handajani, Fajar, Galih. 2015. Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan.

Hidayat, Atep Afia. 2021. Modul Perkuliahan Universitas Mercu Buana Kimia dan Pengetahuan Lingkungan Industri : Teknologi Hijau.

Nefilinda. Teknologi Hijau : Solusi Untuk Pelestarian Sumber Air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.