Laman

Senin, 29 November 2021

BIO-PARK SEBAGAI TEKNOLOGI HIJAU

Oleh: Clara Elva Novita

ABSTRAK

Teknologi hijau merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian atau keberlanjutan kehidupan di planet bumi ini. Kelestarian atau keberlanjutan (sustainabilitas) yang dapat diartikan sebagai perihal pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkelanjutan dimasa depan tanpa merusak sumber daya alam, atau pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Teknologi hijau bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan cara-cara untuk menyediakan kebutuhan bagi manusia tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan atau pengurangan sumber daya alam yang cepat di planet bumi. Salah satu contoh alternatif teknologi konvensional yang diterapkan guna mengaplikasikan konsep teknologi hijau  adalah pengadaan biopark.

Kata kunci: teknologi hijau, biopark

ABSTRACT

Green technology is one of the efforts to preserve or maintain life on this planet earth. Sustainability, which can be defined as a matter of meeting people's needs in a sustainable manner in the future without destroying natural resources, or meeting the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs. Green technology aims to find and develop ways to meet human needs without causing environmental damage or rapid depletion of the planet's natural resources. One example of an alternative to conventional technology that is applied to apply the concept of green technology is the procurement of a biopark.

Keywords: green technology, biopark

PENDAHULUAN

Teknologi hijau (Greentech) dikenal juga sebagai teknologi lingkungan (envimtech) dan teknologi bersih (cleantech), merupakan integrasi antara teknologi modern dan ilmu lingkungan untuk lebih mengoptimalkan pelestarian lingkungan global dan sumber daya alam, serta untuk meminimalisir dampak negatif dari berbagai kegiatan seluruh umat manusia di planet bumi (Soemarno, 2011).

Menurut catatan Kardono (2010), pada bulan Januari 2004 Uni Eropa mengadopsi Environmental Technology Action Plan (ETAP), hal itu dimaksudkan untuk memperbaiki pembangunan dan penggunaan teknologi lingkungan yang lebih luas. Adapun teknologi |ingkungan didefinisikan sebagai teknologi yang lebih sedikit merusak |ingkungan jika dibandingkan dengan teknologi alternatif sejenis. Sementara EurActiv (2006), menyebutkan bahwa pada bulan Januari 2004 tersebut telah diluncurkan rencana aksi untuk merangsang pengembangan dan penggunaan teknologi lingkungan, antara lain melalui penghapusan hambatan keuangan, ekonomi dan kelembagaan. Hal itu merupakan bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan Uni Eropa dan agenda Lisbon.

Air merupakan sumber daya alam untuk menunjang keberlangsungan hidup dan aktivitas manusia. Air juga menjadi sumber penularan penyakit, sehingga sumber air maupun salurannya harus dikelola, dibedakan dan disesuaikan penggunaannya (Asriningpuri dkk, 2015).

Penggunaan dan pemanfaatan air sebagai penunjang kehidupan dan aktivitas manusia, siklusnya sebagai berikut penggunaan -- air sisa pakai. Air merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sehinga pemanfaatan kembali menjadi solusi keberlangsungan dan kesejahteraan. Dengan kata lain, perlu adanya suatu sistem pengelolaan air, seperti 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle) yang berguna untuk pemanfaatan. Dengan teknik pengolahan yang tepat, kebutuhan air dapat terus terpenuhi. Adapun yang dimaksud Reuse atau guna ulang adalah penggunaan kembali sisa air yang dapat digunakan untuk fungsi yang sama atau fungsi lain. Reduce atau mengurangi adalah pengurangan penggunaaan air disegala hal yang berakibat adanya limbah. Recycle, (mendaur ulang) adalah pengolahan kembali dan pendaurulangan sisa air menjadi sesuatu barang atau produk yang bermanfaat. Cara yang dilakukan adalah penggunaan sisa buangan air (memanfaatkan kembali) pada suatu kegiatan tertentu. Selain itu, pemanfaatan air hujan dengan cara menampung dan menggunakannya kembali (Asriningpuri dkk, 2015).

RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan Teknologi Hijau?

2.      Apa saja ruang lingkup Teknologi Hijau?

3.      Apa peran Bio-Park sebagai Teknologi Hijau?

TUJUAN

1.      Untuk mengetahui Teknologi Hijau

2.      Untuk mengetahui ruang lingkup Teknologi Hijau

3.      Untuk mengetahui peran Bio-Park sebagai Teknologi Hijau

PEMBAHASAN

Teknologi hijau (greentech) adalah pengembangan dan penerapan produk, peralatan dan sistem yang digunakan untuk melestarikan lingkungan alam dan sumber daya, yang meminimalkan dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan. (Soemarno, 2011).

Teknologi Hijau adalah Teknologi yang mempertimbangkan penghematan dalam penggunaan sumberdaya alam dan menjaga keberlangsungan ketersediaannya serta meminimalisasi dampak negatif bahkan berusaha meningkatkan kualitas hidup manusia, oleh sebab itu rancangan arsitektur yang memenuhi kriteria pertimbangan tersebut disebut “Arsitektur ber Teknologi Hijau”. Adapun rujukan “Green Concept” yang digunakan sebagai alat ukur tingkatan Hijau diambil dari kriteria BREEAM (Building Research establishment’s Environmental Assessment Method-Inggris-1990) diturunkan oleh GBCI (Green Building Council Indonesia) pada Greeship Home Checklist Assessment atau Sistim Penilaian Hijau untuk Kelompok Bangunan Hunian (Asriningpuri dkk, 2015).

Konsep proses dan teknologi hijau adalah proses dan teknologi yang ramah lingkungan, ditingkatkan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Beberapa orang merujuk teknologi hijau sebagai teknologi lingkungan dan teknologi bersih. Harapan yang ada adalah bahwa bidang ini akan membawa kebaruan dan perubahan inovasi dalam kehidupan diurnal yang sama besarnya dengan teknologi informasi. Selain itu, hari ini karena pentingnya ini teknologi, sebagian besar pemerintah mengambil inisiatif untuk mempromosikannya (Iravani dkk, 2017).

Hidayat (2021) menyatakan kondisi saat ini setiap negara berlomba-Iomba untuk menemukan, mengembangkan dan menerapkan teknologi hijau, dengan tetap memperhatikan prinsip menimbulkan kenyamanan sosial, ekonomis dan ramah lingkungan. Teknologi hijau tak lain merupakan gaya hidup yang mengarahkan peradaban manusia untuk lebih bersahabat dengan lingkungan, antara lain melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara efektif dan efisien. Teknologi hijau memiliki cakupan yang sangat luas, mulai dari yang paling sederhana sampai paling mutakhir. Dikembangkan di negara-negara paling maju seperti yang ada di Eropa Barat, Jepang dan Amerika Serikat, sampai negara-negara berkembang yang tersebar di seluruh bagian Bumi seperti Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan sebagainya. Dalam hal ini konsep teknologi hijau diterapkan dalam menghasilkan produk dengan cara meminimalkan bahan baku, mengefisiensikan proses, dan memaksimaikan output produk, namun dengan senantiasa menghasilkan limbah dan polutan dalam jumlah yang minimal.

Hidayat (2021) menyatakan Adapun ruang lingkup dari Teknologi Hijau adalah, sebagai berikut:

1. Energi hijau, masalah yang paling mendesak untuk teknologi hljau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi. Pemenuhan kebutuhan energi di Planet Bumi ini masih sangat tergantung pada bahan bakar fosil, pada tahun 2010 masih mencapai 67,6 persen: hyidropower 16,1 persen, nuklir 13 persen, dan kontribusi energi terbarukan (di luar hydropower) hanya 3,3 persen (MC. 2013).

2.  Bangunan hijau (green building), dikenal juga sebagai bangunan ramah lingkungan atau bangunan berkelanjutan, ada keterkaitan yang erat dengan arsitektur hujau, konstruksi hijau, desain berkelanjutan dan bangunan alami. Bangunan merupakan tempat di mana manusia menjalankan sebagian aktivitas kehidupannya, melindunginya dari kondisi iklim yang kurang bersahabat, sekaligus mempengaruhi kondisi kesehatan penghuninya. Dengan demkian bangunan pun harus bersahabat dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan, berdiri selaras dengan ekosistem sekitar, sehingga muncul konsep dan bidang bangunan hijau.

3.   Kimia hijau (Green chemistry), dalam proses penemuan, desain dan aplikasi proses dan produk kimia semaksimal mungkin menghilangkan penggunaan bahan berbahaya beracun beserta turunannya.

4.  Nanoteknologi hijau (Green nanotechnology), merupakan manipulasi bahan pada skala nanometer. Banyak ilmuwan yang mempercayai bahwa melalui penguasaan nanotekno|ogi, pada masa yang akan datang banyak hal yang dapat diproduksi. Dalam hal ini Nanoteknologi hijau merupakan penerapan prinsip kimia hijau dan teknik hijau (Green engineering) untuk beragam bidang. Menurut Nano (2016), nanoteknologi dan nanosains merupakan studi dan penerapan hal-hal yang sangat kecil di berbagai bidang ilmu seperti kimia, biologi, fisika, ilmu material dan rekayasa. Dijelaskan, bahwa ide nanoteknologi dan nanosains muncul pada tahun 1959, ketika fisikawan Richard Feyman pada pertemuan Asosiasi Fisika Amerika Serikat di lnstitut Teknologi California (Caltech) memberikan ceramah berjudul "There's Plenty of Room at the Bottom”. Penemuan alat scanning tunneling microscope (STM) dan atomic force microscope (AFM), menandai era kebangkitan nanoteknologi.

Bio-Park merupakan salah satu teknologi hijau yang digunakan untuk memperbaiki kualitas sumbersumber air yang tercemar seperti air saluran, sungai dan danau. Proses reduksi bahan-bahan pencemar dalam Bio-Park terjadi melalui siklus rantai makanan dalam ekosistem akuatik atau ekoteknologi. Di Jepang, teknologi Bio-Park diterapkan untuk memperbaiki kualitas air danau antara lain Danau Tsuchiura, Kibagata, Koishikawa, dan Haruno (Nefilinda, 2014). 

Menurut Nefilinda (2014) teknologi Bio-Park juga telah dimodifikasi sebagai taman atap (Roof Top Bio-Park) di perumahan Canon Housing. Pada saat ini teknologi Roof Top Bio-Park dikembangkan dalam rangka mitigasi pemanasan global yang terjadi di daerah perkotaan. Dalam 5 tahun terahir, teknologi Bio- Park telah diperkenalkan ke Thailand, China dan Brazil melalui bantuan teknik pemeritah Jepang. Karena menggunakan proses ekosistem alami, teknologi Bio-Park merupakan upaya adaptasi dan mitigasi dampak pemanasan global dengan karakteristik sbb:

a.       Menanam vegetasi

b.      Memperbaiki kualitas air yang tercemar secara efisien tanpa bahan kimia.

c.       Memanfaatkan lumpur sebagai pupuk organic

d.      Tidak menghasilkan limbah kimiawi

e.       Bio-Park adalah zero emission system

Di Indonesia, percobaan lapangan penerapan teknologi hijau untuk pelestarian kualitas air danau telah dimulai oleh Pusat Litbang Sumber Daya Air pada tahun 2003 di Waduk Saguling dengan nama EKOTEKNOLOGI. Penelitian masih berlangsung sampai saat ini dan diharapkan teknologi ini dapat dipersiapkan untuk diterapkan oleh pemeritah dan masyarakat (Nefilinda, 2014). 

KESIMPULAN

Teknologi lingkungan (envirotech) atau teknologi hijau (greentech) atau teknologi bersih (cleantech) adalah aplikasi ilmu lingkungan untuk melestarikan lingkungan alam dan sumber daya untuk mengekang dampak negatif dari keterlibatan manusia. Pembangunan yang berkelanjutan adalah inti dari teknologi lingkungan. Di masa depan teknologi hijau akan dianggap sebagai tujuan dari kehidupan manusia karena manusia tidak bisa terus menerus menggunakan teknologi yang menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan setiap bentuk kehidupan yang bergantung kepada lingkungan. Peran kitalah sebagai manusia yang senantiasa harus menjaga planet bumi dari kerusakan dan kehancuran.

DAFTAR PUSTAKA

Asriningpuri, dkk. (2015). Teknologi Hijau Warisan Nenek Moyang di Tanah Parahyangan. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, Vol. 7, No. 1. 51-65. Dalam https://umb-post.mercubuana.ac.id/pluginfile.php/232127/mod_resource/content/1/Jurnal%20Teknologi%20Hijau%202.pdf  (Diakses pada 29 November 2021).

Hidayat A. A. (2021). Teknologi Hijau. Modul 13 Kimia Dan Pengetahuan Lingkungan Industri. Jakarta: UMB. Diakses pada 29 November 2021).

Iravani, A., Akbari, M. H., & Zohoori, M. (2017). Advantages and disadvantages of green technology; goals, challenges and strengths. Int J Sci Eng Appl, 6(9), 272-284. Dalam https://www.ijsea.com/archive/volume6/issue9/IJSEA06091005.pdf (Diakses pada 29 November 2021).

Kardono. (2010). Teknologi Ramah Lingkungan: Kriteria, Verifikasi, dan Arah Pengembangan. Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Dalam https://enviro.bppt.go.id/Publikasi/TRL-KLH04062010-01.pdf (Diakses pada 29 November 2021).

Nefilinda. (2014). Teknologi Hijau: Solusi untuk Plesetarian Sumber Air. Jurnal Spasial: STKIP PGRI Sumatera Barat. Dalam https://umb-post.mercubuana.ac.id/pluginfile.php/232126/mod_resource/content/1/Jurnal%20Teknologi%20Hijau%201.pdf (Diakses pada 29 November 2021).

Soemarno. (2011). Filosofi Teknologi Hijau. Dalam https://id.scribd.com/document/380552775/1 (Diakses pada 29 November 2021).

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.