PERANAN KIMIA DALAM INDUSTRI PANGAN
(KIMIA DAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN INDUSTRI)
Sebuah artikel oleh Aditya Rafi Nugroho,
Program studi Teknik industri, fakultas Teknik, universitas Mercu Buana.
Email : ditoynugroho@gmail.com
ABSTRAK
Seiring berkembangnya zaman, makanan yang kita temukan saat ini semakin beragam dan unik. Tak
hanya soal rasa, namun juga warna bentuk dan kandungannya. Ini semua berkat kemajuan iptek dan
kimia yang dikembangkan bertahun-tahun oleh para ahli, mereka mengembangkan zat-zat untuk
memajukan industri makanan, dan hasilnya bisa kita nikmati saat ini, di supermarket terdapat ribuan
jenis makanan berbeda dan memiliki cita rasa khasnya masing-masing.
ABSTRACT
Along with the times, the food we find today is increasingly diverse and unique. Not only a matter of
taste, but also color, shape and content. This is all thanks to advances in science and technology and
chemistry developed over many years by experts, they develop substances for advancing the food
industry, and the results we can enjoy today, in supermarkets there are products There are different
types of food and each has its own unique taste.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi makanan dan kimia?
2. Apakah korelas antara makanan dan kimia?
3. Bagaimana peranan kimia dalam industri makanan?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari makanan dan kimia.
2. Untuk mengetahui korelas antara makanan dan kimia.
3. Untuk mengetahui peranan kimia pada industri makanan.
PENDAHULUAN
Kita pasti sering membeli makanan instant setiap hari, misalnya kue-kue kering,
keripik, crispi, jelly, berbagai jenis permen, dan makanan ringan lainnya. Semua jenis
makanan tersebut dapat awet dalam waktu tertentu karena adanya suatu zat yang dapat
mengawetkannya. Demikian pula rasa dari makanan yang beraneka ragam karena adanya
tambahan rasa yang diberikan ke dalam makanan tersebut ketika proses pembuatan
berlangsung. Saat ini banyak sekali makanan yang dijual di pasaran dalam berbagai
kemasan, dengan berbagai warna, rasa, aroma, tekstur, dan bentuk. Hal ini berkat adanya
kemajuan IPTEK yang ternyata juga berdampak pada kemajuan di bidang industri makanan.
Untuk menghasilkan makanan dengan berbagai variasi tersebut, perlu ditambahkan bahan
pada pengolahannya Bahan-bahan seperti itulah yang dinamakan bahan tambahan
makanan (disingkat BTM) atau istilah asingnya zat aditif makanan. Oleh karena fungsinya
hanya sebagai tambahan, maka tentunya dalam penggunaannya ada batas ukurannya atau
disebut batas ambang yang ditentukan oleh DepKes yang harus ditaati oleh produsen
makanan dan minuman dalam kemasan, jika tidak akan membahayakan kesehatan kita.
ISI
Semua makanan yang kita makan sekarang tak luput dari peranan penting kimia, ada beberapa
Zat yang sering digunakan industri makanan, diantaranya :
1. PENGGOLONGAN ZAT ADITIF MAKANAN DAN MINUMAN
Tubuh kita memerlukan berbagai macam zat gizi, seperti karbohidrat, protein, mineral,
dan vitamin, karena itu makanan yang kita makan harus mengandung zat-zat gizi tersebut.
Makanan dalam penyajiannya juga memerlukan cita rasa yang enak dan penampilan yang
menarik, sehingga dapat membangkitkan selera makan.
Perkembangan dan kemajuan teknologi telah banyak menemukan bahan-bahan
sintetis yang dapat menggantikan berbagai zat tambahan alami yang biasa digunakan
sebelumnya, seperti zat pewarna sintetis yang menggantikan zat pewarna alami.
Menurut WHO (World Health Organization) yaitu salah satu organisasi yang ada di
bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang mengurusi masalah kesehatan dunia, zat
aditif didefinisikan sebagai bahan yang ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah
sedikit untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur, atau memperpanjang masa
penyimpanan. Berdasarkan pengertian ini, maka DepKes RI lalu membuat aturan-aturan
tentang penggunaan BTM termasuk menetapkan batas ambang untuk setiap jenis zat aditif.
2. ZAT PEWARNA
Zat pewarna adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan yang bertujuan
memperbaiki atau memberi warna pada makanan sehingga makanan tersebut lebih menarik.
Zat pewarna dibagi menjadi dua macam, yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna
sintetis. Zat pewarna alami diperoleh dengan mengekstrak tumbuhan, lebih aman, namun
variasi warna & jumlahnya sedikit, kurang praktis, serta tidak tahan lama (mudah memudar).
Zat pewarna sintetis lebih beragam, stabil pada penyimpanan, praktis, dan tahan lama
3. ZAT PEMANIS
Zat pemanis merupakan bahan yang digunakan agar makanan mempunyai rasa
manis atau lebih manis. Zat pemanis dibedakan menjadi dua, yaitu pemanis alami dan
pemanis buatan. Zat pemanis alami dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Pemanis nutritif (menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (sukrosa / gula tebu, gula
bit, xylitol dan fruktosa), dari hewan (laktosa, madu), dan dari hasil penguraian
karbohidrat (sirup glukosa, dekstrosa, sorbitol).
2. Pemanis non nutritif (tidak menghasilkan kalori), berasal dari tanaman (steviosida),
dari kelompok protein (miralin, monellin, thaumatin).
4. ZAT PENGAWET
Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat mempertahankan makanan dari
kerusakan karena proses fermentasi, jamur, dan penguraian lainnya. Sebagai contoh natrium
benzoat (untuk makanan dan minuman berasa asam), kalsium propionat (CH3CH2COO)2Ca
dan natrium propionat (CH3CH2COO)Na (untuk mencegah jamur pada roti dan kue), asam
sorbat (CH3CH2= CHCH=CHCOOH), dan natrium nitrat, NaNO3 (untuk daging olahan, keju).
Zat pengatur keasaman (buffer) juga termasuk bahan pengawet, karena dapat menetralkan, mengasamkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh buffer :
asam sitrat, asam tartrat, asam asetat, ammonium bikarbonat, dan natrium bikarbonat.
KESIMPULAN
Kesadaran makan yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kesadaran makan atas dasar
pengetahuan tentang segala sesuatu yang dimakan. Pengetahuan ini salah satunya diperoleh
dari pendidikan tentang bahan makanan. Kesadaran makan makanan sehat yang dibentuk
melalui pendidikan kimia bahan makanan dapat berdampak pada pembangunan manusia yang
sehat. Masyarakat yang sehat dapat berdampak positif pada penurunan biaya kesehatan baik
untuk penyakit menular maupun tidak menular. Penurunan biaya kesehatan dapat
dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang mendukung budaya konsumsi makanan
sehat sehingga kesadaran makan makanan sehat yang sudah terbentuk dapat diwariskan ke
generasi berikutnya. Pendidikan kimia bahan makanan secara terintegrasi dapat membentuk
kesadaran makan makanan sehat oleh individu maupun secara berkelompok oleh masyarakat.
Jika kesadaran makan makanan sehat terus terbentuk secara berkelanjutan, maka
pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas pun dapat terwujud menuju Indonesia
yang sehat dan kuat
DAFTAR PUSAKA
Albert Cotton, dkk. (1973). Chemistry an Investigative Approach, Revised Edition. Boston :
Houghton Mifflin Company.
Arif Hartoyo. (2003). Teh dan Khasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta : Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.