Laman

Sabtu, 31 Oktober 2020

Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet

Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet



Disusun oleh : Laykha Fitriani Az Zahra
Kode Peserta : @R16-Laykha




ABSTRAK


Rute pemberian obat secara oral sangan disukai oleh sebagain besar pengguna. Salah satu bentuk, sediaan oral yang paling disukai adalah tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan pengisi. Pada artikel ini akan akan dibahas mengenai metode umum pembuatan obat tablet , yaitu terdapat 3 metode diantaranya metode granulasi basah , metode granulasi kering dan metode kempa langsung. Serta kemungkinan-kemungkinan masalah umum terjadinya kecacatan fisik tablet yang sering ditemui bersama dengan penyebabnya dan cara mengatasinya sumber masalah tersebut. Selama proses pembuatan, penyimpanan dan pendistribusian tablet sering kali ditemui masalah kerusakan fisik tablet seperti capping, lamination, cracking, chipping, stricking, picking, binding, mottling, dan double impression, yang dapat mengurangi penerimaan oleh pengguna dan keefektifan fungsional sediaan

 Kata kunci: Tablet, Metode Pembuatan, Kerusakan Fisik


PENDAHULUAN

Tablet merupakan salah satu jenis sediaan obat dengan rute pemberiaan  secara oral. Rute oral ini paling disukai karena tingkat kenyamanan dan kepatuhan  pasien sangat baik. Selain itu biaya produksinya juga cukup rendah. Obat yang  diberikan secara oral akan terlarutkan (terdispersi molekuler)  dalam cairan  lambung sebelum diabsorpsi ke dalam sirkulasi sitemik.  Kecepatan disolusi atau waktu yang dibutuhkan untuk obat melarut dalam  cairan pencernaan menjadi kecepatan pembatas (rate-limiting step) dari proses  absorbsi. Hal ini berlaku untuk obat yang diberikan dalam bentuk sediaan padat  oral seperti tablet (Shargel & Yu, 1999).

Sedangkan menurut (Ditjen POM, 1995) tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.

Komposisi tablet pada umumnya disamping zat aktif, juga mengandung zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan zat pelicin. Untuk tablet tertentu zat pewarna, zat perasa, dan bahan-bahan lainnya dapat ditambahkan jika diperlukan dalam pembuatan tablet. Sustained release merupakan salah satu contoh bentuk sediaan yang dirancang untuk  melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap sehingga pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat (Ansel, Allen & Popovich, 1999). Secara ideal, produk obat pelepasan terkendali hendaknya melepaskan obat pada suatu laju yang konstan, atau laju orde nol (Shargel & Yu, 1999).

Dari pendahuluan diatas dapat kita ketahui bahwa tablet merupakan salah satu sediaan  farmasi yang sering dijumpai dipasaran, Bukan karena cara pembuatannya yang mudah atau simple, tetapi tablet juga merupakan sediaaan yang paling stabil diantara sediaan farmasi sehinggga tablet lebih sering diproduksi besar-besaran atau sekala besar oleh industri farmasi.

 

PERMASALAHAN

Tablet ideal umumnya harus bebas dari kerusakan atau cact visual ataupun fungsional. Kemajuan tenologi dan inovasi dalam pembuatan tablet tidak menjamin dapat mengurangi masalah kerusakan tablet selama proses pembuatan, bahkan sebaliknya dengan kemajuan teknologi dan inovasi dalam pembuatan tablet seringkali menyebabkan meningkatnya masalah utama karena kompleksitas pencetakan tablet dan atau semakin besarnya tuntunan criteria perimaan dari kualitas tablet yang diinginkan

Masalah dalam proses pembuatan tablet secara umum dapat disebabkan karena masalah dalam formulasiatau karena masalah dalam pengaturan peralatan dan atau keduanya. Dengan demikian masalah umumdalam proses pembuatan tablet dapat diklasifikasi sebagai berikut

 

1.      Kecacatan Tablet Terkait dengan Proses Pengempaan Tablet:

a.      Capping 

pemisahan sebagian atau seluruh mahkota atas atau bawah tablet dari badan utama tablet karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak. 

b.      Lamination 

pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih, lapisan terpisah secara horizontal karena adanya udara yang terjebak dalam massa cetak

c.       Cracking 

Retak kecil dan halus yang diamati pada permukaan tengah atas dan bawah tablet, atau sangatjarang pada dinding samping tablet

 

2.      Kecacatan Tablet yang Dipengaruhi oleh Eksipien:

a.      Chipping 

Rusaknya bagian tepi tablet,  karena butiran tepi yang sangat kering.

b.      Sticking

Bahan massa cetak tablet menempel pada dinding cetakan die Karena massa cetak lengket dansebagian besar disebabkan oleh kelembapan berlebih 

c.       Picking 

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch.

d.      Binding

Massa cetak yang akan dikempa melekat pada dinding ruang cetak pada saat proses ejection karena massa cetak yang tidak kering atau kurangnya pemberian lubrikan

 

3.       Kecacatan Tablet yang dipergaruhi oleh Lebih dari Satu Faktor :

a.      Mottling 

Keadaan dimana distribusi warna yang tidak merata pada tablet, dengan tersapat bagian bintik bintik terang atau gelap menonjol pada permukaan yang seragam

 

4. Kecacatan Tablet Terkait dengan Pengaruh Mesin :

Double Impression

Merupakan suatu kesan ganda pada permukaan tablet yang dibuat dengan punch yang berlogo hal ini terjadi karena adanya gerakan punch yang tidak terkontrol setelah pengempan

Berdasarkan macam-macam metode dalam tahapan proses pembuatan tablet yang telah dibahas, maka dalam pemilihan penggunaannya harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari masing masing produk tersebut . Serta mempertimbangkan kemungkinan- kemungkinan permasalahan penyebab ketidaksempurnaan atau kecacatan tablet yang sering kali terjadi dalam proses pembuatan tablet , penyimpanan , pendistribusian tablet dan cara mengatasinya

  

PEMBAHASAN

 

Komposisi Tablet

Tablet merupakan sediaan padat farmasi yang mengandung zat aktif, juga mengandung sebagai berikut:

1.      Zat berkhasiat/ zat aktif

Zat berkhasiat atau zat aktif jarang diberikan dalam keadaan murni, tetapi harus dikombinasikan terlebih dahulu dengan zat-zat yang bukan obat yang mempunyai fungsi khusus agar dapat dibentuk menjadi sediaan tablet (Anief,1994).

2.      Zat pengisi

Zat pengisi adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu formulasi tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot dan ukuran tablet sehingga sesuai dengan persyaratan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Zat pengisi yang biasa digunakan adalah pati (amilum), laktosa, manitol, sorbitol dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3.      Zat pengikat

Zat pengikat dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dan dapat dibentuk menjadi granul sehingga dapat dikempa atau dicetak (Anief, 1994). Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik. Bahan polimerik terdiri atas dua kelas yaitu polimer alam seperti pati, atau gom mencakup akasia, tragakan dan gelatin; dan polimer sintetis seperti polivinil pirolidon, metil selulosa, etil selulosa, dan hidroksipropilselulosa (Siregar dan Wikarsa, 2010)

4.      Zat penghancur (disintegran)

Zat penghancur dimaksudkan untuk memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorbsi (Lachman, dkk, 1994).

5.      Zat pelicin

Zat pelicin adalah zat tambahan yang digunakan dalam formulasi sediaan tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa dan untuk mencegah tablet melekat pada dinding lubang kempa. Zat pelicin yang biasa digunakan adalah talk, magnesium stearat, kalsium stearat,natrium stearat, polietilen glikol, dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

            Tujuan dari penambahan zat tambahan seperti pewarna yaitu untuk mempercantik sediaan tablet dan untuk menutupi atau mengisi cacat pada permukaan tablet yang disebabkan oleh tahap pelapisan dasar serta memberikan warna yang diinginkan pada sediaan tablet. Umumnya pewarnaan ditambahkan pada saat tablet sudah cukup halus agar hasil akhir tablet tidak berbinik-bintik dan terjadi migrasi warna.

 

Penggolongan Tablet

Sediaan tablet memiliki berbagai macam bentuk dan penggolongannya yaitu

a.  Tablet kempa atau tablet kempa standar, yaitu tablet oral tidak bersalut yang dibuat dengan pengempaan dan biasanya terdiri atas zat aktif tunggal atau dalam kombinasi dengan eksipien. Metode umum yang digunakan dengan granulasi basah, granulasi kering atau kempa langsung.

b.   Tablet multi kempa atau tablet kempa lapis ganda, adalah tablet yang dibuat dengan lebih dari satu siklus kempa tunggal. Ada dua kelompok tablet ini yaitu : tablet berlapis dan tablet yang disalut dengan pengempaan.

c.  Tablet aksi diperlama atau tablet salut enterik, bentuk sediaan ini dimaksudkan untuk melepaskan obat setelah beberapa waktu tunda atau setelah tablet telah melewati satu bagian dari GIT ke yang lain. Tablet salut enterik adalah tablet kempa konvensional disalut dengan suatu zat seperti selak atau suatu senyawa selulosa, yang tidak terdisolusi dalam lambung (suasana asam), tetapi terlarut dalam saluran usus (suasana basa).

d.   Tablet salut gula, adalah tablet kempa konvensional yang disalut dengan beberapa lapisan tipis larutan gula berwarna atau tidak berwarna. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan tablet yang elegan, mengkilap, mudah untuk ditelan, secara luas digunakan dalam pembuatan multivitamin dan kombinasi multivitamin mineral.

e.      Tablet salut lapis tipis, adalah tablet kempa konvensional disalut dengan film tipis polimerik larut-air diberi warna atau tidak diberi warna yang terdisintegrasi segera dalam saluran cerna.

f.   Tablet kunyah, tablet yang dimaksudkan dikunyah dulu sebelum ditelan. Tablet kunyah harus mengandung bahan tambahan dasar yang mempunyai rasa dan aroma yang menyenangkan.

g.      Tablet bukal, tablet berukuran kecil, datar, dan dimaksudkan untuk tertahan di antara pipi dan gigi. Obat yang digunakan melalui rute ini memiliki aksi sistemik cepat. Tablet ini dirancang untuk tidak hancur namun perlahan-lahan larut.

h.     Tablet sublingual, sama seperti tablet bukal hanya saja penggunaannya di bawah lidah.

i.       Troche atau Lozenges, tablet yang digunakan dalam rongga mulut untuk memberikan efek lokal di mulut dan tenggorokan. Umumnya digunakan untuk mengobati sakit tenggorokan atau mengontrol batuk pada saat flu. Dapat berisi obat bius lokal, antiseptik, agen antibakteri, astringent dan antitusif.

j.    Dental cones, Cone gigi, tablet yang dirancang untuk ditempatkan pada socket kosong yang ada setelah pencabutan gigi. Tujuan utamanya adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam socket atau mengurangi perdarahan.

k.     Tablet implantasi, adalah tablet yang didesain dan dibuat secara aseptik untuk implantasi subkutan pada hewan atau manusia. Kegunaannya ialah memberikan efek zat aktif yang diperlama, sekitar satu bulan sampai satu tahun.

l.     Tablet vaginal, tablet yang dirancang utuk terdisolusi lambat dan pelepasan obatnya dalam rongga vagina. Tablet lebar atau berbentuk buah pir, digunakan untuk antibakteri, antiseptik dan mengobati infeksi vagina.

m. Tablet effervescen, merupakan tablet yang dirancang untuk menghasilkan larutan dengan cepat melalui pelepasan karbon dioksida. Bila tablet ini dimasukkan ke dalam air, mulailah terjadi reaksi kimia antara asam dan natrium bikarbonat sehingga terbentuk garam natrium dari asam dan menghasilkan CO2 serta air.

n.  Tablet dispensing, adalah tablet kempa yang biasanya digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan solid dan cairan

o.  Tablet hipodermik, adalah tablet kempa yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar yang akan diinjeksikan.

p.   Tablet triturat, adalah tablet kempa yang fungsinya sama dengan tablet dispensing, berbentuk kecil umumnya silindris dan digunakan untuk menyediakan zat aktif yang tepat dalam peracikan obat. Biasanya mengandung zat aktif yang sangat toksik atau sangat berkhasiat keras.


Cara Pembuatan Tablet

            Tablet dapat dibuat dengan 3 metode yaitu metode cetak langsung, metode granulasi kering, metode granulasi basah.

Metode cetak langsung (direct granulation) atau kempa langsung yaitu proses pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis  kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit,  zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab.

Metode granulasi kering (dry granulation)  yaitu proses pembuatannya dengan cara mencampurkan zat aktif dan bahan dalam keadaan kering, untuk dikempa lalu dihancurkan menjadi partikel yang lebih besar dan dikempa kembali untuk mendapatkan tablet yang memenuhi persyaratan. Prinsipnya membuat granul yang baik dengan cara mekanis, tanpa pengikat dan pelarut. Metode ini boleh digunakan apabila zat aktif memiliki sifat aliran yang buruk (tidak amorf), zat aktif sensitif terhadap panas dan lembab dan kandungan zat aktif dalam tablet tinggi.

Metode cetak langsung (direct granulation) atau kempa langsung yaitu proses pembuatannya dengan cara pengempaan zat aktif dan bahan tambahan secara langsung tanpa perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini digunakan apabila sifat alirannya baik, dosis  kecil, rentang dosis terapi zat tidak sempit,  zat aktif tidak tahan pemanasan dan lembab. Beberapa zat seperti NaCl, NaBr, dan KCl dapat langsung dikempa, tetapi sebagian besar zat tidak dapat langsung dikempa.

 

Evaluasi Tablet

Evaluasi tablet yang dilakukan adalah  uji keseragaman sediaan, uji kekerasan tablet, uji keregasan tablet, uji waktu hancur, uji disolusi, uji penetapan kadar zat berkhasiat. Evaluasi ini diterapkan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas atau mutu dari tablet yang telah jadi

 

 Alur Produksi Tablet

Alur produksi tablet diawali dengan penimbangan bahan baku.  Tablet yang diproduksi dengan menggunakan metode granulasi basah, dibuat mucilago terlebih dahulu (gelatin, CMC) sebagai pengikat. Bahan-bahan yang termasuk fase dalam dicampur di mesin pencampur (mixer) dengan menambahkan mucilago sedikit demi sedikit, kemudian dikeringkan di oven (untuk granulasi basah). Bahan yang sudah dikeringkan digranulasi dengan granulator. Granul yang didapat selanjutnya ditimbang dan dilanjutkan dengan penambahan fase luar sesuai dengan bobot granul yang didapatkan. Granul yang diperoleh dilakukan pemeriksaan meliputi pemeriksaan kadar air dan kadar zat aktif, jika hasil pemeriksaan memenuhi persyaratan, granul dicetak menjadi produk ruahan. Tablet yang dihasilkan diuji kekerasan tablet, kerapuhan (abrasi), bobot rata-rata, disolusi, waktu hancur dan kadar zat aktif pada waktu-waktu tertentu. Untuk tablet salut, proses pembuatan dilanjutkan dengan penyalutan tablet menggunakan mesin penyalut. Tablet yang dihasilkan dikemas dengan kemasan primer berupa kemasan strip atau dalam botol, kemudian dikemas sekunder dan dilakukan pemeriksaan kemasan. Setelah proses produksi selesai, dibuat berita acara pembuatan tablet. Produk yang sudah dikemas dan memenuhi syarat dapat dikirim ke unit gudang obat jadi. Alur kegiatan produksi tablet dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


KESIMPULAN

Tablet merupakan sediaan oral yang paling umum dan sering digunakan diantara bentuk sediian oral lain . Hal ini disebabkan karena tablet merupakan bentuk sediaan yang nyaman digunakan dalam hal pengobatan sendiri, kemudahan pembeian, ketepatan dosis yang lebih akurat, penghindaraan rasa sakit, fleksibilitas dan relative lebih efisien dalam proses pembuataannya sehingga dapat meminimalkan harga jual. Namun ketidaksempurnaan fisik tablet (Visual Defect) selama proses pembuatan,penyimpangan atau pendistribusian seringkali ditemui, dan dapat mengurangi nilai penerimaan oleh pengguna dan keefektifan produk. Oleh karena itu dalam ulasan ini telah dibahas kemungkinan masalah umum yang sering terjadi dalam proses pembuatan tablet, penyebab, dan tindakan untuk mengatasi visual deect tersebut sehingga dapat meminimalkan dan mencegah penyebab masing masing visual defect.

  

DAFTAR PUSTAKA


Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, 255-271, 607-608, 700, Jakarta, UI Press.

Chaerunisaa, A. Y., Surahman, E., dan Soeryati, S.2009. Farmasetika Dasar, Konsep Teoritis dan Aplikasi Pembuatan Obat. Bandung: Widya Padjadjaran

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Edisi kedua, Airlangga University Press, Surabaya.

Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., 2010, Teknologi Farmasi Sediaan Tablet DasarDasar   Praktis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.