Laman

Jumat, 09 Oktober 2020

BAHAYA BAHAN KIMIA DALAM MAKANAN

 

BAHAYA BAHAN KIMIA DALAM MAKANAN

Oleh : Umi Nurul Solikhah ( @R09-Umi )

  

ABSTRAK

            Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini, telah sering mengakibatkan terjadinya dampak berupa penurunan kesehatan konsumen. Banyaknya bahan tambahan pangan seperti formalin, boraks, metanil yellow dan rhodamin b tersedia secara komersil dengan harga yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan oleh para pedagang jajanan makanan dan minuman.

Keywords: formalin, boraks, metanil yellow, rhodamin b

 

PENDAHULUAN

            Keamanan pangan didefinisikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (UU RI no.7 Tahun 1996 Tentang Perlindungan Pangan). Pengawetan pangan dengan menambahkan zat kimia merupakan teknik yang relatif sederhana dan murah. Cara ini terutama bermanfaat bagi wilayah yang tidak mudah menyediakan sarana penyimpanan pada suhu rendah (refrigerasi). Sebaliknya, kekhawatiran akan keamanan zat kimia yang biasa digunakan dalam pengawetan pangan telah mendorong sejumlah Negara untuk membatasi atau melarang pengunaannya dalam pangan (WHO, 1991).

            Keamanan pangan bukan saja menghindarkan makanan dari kontaminasi mikrobiologi tetapi juga kontaminasi kimia, terutama pada penambahan bahan makanan tambahan yang secara di sengaja ditambahkan pada proses pengolahananya. Bahan tambahan makanan terlarang yang masih sering digunakan dalam makanan antara lain formalin, boraks, metanil yellow dan rhodamin b. Data Badan POM tahun 2010 menunjukkan adanya jajanan yang tidak memenuhi syarat dengan ditemukannya dari 2.984 sampel yang diuji, 45% diantaranya tidak memenuhi syarat karena mengandung BTP. BTP yang diperbolehkan seperti benzoat, sakarin, dan siklamat namun penggunaannya melebihi batas, serta ada yang tidak memenuhi uji cemaran mikroba karena mengandung Escherichia coli. (BPOM).

 

PERMASALAHAN

            Penggunaan bahan tambahan makanan yang terlarang masih dilakukan. Bahkan tampaknya akan semakin tinggi jika mengambil segmen pengusaha pangan jajanan. Produknya justru banyak sekali dikonsumsi oleh masyarakat luas, termasuk kalangan remaja dan anak-anak usia sekolah.

            Akhir-akhir ini beredar informasi di masyarakat dimana terjadi penyalahgunaan penggunaan zat aditif  terutama zat pengawet pada produk pangan yang sesungguhnya tidak sesuai dengan penggunaannya dan zat aditif tersebut dapat memicu terjadinya penyakit kanker.  Sebagai contoh yaitu penggunaan boraks dan formalin dalam makanan sehari-hari seperti baso, mie basah, ikan asin dan tahu.

PEMBAHASAN

Formalin, boraks, metanil yellow, dan rhodamin b akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya, tetapi keempat bahan itu tidak boleh dijadikan sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap menggunakan bahan ini dan tidak memperhitungkan bahayanya.

Beberapa Bahaya bahan kimia dalam makanan antara lain :

A.    Formalin

            Formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat dan organ-organ makhluk hidup, sebagai pembasmi hama, disinfektan dalam industri plastik dan busa serta untuk sterilisasi ruangan. Para pedagang nakal sengaja memilih formalin karena harganya yang lebih murah jika dibanding pengawet makanan yang diperbolehkan, seperti asam sorban atau natrium benzoat. Selain murah, formalin juga lebih irit, mudah digunakan karena berbentuk larutan serta mudah didapatkan di toko-toko kimia.

Ciri-ciri Makanan Mengandung Formalin yaitu Pada Ikan : berwarna putih bersih dan dagingnya kenyal, insang tidak berwarna merah segar melainkan merah tua, pada suhu 25° bisa tahan hingga beberapa hari, tidak ada bau amis khas ikan melainkan bau menyengat khas formalin, sebagai uji sederhana coba berikan ikan yang baru saja kita beli pada kucing. Bila kucing tidak mau memakan, itu pertanda ikan yang kita beli mengandung formalin atau bahan-bahan kimia lainnya.

B.     Boraks

            Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, pestisida, serta campuran pembersih. Bahan ini diketahui memiliki bahaya bagi kesehatan jika tertelan. Meski demikian, karena berbagai alasan, boraks sering ditambahkan ke dalam makanan. Boraks tidak jarang digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai makanan. Hal itu karena boraks dinilai dapat mengawetkan produk, serta dapat meningkatkan kerenyahan makanan. Padahal, boraks merupakan salah satu bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. alasan yang mendorong produsen pangan untuk menambahkan boraks dalam makanan. Di antaranya, boraks mudah diperoleh di pasaran, harganya relatif murah, dan membuat makanan tampak lebih menarik.

            Contoh Bahan Pangan Mengandung Boraks diantaranya : bakso, mie, kerupuk, dan beberapa jenis jajanan pasar. Ciri-ciri Makanan Mengandung Boraks, yaitu lebih tahan lama, dengan tekstur lebih kenyal dan lembut, makanan tidak rusak sampai 3 hari, bakso mengandung boraks bahkan bisa memantul jika dilempar ke lantai seperti bola bekel. efek berbahaya yang mungkin terjadi pada kita jika mengonsumsi makanan mengandung boraks yaitu : demam, muntah, mual, mata merah, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, diare, sesak napas, perdarahan dari hidung.

C.    Metanil Yellow

            Metanil yellow merupakan zat warna berbentuk serbuk, berwarna kuning kecoklatan, larut dalam air, agak larut dalam aseton. Metanil Yellow adalah pewarna asam monoazo, dengan rumus kimia C18H14N3O3SNa. Zat pewarna ini diseting untuk digunakan di industri tekstil, penyamakan kulit, kertas, sabun, kosmetik, dan lilin terutama untuk tujuan memberikan warna kuning cerah pada produknya.

            Contoh Bahan Pangan Mengandung Metanil Yellow antara lain : tahu, manisan mangga, atau agar-agar yang sering dijual untuk jajanan anak sekolah. Ciri-ciri Makanan Mengandung Metanil Yellow, yaitu warnanya kuning mencolok dan kecenderungan warnanya berpendar.; banyak memberikan titik-titik warna yang tidak merata dan terkadang warna terlihat tidak homogen (rata) seperti pada kerupuk; bila dikonsumsi rasanya sedikit lebih pahit. penggunaan Metanil Yellow dalam jangka panjang menyebabkan gangguan kesehatan pada fungsi hati, gangguan kandung kemih, bahkan kanker. Beberapa penyalahgunaan Rhodamin B dan Metanil Yellow pada pangan, antara lain pada kerupuk, terasi, gulali serta sirup berwarna merah. Inilah yang memicu terjadinya banyak penyakit baru pada tubuh kita seperti penyakit berbahaya seperti kanker.

D.    Rhodamin b

            Rhodamin B adalah salah satu zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri tekstil dan kertas . Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya pada makanan melalui Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamine dalam makanan masih terdapat di lapangan. Contohnya, pada kerupuk, sambak botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada sejumlah sampel makanan dan minuman.

Contoh Bahan Pangan Mengandung Rhodamin B diantaranya sambal botol, cabe merah giling, kerupuk, manisan, sosis, agar-agar, kembang gula atau arum manis, sirup, terasi dan lain-lain. Ciri-ciri Makanan Mengandung Rhodamin B, yaitu warna kelihatan cerah (berwarna-warni) sehingga tampak menarik, ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirup), muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya, baunya tidak alami sesuai makanannya. sifat berbahaya dari Rhodamin B seperti menyebabkan iritasi bila terkena mata, menyebabkan kulit iritasi dan kemerahan bila terkena kulit.


KESIMPULAN

            Kandungan zat aditif yang berbahaya terutama formalin, boraks, metanil yellow, dan rhodamin b masih dapat kita temukan disekitar kita. Penggunaan zat aditif sangat berbahaya bagi kesehatan karena dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan kematian. Kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kualitas pangan yang akan diolah untuk dikonsumsi juga mempengaruhi tingginya masalah kesehatan yang terjadi. Zat aditif bukan lagi hanya sekedar zat tambahan pangan, namun juga telah menjadi alat untuk meraup keuntungan yang besar dengan modal yang sedikit.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Pedoman Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman untuk Dewasa. Badan BPOM, Jakarta.

Anonim. 1989. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988, Tentang Bahan Tambahan Makanan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta

1 komentar:

  1. hallow , Judul yang diangkat penulis tentang BAHAYA BAHAN KIMIA DALAM MAKANAN sangat menarik , penulis sudah membuat dibeberapa awal paragraf menjorok,tapi ada beberapa paragraf selanjutnya yang tidak menjorok, dan setiap paragraf tidak perlu di spasi antarparagraf. Lalu teruntuk judul kata "dalam" sebaiknya tidak di tulis dalam huruf kapital ,pada judul artikel hanya perlu menggunakan huruf kapital disetiap katanya saja,namun ada beberapa kata khusus yang tidak perlu ditulis dengan huruf kapital dalam penulisan judul . selebih nya sudah bagus . Semangat

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.