Satria Hotma Hizkia
@N19-SATRIA
Penerapan Kimia Hijau
Kata Kunci : Kimia Hijau, Penerapan, Mengurangi.
1.
Pendahuluan
Green Chemistry atau
“kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada
awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental
Protection Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan
kebijaksanaan nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi.
Menurut United States Environmental
Protection Agency (2006). Menyebutkan bahwa aspek kimia berkelanjutan,
merupakan filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia yang menganjurkan
desain produk dan proses yang meminimalisasi penggunaan dan penciptaan
senyawa-senyawa berbahaya. Di koridor itu, kimia hijau dilatarelakangi oleh
masalah lingkungan mulai muncul sejak tahun 1940 an, seiring dengan
pesatnya pertumbuhan industri. Industri menghasilkan limbah yang menghancam
keasrian lingkuangan. Bahaya bahan kimia yang
dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan
iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
2.
Permasalahan
2.1 Bagaimana Aplikasi Kimia Hijau Secara Global ?
2.2 Bagaimana Aplikasi Kimia Hijau di Indonesia ?
3.
Pembahasan
3.1.
Penerapan Kimia Hijau Secara Global
- Lanza Tech, Inc
Memproduksi bahan bakar
dan bahan kimia dari pemanfaatan gas buang. LanzaTech telah bermitra dengan
sekitar 10 perusahaaan dalam lingkup Global Fortune 500 seperti Invista dan
Evonik untuk menggunakan teknologi tersebut.
- SOLTEX
Memproduksi minyak dan
pelumas sintetik, berhasil mengembangkan proses reaksi kimia baru yang
menghilangkan penggunaan air dan mengurangi bahan kimia berbahaya dalam
produksi aditif untuk pelumas dan bensin. Jika digunakan secara luas, teknologi
ini memiliki potensi untuk menghilangkan jutaan galon air limbah per tahun dan
mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya sampai 50 persen.
- Hybrid Coating Teknologi/Nanotech Industri Daly City
Pengembangan poliuretan
nabati untuk digunakan pada lantai, furniture dan pelapis/busa. Teknologi ini
dapat mensubstitusi penggunaan isosianat, yang dikenal menyebabkan gangguan
terhadap kulit dan organ pernapasan (termasuk memicu asma).
3.2.
Penerapan Kimia Hijau di Indonesia
- Bubuk
dari biji asam jawa (tamarind seed kernel powder) yang merupakan limbah produk
pertanian, dapat dijadikan zat yang efektif untuk menjernihkan air buangan
rumah tangga dan industri (Dhage, 2013). Bubuk biji asam jawa bersifat
non-toksik, mudah terurai secara alami, hemat biaya, dapat menggantikan garam
Al (alumunium) atau alum yang biasa digunakan untuk mengolah air limbah. Zat
alum ini terbukti meningkatkan jumlah ion berbahaya dalam air olahan itu dan
dapat menyebabkan penyakit seperti alzheimer (pikun/dementia). Hasil penelitian
membuktikan bahwa bubuk biji asam jawa cukup ekonomis sebagai flokulan yang
kinerjanya setara dengan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O (potash alum) yang biasa dipakai
pada penjernihan air.
- Ide
pemanfaatan membran dengan teknologi Nanofiltrasi (NF) dan reverse osmosis (RO),
penerapan 4 Rs (Reduce, Reuse, Recyle, Recharge), dan biopori dicoba disatukan
dalam pendekatan kolaborasi antar keahlian, yaitu: Teknik Lingkungan, Teknik
Industri, dan Biologi, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, dengan
menawarkan konsep Surabaya Underground Aqua Project (Nurdin dkk, 2015). Inti
gagasan ini adalah sebuah inovasi teknologi pengelolaan air berskala kota yang
menggunakan prinsip water recycle untuk menciptakan keberlanjutan lingkungan
sebagai salah satu prinsip pengelolaan air. Prinsip water recycle yaitu
pengelolaan air di dalam kota dilakukan dengan mengolah kembali campuran air
limbah
- Usaha
pencucian baju atau laundry juga sudah mengganti pelarut bahan kimia untuk dry
cleaning, dari Perchloroethylene (PERC) – Cl2C=CCl2 –, dengan CO2 cair dan
surfaktan (Dhage, 2013). PERC terbukti berbahaya bagi air tanah dan diduga
bersifat karsinogenik, seperti hampir semua pelarut yang mengandung halogen.
- CAT
RAMAH LINGKUNGAN
Senyawa organik yang mudah menguap atau
volatile organic compounds (VOC) biasa diidentifikasi sebagai bau sesuatu yang
baru dicat, bersifat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Sejak dulu ada
cat yang larut dalam air berbentuk bubuk, tetapi tidak mudah didapat. Perusahan
cat di Inggris berhasil membuat cat yang sedikit sekali atau tidak mengandung
VOC tetapi tetap menarik, misalnya cat yang berbasis pelarut dari tanaman yang
tidak berbau, mudah dibersihkan, dan berdaya tutup yang baik. Cat-cat yang
diiklankan di Indonesia juga sudah mulai memperhatikan keamanan terhadap
kesehatan dan lingkungan.
Referensi
Anhwar, Muslih. 2015.
Kimia Hijau
.
Azhwin, Farhan. 2017.
Konsep Green Chemistry Yang Elusif.
Hidayat, Atep Afia. Muhammad Kholil. 2018. Kimia dan
Pengetahuan Lingkungan Industri. Yogyakarta: Wahana Resolusi.
Mustafa, Dina. 2016. Kimia
Hijau dan Pembangunan Kesehatan yang Berkelanjutan di Perkotaan.
Mustafa, Dina. 2017.
Perananan Kimia Hijau (GREEN CHEMISTRY) Dalam Mendukung Tercapainya Kota Cerdas
(SMART CITY) Suatu Tinjauan Pustaka.
Tika, I Nyoman. 2019.
Mengenal dari Dekat Hijau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.