Disusun oleh: @N11-Adetha
Abstrak
Green Chemistry atau “kimia hijau”
merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-an,
green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection
Agency (EPA) mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan
nasional untuk mencegah atau mengurangi polusi. Green chemistry merupakan
pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari segi bahan kimia
yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini
menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan
pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses.
Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai
ancaman terhadap kesehatan manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya
fisik, perubahan iklim global, dan penipisan sumber daya alam.
Kata Kunci: Kimia hijau, aspek yang mendukung kota cerdas
I. Pendahuluan
Kota Cerdas/Smart City, adalah perkotaan masa depan,
yang dikembangkan agar memiliki lingkungan yang aman, terjamin, hijau serta
efisien. Semua sistem dan strukturnya – baik sumberdaya listrik dan gas, air,
transportasi dan sebagainya dirancang, dibangun, dan dikelola dengan
memanfaatkan kemajuan di bidang materi terintegrasi, sensor, elektronik, dan
jejaring yang dihubungkan dengan sistem komputer untuk database, pelacakan, dan
algoritma untuk pengambilan keputusan. Konsep kota cerdas diperkenalkan untuk
mengusahakan tersedianya kehidupan perkotaan yang baik bagi penduduknya melalui
pengelolaan optimal berbagai sumberdaya yang diperlukan. Konsep kota cerdas
merupakan proses kegiatan yang dilakukan untuk membuat perkotaan menjadi nyaman
untuk kehidupan penduduknya dan siap menghadapi berbagai tantangan yang mungkin
muncul.
II.
Permasalahan
1. Apa itu kimia hijau?
2. Dalam bidang apa saja yang perlu ditingkatkan
untuk mewujudkan kota cerdas?
III.
Pembahasan
Kimia Hijau adalah filsafat penelitian dan rekayasa/teknik kimia
yang menganjurkan desain produk dan proses yang meminimasi penggunaan dan
penciptaan senyawa-senyawa berbahaya.
Definisi aspek pengelolaan kota cerdas adalah
terdiri dari sistem pengelolaan air, infrastruktur, transportasi, energi,
pengelolaan limbah, dan konsumsi bahan mentah. Dengan demikian Ilmu dan
teknologi Kimia, melalui pendekatan kimia hijau dapat membuat aspek-aspek ini
dikembangkan dan dikelola dengan lebih berkelanjutan, yaitu dengan menerapkan
efisiensi energi dan anggaran yang lebih efektif dan pemanfaatan materi yang
ramah lingkungan. Selanjutnya membahas peranan
Ilmu dan Teknologi Kimia Hijau pada-pada masing-masing aspek yang membangun
kota cerdas, yaitu:
Sistem
Pengelolaan Air
Di sebagian kota-kota besar di Indonesia,
pengelolaan air bersih, badan air, serta air limbah masih belum sempurna.
Banyak penduduk kota yang tidak punya akses kepada air bersih dan sistem
sanitasi standar yang sehat. Sebenarnya Indonesia berkelimpahan air, namun
sayangnya pengelolaan air masih belum sistematis. Terbatasnya akses kepada air
bersih karena tidak sistematisnya tata kelola daerah aliran sungai/DAS dan
pencemaran badan air air oleh kegiatan pertambangan, antara lain emas, yang
menimbulkan pencemaran logam berat merkuri, dan oleh kegiatan industri yang
membuang air limbah ke badan air tanpa menghilangkan zat polutan yang
terkandung dalam air limbah berbagai industri itu. Masyarakat yang bermukim di
pinggiran sungai juga membuang limbah rumah tangga mereka ke badan air (sungai
atau air tanah). Selain mengatasi perolehan air bersih dengan menerapkan
teknologi membran untuk NF dan RO, sebaiknya diusahakan untuk penerapan 4 Rs
untuk mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce),
penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse),
mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air
tanah (recharge).
Infrastruktur
Setelah penerapan Kimia Hijau dalam sistem
pengelolaan air, akan diuraikan mengenai penerapan pada perolehan materi untuk
infrastruktur Dalam pengembangan infrastruktur industri konstruksi dan
pelapisan/pengecatan telah maju pesat beberapa tahun belakangan ini.
Pemanfaatan energi dalam bangunan secara global menyumbang hampir 40% konsumsi
energi dan memunculkan emisi karbon dioksida sebanyak 36% dari total emisi
karbondioksida yang terkait dengan konsumsi energi menurut Intergovernmental
Panel on Climate Change. Solusi itu, antara lain, dengan pemanfaatan adalah:
a. cat
pelapis interior yang mempunyai daya pantul tinggi (High Reflectance Indoor
Coatings): memantulkan cahaya lebih baik dari cat normal dan memaksimalkan
rasa ruang yang lebih luas dan cahaya yang lebih terang, sehingga mengurangi
biaya pencahayaan buatan
b. cat pelapis eksterior yang memiliki daya pantul
tinggi dan tahan terhadap cuaca (High Reflectance and Durable Outdoor
Coatings), yang bila diterapkan pada atap dan dinding akan memantulkan
radiasi sinar matahari sehingga mengurangi suhu atap dan dinding, yang
selanjutnya menyebabkan penghematan energi yang signifikan untuk pendinginan
ruang
c. busa
pelapis untuk isolasi yang berkinerja tinggi dan panel isolasi vakum, untuk
mengatasi cuaca dingin, yang bila diadopsi dapat mengurangi biaya energi
pemanasan dari 30% sampai 80% saat musim dingin
d. phase change materials (PCM), yaitu
materials yang memungkinkan dinding dan langit-langit bangunan menyerap dan
menyimpan panas berlebih di siang hari dan membuangnya di malam hari, sehingga
memoderasi suhu bangunan agar lebih menyenangkan dan nyaman sepanjang hari.
Industri
kimia juga berhasil merekayasa bahan-bahan bangunan hasil olahan bahan alam dan
bahan daur ulang yang lebih ringan dan ramah lingkungan daripada beton, antara
lain:
a. timbercrete,
dibentuk dari pemadatan campuran bubuk gergaji dan semen, ringan sehingga
proses transportasi lebih murah, dan mengurangi sampah bubuk gergaji;
b. ashcrete, berasal dari abuterbang yang
merupakan produk sampingan hasil pembakaran batubara;
c. ferrock, merupakan hasil riset daur ulang
barang-barang bekas seperti debu baja dari industri baja, yang mempu menyerap
dan menahan gas CO2;
d. plastik
daur ulang, yaitu bahan bangunan yang di dalamnya mengandung plastik daur
ulang dan sampah, yang berdampak pada berkurangnya emisi gas rumah kaca dan
pengurangan sampah; dan
e. hempcrete, yaitu beton yang terbuat dari
serta tanaman hemp, yang mudah tumbuh cepat di alam, yang dicampur kapur dan
semen untuk membentuk bahan mirip beton yang kuat namun ringan, sehingga mudah
diangkut
Transportasi
Pengembangan kota cerdas melibatkan peningkatan
persentase penggunaan angkutan umum untuk tujuan efisiensi energi yang lebih
besar, norma keselamatan yang lebih tinggi dan emisi gas buang yang lebih
rendah, juga, sangat diharapkan untuk mengurangi berat kendaraan angkutan umum.
Alat transport yang ramah lingkungan
antara lain sepeda biasa dan sepeda listrik, mobil listrik, dan mobil hibrida.
Saat ini, berbagai macam polimer komposit tersedia untuk bahan karoseri dan
interior kendaraan umum yang lebih ringan. Teknik pembobotan ringan menggunakan
busa kepadatan rendah yang tahan terhadap berbagai jenis cuaca, fluktuasi suhu,
variasi tingkat kelembaban.
Energi
Ada beberapa cara yang didukung oleh Ilmu Kimia
untuk mengurangi konsumsi energi di kota cerdas. Karena adanya advokasi untuk
memanfaatkan bahan bangunan hemat energi maka pemanfaatan materi poliuretan
sebagai insulasi yang sangat baik digunakan dalam produksi panel prefabrikasi
untuk industri konstruksi, untuk dinding pendingin pada gudang atau box
kendaraan pembawa materi yang harus beku/dingin, dan pembentuk kayu imitasi. Selanjutnya
ada cara untuk penghematan energi yang dapat dilakukan, yaitu dengan menerapkan
golongan materi yang berperan sebagai cairan pemindah panas, menerapkan teknologi khusus untuk mencapai
kombinasi optimal antara stabilitas, efisiensi dan ekonomi. Materi ini merupakan
campuran beberapa materi, misalnya cairan Dowtherm G, yang dibuat oleh Dow
Chemical Company, tersusun dari semyawa di dan tri aril, yang secara luas
digunakan oleh pengusaha ritel penyimpanan dingin di seluruh dunia.
Pengelolaan
Limbah
Industri kimia dapat menawarkan solusi yang kredibel
untuk masalah pengolahan limbah pada kota cerdas. Pabrik pengolahan limbah
dapat dibangun, yaitu yang dapat menggunakan perlakuan tersier lanjutan melalui
teknologi ultrafiltrasi dan reverse osmosis, dapat beroperasi sepanjang waktu
untuk menggunakan kembali air limbah dan menghemat sejumlah besar air setiap
hari. Selain pengelolaan limbah cair,
konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi, yang
termasuk pada pengelolaan limbah pada rumah tangga. Ilmu dan teknologi Kimia
berhasil menciptakan bahan fiberglass untuk septik tank dan penyaring
biologis, serta cairan desinfektan yang ramah lingkungan.Kesemuanya ini
diterapkan pada septik tank dengan penyaring biologis (biological filter
septic tank), yang dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari
lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan
sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi,
pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus. Untuk
pengelolaan limbah padat juga dapat diterapkan pemisahan limbah (waste
segregation), yaitu dengan penyediaan empat kantong pembuangan sampah untuk
jenis limbah organik, kaca atau keramik, kertas dan plastik yang akan
mempermudah pengumpul limbah untuk mentransfer sampah ke tempat daur ulang. Ada
pula ide membuat lokasi pembuangan sampah menjadi pembangkit energi listrik dan
gas dengan system hybrid yang mengintegrasikan beberapa pembangkit
seperti turbin angin, sel surya dan energi yang berasal dari gas metana yang
dihasilkan dari sampah.
Konsumsi
Bahan Mentah
Kota pintar adalah konsumen besar dari banyak bahan
baku. Masyarakat modern bergantung pada berbagai bahan baku, termasuk hasil
industri mineral dan logam yang digunakan dalam aplikasi teknologi tinggi yang
mendukung gaya hidup dan infrastruktur. Tapi banyak dari bahan baku ini tidak
mudah didapat atau harus melalui proses yang rumit, membutuhkan banyak energi
dan kadang-kadang menghasilkan limbah yang berbahaya saat proses produksi atau
proses eliminasinya. Empat strategi solusi berkelanjutan dapat berkontribusi
untuk meningkatkan keamanan pasokan untuk bahan baku ini di masa depan.
Kegiatan ini secara kolektif dikenal sebagai '4Rs' yaitu: reduce/kurangi
– kurangi penggunaan bahan untuk menghasilkan efek produk yang sama; reuse/gunakan
kembali – memulihkan material untuk menghasilkan efek yang sama berulang kali, recycle/daur
ulang untuk memulihkan material untuk diproses kembali tanpa kehilangan
nilainya, replace/ganti-ganti dengan material, proses, teknologi atau
model bisnis yang memberikan efek yang sama atau lebih baik. Setiap solusi baru
juga harus mengurangi dampak lingkungan secara keseluruhan dan aman bagi
pengguna dan konsumen. Semua solusi ini memerlukan kimia yang berkelanjutan
untuk mencapainya dan akan berkontribusi pada kepastian pasokan bahan baku pada
jangka menengah hingga jangka panjang
IV. Kesimpulan
Agar ramah lingkungan,
kompetitif secara ekonomi dan tetap menarik untuk ditinggali, kota cerdas perlu
mengurangi total konsumsi energi, meningkatkan penggunaan energi terbarukan,
menyesuaikan infrastruktur fisik dan komunikasi, menemukan solusi untuk masalah
mobilitas dalam kota - khususnya mobilitas pribadi - dan memperbaiki kondisi
pendidikan dan kerja. Seperti yang sudah
tertera diatas di berbagai bidang terdapat inovasi yang mengarah pada kimia
hijau.
Daftar Pustaka
Hidayat, A A., Kholil Muhammad. 2018. Kimia
dan Pengetahuan Lingkaran Industri. Yogyakarta: Penerbit Wahana
Resolusi
Andang, I. S. 2011. Tantangan pengelolaan air di kota
(Dimuat di majalah Warta Konsumen).
Anonimous 2017. Elastomer. http://www.wisegeek.
com/what-are-elastomers
Prihadi, S. D. 2016. Mencari standar definisi smart city.
Barus, H. 2017. Pemerintah dorong penerapan konsep smart
city. Diunduh dari http://www.industry.co.id/read/8809/pemerintah-dorong-penerapan-konsep-smart-city
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.