Laman

Minggu, 08 September 2019

PENGARUH BAHAN KIMIA TERHADAP PENGGUNAAN PESTISIDA DALAM SEKTOR PERTANIAN


Oleh : Firsta Fauzyah
(@P23-FIRSTA, @PROYEKP01)


ABSTRAK
Penggunaan Pestisida adalah bahan kimia yang sering kali dipakai guna mengendalikan hama.  Tanpa mengaplikasikan pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida banyak digunakan karena mempunyai banyak kelebihan, salah satunya yaitu dapat digunakan dengan mudah dan hasilnya dapat dirasakan dalam waktu yang relatif singkat. Namun, sering kali para pengguna pestisida menyalahi aturan seperti melebihi dosis takaran dan mencampur beberapa jenis pestisida dengan alasan untuk meningkatkan daya racun pada hama tanaman sehingga dapat menekan perkembangbiakkan hama untuk tumbuh. Di samping itu, penggunaan pestisida yang melebihi dosis mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan terutama pencemaran pada tanah. Untuk itu perlu  adanya usaha usaha dalam penanggulangan pencemaran akibat penggunaan pestisida tersebut. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan sehingga dapat menekan pencemaran pada lingkungan.
KATA KUNCI : pestisida, bahan kimia, hama, pencemaran lingkungan.
           
I. PENDAHULUAN
Pada awalnya manusia membunuh hama secara  sederhana yakni dengan cara fisik dan mekanik. Namun dengan semakin berkembangnya serta bertambah luas daerah pertanian dan pertambahan penduduk khususnya di Indonesia metode metode   sederhana tersebut tidak mampu mengurangi peningkatan populasi dan keganasan hama. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi di bidang Industri, kemudian dikembangkannya metode metode pengendalian hama yang lebih mudah dilakukan. Konsep pengendalian hama yang sebelumnya  banyak berdasar pada pengetahuan biologi dan ekologi semakin ditinggalkan dan di ubah sehingga menjadi  konsep pengendalian hama dengan menggunakan pestisida. Hal itu, disebabkan karena pada percobaan awal pestisida menunjukkan hasil yang mengagumkan dalam efektifitas dan efisiensinya. Pestisida ternyata sangat efektif serta mudah dilakukan dan mendatangkan keuntungan ekonomi yang besar di Bidang sektor pertanian. Tak heran penggunaan pestisida pertanian diseluruh Indonesia bahkan dunia semakin tinggi dan industri pestisida berkembang sangat pesat.  Sehingga menjadikan  industri pestisida merupakan industri yang sangat besar dari segi ekonomi di Indonesia bahkan di dunia sekalipun. Oleh karena itu, timbul kesan dan pandangan seakan-akan bahwa keberhasilan pembangunan pertanian tidak dapat dilepaskan dari jasa pestisida. Semakin banyak pestisida yang digunakan semakin baik pula produksi pertanian. Disamping segala keberhasilannya manusia semakin merasakan dampak negatif pestisida yang semakin memprihatinkan rasa kemanusiaan. Bukan hanya manusia melainkan banyak korban pestisida baik binatang berharga, serta ternak. Penggunaan pestisida pada makanan dan lingkungan semakin menakutkan karena dapat menimbulkan penyakit penyakit berbahaya.

II. PERMASALAHAN
1.      Apa yang menyebabkan pestisida berbahaya?
2.      Apa sajakah Bahan kimia yang terkandung dalam pestisida?
3.      Bagaimana cara kerja bahan pestisida tersebut dapat membahayakan manusia serta lingkungan?

III. PEMBAHASAN
Terdapat banyak dampak negatif dari penggunaan pestisida, dampak negatif tersebut diantaranya kasus keracunan pada manusia, ternak, polusi lingkungan dan resistensi hama. Data yang dikumpulkan WHO menunjukkan 500.000-1.000.000 orang per tahun di seluruh dunia telah mengalami keracunan pestisida dan sekitar 500-1000 orang per tahun diantaranya mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat, dan kemandulan. Penggunaan pestisida yang tidak terkendali akan menimbulkan bermacam-macam masalah kesehatan dan pencemaran lingkungan. Penggunaan pestisida yang dipengaruhi oleh daya racun, volume dan tingkat pemajanan secara signifikan mempengaruhi dampak kesehatan. Semakin tinggi daya racun pestisida yang digunakan semakin banyak tanda gejala keracunan yang akan dialami (Yuantari, 2009).
Tabel.1. beberapa contoh bahan kimia beracun (Utomo, 2012)

Organoklorin Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas relatif rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Racun ini bersifat mengganggu susunan syaraf dan larut dalam lemak. Contoh insektisida ini pada tahun 1874 ditemukan DDT (Dikloro Difenil Tri Kloroetana) oleh Zeidler seorang sarjana kimia dari Jerman. Pada tahun 1973 diketahui bahwa DDT ini ternyata sangat membahayakan bagi kehidupan maupun lingkungan, karena meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan. DDT sangat stabil baik di air, di tanah, dalam jaringan tanaman dan hewan. DDT merupakan racun non sistemik, racun kontak dan racun perut serta sangat persisten di lingkungan. LD50 terhadap tikus 113-118, mencit 150-300, kelinci 300, anjing 500-700, dan kambing > 1000 mg/kg berat badan sedangkan NOEL 35 mg/orang/hari (sekitar 0,5 mg/kg berat badan). Karena sifatnya yang lipofilik, DDT dan senyawa hasil pecahannya cenderung terakumulasi lewat rantai makanan dalam lemak tubuh dan lingkungan.
Pada aplikasinya organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh jaringan tanaman tetapi hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan insektisida kontak. Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak, insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditranformasikan ke bagian tubuh serangga tempat insektisida aktif bekerja (susunan saraf). Racun lambung atau racun perut adalah insektisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk kedalam organ pencernaannya. Racun inhalasi merupakan insektisida yang bekerja lewat sistem pernapasan.Racun pernapasan adalah insektisida yang mematikan serangga karena mengganggu kerja organ pernapasan (misalnya menghentikan kerja otot yang mengatur pernapasan)sehingga serangga mati akibat tidak bisa bernapas.(Panut 2008)
Organofosfat. insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Pestisida ini umumnya merupakan racun pembasmi serangga yang paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan mamalia. Pestisida ini mempunyai efek, memblokade penyaluran impuls syaraf dengan cara mengikat enzim asetilkolinesterase. Keracunan kronis pestisida golongan organofosfat berpotensi karsinogenik (Riani, 2007).

IV. KESIMPULAN
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas produk. Hal tersebut menyebabkan keseimbangan ekologis yang tidak sempurna
( populasi hama tinggi, musuh alami semakin punah ). Pestisida tidak saja membawa dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Pengarahan dan penggunaan yang lebih tepat kepada para penggunaan dalam hal pemberian dosis, waktu aplikasi, cara kerja yang aman, akan mengurangi ketidakefisienan penggunaan pestisida pada lingkungan dan mengurangi sekecil mungkin pencemaran yang terjadi. (Arif, 2017)

 DAFTAR PUSTAKA
Yuantari, Catur, MG. 2009. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida Dan Dampaknya Pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Telah Diujikan Pada Sidang Tugas Akhir Universitas Diponegoro, Semarang. (Akses 04 September 2019)

Utomo, suratmin. 2012. Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Dan Keberadaanya Di Dalam Limbah, Jakarta. (Akses 04 September 2019)

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida & Aplikasinya; Penerbit Pt.Agromedia Pustaka, Jakarta. (Akses 04 September 2019)

Raini, Mariana. 2007. TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN PENANGANAN Akibat KERACUNAN PESTISIDA. (Akses 04 September 2019)

Arif, Adiba. 2017. Pengaruh Bahan Kimia Terhadap Penggunaan Pestisida Lingkungan, Makassar. (Akses 04 September 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.