Laman

Sabtu, 31 Agustus 2019

ANALISIS PENGGUNAAN ENERGI SURYA SEBAGAI SALAH SATU GREEN TECHNOLOGY SOLUSI SUPPLY LISTRIK DITENGAH CADANGAN ENERGI FOSSIL YANG MENIPIS

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang dilalui garis khatulistiwa, dimana matahari bersinar 365hari dalam setahun. Energi matahari yang melimpah ini bisa dimanfaatkan sebagai supply listrik nasional. Karena energi matahari merupakan energi terbarukan yang murah, mudah dan ramah lingkungan atau yang disebut dengan green technology. Dalam proses konversi energi matahari menjadi energi listrik tidak menghasilkan polutan yang mencemari lingkungan sebanyak polutan yang dihasilkan pada proses konversi bahan bakar fossil (batu bara, minyak bumi dll) menjadi energi listrik. Sehingga energi matahari adalah energi yang menjanjikan dimasa depan karena ramah terhadap bumi yang kita tinggali. Namun masalahnya mengapa energi matahari tidak sepopuler energi fossil dalam pemanfaatannya sebagai supply listrik? Padahal ketersediaan energi fossil sangat terbatas. Disini diberikan penjelelasan alasan-alasan penguat untuk beralih dari energi fossil ke energi surya sebagai solusi dalam menjaga bumi tetap hijau.

Kata kunci: Energi matahari, green technology, listrik

PENDAHULUAN
            Menurut sumbernya, ada dua jenis sumber energi di muka bumi ini, yaitu sumber energi terbarukan yang merupakan sumber energi yang dapat pulih secara alami, jika kita dapat mengelolanya dengan baik sumber energi ini tidak akan habis dan sumber energi tidak terbarukan yang diperoleh dari sumber daya alam yang waktu pembentukannya hingga jutaan tahun. Contoh sumber energi terbarukan meliputi energi matahari, angin, panas bumi, biomassa, gas alam, air dan pasang surut, sementara contoh sumber energi tidak terbarukan meliputi energi yang berasal dari fossil, mineral alam, dan lain sebagainya.
            Di Indonesia, sumber energi ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik sebagai energi yang dapat dikonversikan menjadi energi cahaya untuk penerangan rumah, energi panas untuk memasak air dan nasi, energi bunyi, dan masih banyak lagi. Sehingga dibangunlah berbagai macam pembangkit listrik untuk supply listrik nasional. Pada umumnya pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar fossil yakni batu bara yang adalah salah satu sumber energi yang tidak terbarukan. Menurut kementrian ESDM, cadangan batu bara nasional mencapai 39.83 miliar ton dan cadangan yang cukup besar ini hanya akan bertahan hingga 80 tahun ke depan, sementara jika cadangan sudah habis, pembentukan batu bara itu sendiri akan memakan waktu jutaan tahun lagi. Selain itu, penggunaan bahan bakar fossil pada industri pembangkit listrik tidak ramah lingkungan karena prosesnya yang menghasilkan polutan. Maka sudah seharusnya Indonesia beralih ke sumber energi terbarukan yaitu energi matahari untuk supply listrik nasional.

PERMASALAHAN
            Teknologi membantu manusia dalam memberi kenyamanan dan membantu mempercepat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kemajuan teknologi ini juga membawa dampak negatif karena konsumsi energi yang tidak sedikit contohnya penggunaan pendingin ruangan (AC), komputer, lift, lampu, televisi hingga handphone. Semua teknologi ini membutuhkan sumber energi yang diperoleh dari listrik. Pembangkit listrik harus disediakan sebagai penunjang agar teknologi tersebut tetap bisa digunakan masyarakat. Namun sebagaimana yang telah kita ketahui, sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia masih mengandalkan bahan bakar fossil. Selain karena persediaan bahan bakar fossil yang semakin menipis, penggunaan energi fossil sebagai pembangkit listrik menuai polemik akibat isu lingkungan. karena tidak bisa dipungkiri, bahan bakar fossil memiliki emisi yang tinggi selama proses pengkonversiannya menjadi energi listrik. Dimana menurut walhi, Emisi dari PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang berbahan bakar batu bara menyumbang 20%-30% polusi udara Jakarta. Selain itu, pengerukan energi fossil dari perut bumi yang terus menerus akan mengancam kerusakan permanen pada bumi itu sendiri.
            Menurut Manan, 2009 selain mengembangkan sumber energi yang terbarukan, salah satu tujuan kebijakan energi nasional adalah pelestarian lingkungan yang mana pengembangan sumber energi secara efisien da bijaksana dengan memperhatikan dampak negatif dan meningkatkan ampak positif terhadap lingkungan pada pengadaan dan pemanfaatan energi. Teknologi hijau adalah jawaban yang sesuai dengan semangat kebijakan energi nasional. Menurut catatan Soemarno, 2011 (dalam Hidyat & Kholil 2018) Teknologi hijau merupakan teknik untuk menghasilkan energi dan atau produk yang prosesnya tidak mencemari lingkungan. Teknologi hijau dibidang energi adalah pemanfaatan matahari sebagai sumber pembangkit listrik yang mana proses konversi dari energi matahari menjadi energi listrik tidak menghasilkan polutan seperti pada energi fossil.



PEMBAHASAN
            Indonesia yang memiliki luas daratan hampir 2 juta km2 disinari oleh matahari sepanjang tahun. Permukaan bumi menerima 1000 watt energi matahari per meter persegi, jadi total energi matahari yang diterima daratan indonesia adalah (2x106) x (1x103)= 2 miliar watt. Kurang dari 30 % energi tersebut dipantulkan kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23 % digunakan untuk seluruh sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25 % ditampung angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil 0,025 % disimpan melalui proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan. Jadi 47% dari 2 miliar adalah 940 juta watt yang merupkan potensi energi matahari yang siap dikonversi menjadi energi listrik.
            Teknik pemanfaatan energi surya ditemukan oleh A.C. Bacquerel pada tahun 1839 dengan mengkonversikan radiasi matahari dengan menggunakan kristal silikon. Pada perkembangannya hingga saat ini pemanfaatan energi surya menggunakan solar cell system sebagai alat mengkonversikan energi surya menjadi energi listrik.

Gambar 1.1 Solar cell (sumber, Yandri, 2012)
Menurut  Hasan, 2012 energi surya memiliki keunggulan dibandingkan dengan energi fossil diantaranya:
1.      Sumber energi mudah didapatkan
2.      Ramah lingkungan
3.      Sesuai untuk berbagai macam kondisi geografis
4.      Instalasi, pengoperasian dan perawatan mudah
5.      Listrik dari energi surya dapt disimpan dalam baterai
Di indonesia pemanfaatan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) hanya untuk wilayah pedesaan yang sulit dijangkau oleh instalasi listrik, artinya penggunaan energi surya hanya optional. Untuk supply nasional termasuk supply industri, PLTS memiliki tantagan besar karena membutuhkan area instalasi yang luas. Namun tantangan ini bisa dijawab salah satunya dengan instalasi solar cell system pada tiap rumah masing-masing baik diperkotaan maupun di pedesaan baik yang sudah bisa dijangkau instalasi listrik maupun yang belum sehingga menghilangkan ketergantungan listrik fossil dan membantu mengurangi polusi dunia akibat pemanfaatan energi fossil serta mendorong kebijakan energi nasional dalam pengembangan sumber energi terbarukan. Namun belum banyak masyarakat yang sadar akan isu lingkungan dan potensi penghematan terbesar yang mereka rasakan jika beralih ke solar cell system. Jadi masyarakat harus dikenalkan kepada teknologi hijau yaitu energi surya itu sendiri.
            Pengalaman dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam Widodo, et al 2010, penerapan pembangkit listrik tenaga surya dapat dilaksanakan secara bertahap. Tahapan ini meliputi beberapa aspek yang meliputi aspek pengenalan sampai pada tahap penyebarluasan.
-          Tahapan Pertama adalah tahap demonstrasi yaitu tahapan untuk mendapatkan model sistem tenaga surya, investigasi keandalan sistem, mendapatkan kemampuan ekonomis, meningkatkan kemampuan peneliti serta investigasi dampak sosial dari proyek listrik tenaga surya.
-          Tahapan berikutnya adalah demonstrasi ganda tujuan. Tahapan ini adalah untuk mempelajari kendala dan masalah yang terjadi di lapangan, pengaturan distrubusi sistem serta pengaturan-pengaturan setelah purna jual. Masih perlu pendekatan, berbagai penyuluhan baik teknis maupun non teknis mengingat kondisi sifat masarakat yang majemuk.
-          Tahapan penyebarluasan, tujuan dari tahapan ini adalah menyebarluaskan penerapan PLTS yang secara teknis, ekonomis dan sosial bisa diterima oleh masyarakat.
Konversi energi surya menjadi energi listrik menggunakan teknologi photovoltaic (PV) yang terbuat dari bahan semi konduktor yag disebut dengan solar cell. Bahan semi konduktor yang terdiri atas elektron-proton jika digerakkan oleh energi dari luar akan melepaskan elektron sehingga menimbulkan arus listrik. Solar cell mampu menyerap cahaya matahari yang mengandung gelombang elektromagnetik atau energi foton dimana energi foton ini  menghasilkan energi kinetik yang mampu melepaskan elektron-elektron ke pita konduksi sehingga menimbulkan arus listrik. Energi kinetik akan semakin besar seiring dengan meningkatnya intensitas cahaya dari matahari terlebih disiang hari yang terik.
Menurut Hasan, 2012 Perancangan Teknologi PV dan instalasinya adalah sebagai berikut:
1.      Mencari total beban pemakaian per hari. Rumus yang digunakan yaitu:
Beban pemakaian (Wh)= Daya x Lama pemakaian
2.      Menentukan ukuran kapasitas modul surya yang sesuai dengan beban pemakaian. Rumus yang digunakan yaitu: Kapasitas=total beban pemakaian harian/isolasi surya harian
Isolasi surya harian adalah ketersediaan energi surya rata-rata Indonesia sekitar 4.8kWh/m2
3.      Menentukan kapasitas baterai/aki. Rumus yang digunakan adalah:
Kapasitas baterai (Ah)=Total kebutuhan energi harian/Tegangan sistem
Teknologi PV dirancang untuk memudahkan dalam instalasi dan maintenance, sehingga instalasi teknologi ini tidak membutuhkan waktu lama atau hanya sehari. Hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi adalah lokasi pemasangan harus terletak di lapangan terbuka yang tidak terhalangi oleh pohon raksasa atau bangunan tinggi. Posisi instalasi diharapkan miring menghadap ke utara disebabkan karena letak Indonesia di sebelah selatan bumi.
Contoh:
Instalasi pembangkit listrik dengan tenaga surya untuk penerangan, TV 21”, dan komputer membutuhkan perencanaan:
a. Pemakaian daya
- Penerangan rumah : 20 lampu CFL @ 15 Watt x 4 jam sehari = 1.200 Wh
- Televisi 21" : @ 100 W x 5 jam sehari = 500 Wh
- Komputer : @ 150 W x 6 jam = 900 Wh

Total kebutuhan daya = 2.600 Watt hour
b. Jumlah panel surya yang dibutuhkan, satu panel kita hitung 100 W.

- Kebutuhan panel surya : (2.600/100 x 5) = 6 panel surya. harga 1 panel surya 100 W adalah Rp.950.000 sehingga dibutuhkan investasi awal sebesar Rp.5.700.000,-

c. Jumlah kebutuhan baterai 12 Volt dengan masing-masing 100 Ah:

- Kebutuhan baterai minimum (baterai hanya digunakan 50% untuk pemenuhan kebutuhan listrik), dengan demikian kebutuhan daya kita kalikan 2 x lipat:

2.600 x 2 = 5.200 Wh = 5.200/12 Volt/100 Amp = 4 batere 100 Ah.
- Kebutuhan baterai (dengan pertimbangan dapat melayani kebutuhan 3 hari tanpa sinar matahari):
2.600 x 3 x 2 = 15.600 Wh =15.600/12 Volt/100 Amp = 13 baterai 100 Ah.

Gambar 1.2 Penggunaan solar cell untuk rumah tangga (sumber, Yandri, 2012)

KESIMPULAN & SARAN
Sudah saatnya kesadaran akan menjaga lingkungan hidup dimulai dari diri kita sendiri dengan beralih ke teknologi hijau yaitu menggunakan energi matahari yang ramah lingkungan. Walau penggunaan solar cell membutuhkan biaya investasi awal yang tinggi, namun kita tidak akan pernah khawatir dengan kenaikan tarif listrik dari pemerintah.  Sebagai misi nasional yang melibatkan masyarakat, sebaiknya pemerintah melakukan subsidi pengadaan solar cell untuk setiap rumah, bisa dilakukan denan skema cicilan dengan bunga ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Adi Widodo , Suryono, T. A. (2010). PEMBERDAYAAN ENERGI MATAHARI SEBAGAI ENERGI LISTRIK LAMPU PENGATUR LALU LINTAS. Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No.2, 2(1), 133–138.
Hasan, H. (2012). Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Jurnal Riset Dan Teknologi Kelautan, 10, 169–180.
Manan, S. (2009). Energi Matahari, Sumber Energi Alternatif yang Effisien, Handal dan Ramah Lingkungan di Indonesia. Gema Teknologi, 31–35. Retrieved from http://eprints.undip.ac.id/1722
Yandri, V. R. (2012). Prospek Pengembangan Energi Surya Untuk Kebutuhan Listrik Di Indonesia. Jurnal Ilmu Fisika | Universitas Andalas, 4(1), 14–19. https://doi.org/10.25077/jif.4.1.14-19.2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.