Oleh
: Nia Wulandari (@K09-Nia)
Abstrak : Permasalahan
lingkungan khususnya pemanasan global menjadi topik permasalahan yang mencuat
akhir-akhir ini. Selain karna adanya pemanasan global, penciptaan atau inovasi
energi yang terbarukan juga menjadi latar belakang timbulnya konsep green
architecture. Sampai pada akhirnya timbul konsep Green Building. Gedung Hemat
Energi atau dikenal dengan sebutan green building terus digalakkan
pembangunannya sebagai salah satu langkah antisipasi terhadap perubahan iklim
global. Indikasi arsitektur disebut sebagai 'green' jika dikaitkan dengan
praktek arsitektur antara lain penggunaan renewable resources (sumber-sumber
yang dapat diperbaharui, passiveactive solar photovoltaic (sel surya pembangkit
listrik), teknik menggunakan tanaman untuk atap, taman tadah hujan, menggunakan
kerikil yang dipadatkan untuk area perkerasan, dan sebagainya (Sudarwani, 2012).
Kata Kunci : Green Building, Green Architecture.
Pembahasan
Konsep
bangunan hijau merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan yang merupakan
suatu topik hangat di dunia konstruksi internasional. Bangunan Hijau atau Green
Building atau Sustainble Building didefinisikan sebagai bangunan yang didesain
untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan
energi dan air yang berlebihan. Hal ini dapat dicapai melalui perencanaan, pelaksanaan
konstruksi, pengoperasian, dan perawatan yang baik serta penggunaan material
yang dapat di daur ulang (Halliday, 2008).
Konsep
bangunan hijau membawa banyak dampak positif. Menurut Pedini dan Ashuri (2010) dalam
Bangunan Hijau membawa banyak manfaat dan mengelompokannya menjadi 5 kategori
yaitu:
1. Lingkungan
Bangunan dengan konsumsi energi tinggi memiliki dampak buruk bagi lingkungan.
Pertumbuhan populasi manusia dan tingginya permintaan akan bangunan modern
menyebabkan konsumsi energi yang makin tinggi. Bangunan hijau sebagai solusi
atas permasalahan tersebut bertujan mengurangi dampak kerusakan lingkungan
dengan cara mengurangi penggunaan energi berlebihan.
2. Kesehatan
& Komunitas Pekerja didalam gedung yang interiornya didesain dengan konsep
bangunan hijau memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Penelitian
yang dilakukan oleh sebuah perusahaan insuransi yang cukup terkenal mengatakan
adanya peningkatan produktivitas pengguna gedung sebesar 16%.
3. Finansial
Bangunan hijau dapat menurunkan biaya operasional sebesar 8-9% dan meningkatkan
nilai asset bangunan sebesar 7.5%.
4. Pasar
Bangunan hijau memiliki keuntungan dalam hal pemasaran dimana dapat menurunkan
biaya promosi bangunan serta meningkatkan daya beli.
5. Industri
Bangunan hijau tidak hanya menunjang agensi pemerintah tetapi juga organisasi
pemasaran dan industri-industri yang terlibat didalamnya. Banyak industry
konstruksi yang dapat berkembang dikarenakan bangunan hijau.
Penyusunan
Greenship ini didukung oleh World Green Building Council dan dilaksanakan oleh
Komisi Rating dari GBCI, terdiri dari 6 (enam) kategori dengan total kriteria
prasyarat sebanyak 10 kriteria dan kriteria kredit sebanyak 41 kriteria. Enam
kategori Greenship yang dimaksud, yaitu:
1. Tepat
Guna Lahan (Appropriate Site Development/ ASD)
2. Efisiensi
dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation/ EEC)
3. Konservasi
Air (Water Conservation/ WAC)
4. Sumber
dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/ MRC) 5
5. .
Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/ IHC)
6. Manajemen
Lingkungan Bangunan (Building Environment Management/ BEM)
Menurut
Nugroho (2011), bahwa arsitektur/bangunan hijau merupakan gerakan moral. Konsep
green building yang telah dirumuskan dalam sistem rating oleh lembaga-lembaga
'hijau', telah menjadi bagian dari market/pasar dan tren bangunan yang
dilatarbelakangi oleh kesadaran yang semakin tinggi dari warganya untuk mulai
peduli dengan lingkungan.
Kesimpulan
Green
Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh
buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup
yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber
energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Daftar Isi :
· Anggunmulia,
R., Widyanto, D. S., Chandra, H. P., Ratnawidjaja, S. 2015. Kriteria Bangunan
Hijau dan Tantangannya pada Proyek Konstruksi di Surabaya. Jurnal Dimensi
Pratama Teknik Sipil, Vol. 4, No. 2 (2015). Dalam http://publication.petra.ac.id/index.php/teknik-sipil/article/view/3884/3488
(Diakses pada 18 Desember 2018)
· Sudarwani,
M. Maria. 2012. Penerapan Green Architecture dan Green Building sebagai Upaya
Pencapaian Sustainable Architecture. Pp 1-19. Dalam https://jurnal.unpand.ac.id/index.php/dinsain/article/viewFile/90/87
(Diakses pada 18 Desember 2018)
· Halliday,
S. (2008). Sustainable Construction. Routledge, England.
· Kurniawati,
Dede, dkk. 2014. Studi Implementasi
Green Building di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pp 1-12. Dalam file:///C:/Users/ASUS/Desktop/3354-7437-1-SM.pdf
(Diakses pada 18 Desember 2018)
· Nugroho,
Agung Cahyo. 2011. Sertifikasi Arsitektur/Bangunan Hijau : Menuju Bangunan yang
Ramah Lingkungan. Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 2011
Vol. 2 No. 1. Dalam http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/ja/article/viewFile/297/299
(Diakses pada 18 Desember 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.