Laman

Minggu, 30 September 2018

Agrokimia: Potensi Cemaran oleh Pupuk dan Pestisida

Oleh:
Farah Dita Salsabila
(@J04-Farah)
b
Abstrak: Penggunaan bahan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang sesuai dengan kebutuhan tidak akan menyebabkan banyak masalah untuk jangka pendek dan jangka panjang. Namun penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan permasalahan keracunan tanaman, timbulnya resistensi hama, tercemarnya tanah dan air serta akan memberi dampak negatif terhadap manusia.

Kata kunci: agrokimia, pestisida, pupuk

Pupuk
      Penggunaan pupuk mesti memenuhi syarat pemupukan berimbang dimana pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi kesuburan tanah. Pemberian pupuk yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif seperti keracunan tanaman, hilangnya pupuk ke perairan sehingga akan mencemari sumber air. Penggunaan pupuk yang kurang juga akan menyebabkan defisiensi unsur hara dan degradasi kesuburan tanah. Selain itu, juga menyebabkan pupuk dapat hilang melalui penguapan, air drainase dan teremisi ke udara. Pupuk sumber hara nitrogen adalah yang berpotensi mengalami kondisi rendahnya efisiensi, mudah hilang ke lingkungan dan mencemari ekosistem perairan. (Husnain, Nursyamsi dan Wibowo. 2015) 
Pestisida
     Menurut Anwardah (2018), pestisida adalah bahan kimia atau zat yang digunakan untuk menghancurkan beberapa jenis tumbuhan atau organisme yang juga dikenal sebagai hama, yang berbahaya bagi tanaman budidaya atau hewan.
1. Insektisida
    Insektisida merupakan pestisida untuk memberantas serangga, seperti nyamuk, kecoak, rayap, semut, belalang, ulat, dll. Contoh insektisida antara lain diazinon, tiodan, basmion, basudin, dan magnesium fluorosilikat.
2. Herbisida
    Pestisida untuk mencegah dan mematikan gulma/tumbuhan pengganggu, seperti eceng gondok, rumput teki, dan alang-alang. Contoh herbisida antara lain gramoxone, totacol, pentakloro fenol, dan amonium sulfonat.
3. Nematisida
    Pestisida untuk memberantas hama cacing yang sering merusak akar atau umbi tanaman. Contoh nematisida adalah oksamil dan natrium metam.
4. Fungisida
    Pestisida untuk memberantas jamur (fungi). Contoh fungisida adalah timbel (I) oksida, carbendazim, tembaga oksiklorida, dan natrium dikromat.
5. Rodentisida
    Pestisida untuk memberantas binatang pengerat, misalnya tikus. Contoh rodentisida adalah warangan (senyawa arsen) dan thalium sulfat.

Pengaruh Bahan Agrokimia
1. Efek pada tanah
Meningkatkan kadar nitrat dalam tanah, mengubah pH tanah, membunuh organisme tanah dan toksisitas penurunan kualitas tanah.

2. Efek pada air
Air menjadi tidak layak untuk dikonsumsi, meningkatkan pertumbuhan ganggang, menyebabkan eutrofikasi, dan mempengaruhi hewan air akibat polusi air.

3. Efek pada udara
Menyebabkan polusi udara yang disebabkan dari residu dan partikel bahan kimia, pestisida bisa melayang terjadi saat udara membawa partikel agrokimia dari satu tempat ke tempat lain dan efek seputar kesehatan organisme karena menghirup udara yang tercemar.

4. Efek pada kesehatan manusia
Menyebabkan iritasi kulit dan mata, menyebabkan kanker dan juga masalah reproduksi dan menyebabkan kerusakan saraf, ketidaksuburan, kelainan hormon dan neurotoksisitas.

Upaya Menurunkan Pengaruh Negatif Bahan Agrokimia

1. Pengelolaan unsur hara dan teknologi pemupukan
    Pengetahuan tentang cara pemupukan, waktu pemberian, dosis dab jenis pupuk serta memperhitungkan kebutuhan setiap jenis tanaman merupakan kunci pengelolaan hara pada lahan pertanian. Teknologi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi pupuk adalah dengan menggunakan pupuk yang memiliki efisiensi tinggi (pupuk slow release).
2. Pemulihan lahan tercemar
     Metoda reklamasi tanah tercemar secara umum dapat dilakukan: metoda in situ dengan menggunakan karbon aktif, mencuci air buangan dan membersihkan air tanah dengan karbon aktif dan metoda ex situ dengan memindahkan tanah terkontaminasi yang diperlakukan dalam insinerator agar kontaminan menjadi terurai.
3. Bioremediasi
    Teknik pemulihan lahan tercemar dengan memanfaatkan bakteri dan jamur dalam tanah untuk mendegradasi kontaminan sehingga menjadi bahan tidak berbahaya.
4. Fitoremediasi
     Teknologi pembersihan zat pencemar dalam tanah atau air dengan menggunakan bantuan tanaman (Chussetijowatiet al., 2011). Ada 5 jenis fitoremediasi yaitu fitoekstraski, fitodegradasi, filtrasi akar, fitostabilisasi, dan fitovolatilisasi. 

Kesimpulan: Diperlukan perhatian khusus dalam pengelolaan bahan agrokimia (pupuk dan pestisida) dalam mewujudkan pertanian yang ramah lingkungan. Berbagai teknologi pemulihan lahan tercemar bahan agrokimia ini dapat dilakukan dengan metode pengelolaan unsur hara, meningkatkan efisiensi pupuk, dan pemulihan lahan tercemar dengan metode bioremediasi dan fitoremediasi.

Daftar Pustaka
Husnain, Nursyamsi dan Wibowo. 2015. Tantangan Pertanian Ramah Lingkungan Akibat Penggunaan Bahan Agrokimia. Dalam http://balittro.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2015/10/22-Husnain-Tantangan-Pertanian-Ramah-Lingkungan-Agrokimia.pdf 
Husnain, Dedi Nursyamsi dan Joko Purnomo. 2014. Penggunaan Bahan Agrokimia dan Dampaknya terhadap Pertanian Ramah Lingkungan. Dalam http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-topmenu-58/947-linku 
Anwardah. 2018. Agrokimia, Jenis dan Efeknya. Dalam https://sainskimia.com/agrokimia-jenis-dan-efeknya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.