Laman

Sabtu, 03 Februari 2018

Limbah Cair Industri Tekstil


Oleh : Farichatus Sa'diyah (G13-Farichatus)

Abstrak :
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang pesat karena merupakan industri terpenting di dalam sebuah negara. Di Indonesia sendiri, industri tekstil mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Perkembangan ini tentunya membawa manfaat yang baik bagi masyarakat. Namun seperti halnya perkembangan industri lainnya, perkembangan industri tekstil akan meningkatkan kerusakan lingkungan apabila limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke perairan tanpa melalui pengolahan yang baik. Limbah yang langsung dibuang dapat mencemari lingkungan baik udara, air maupun tanah. Oleh karena itu kita perlu mengelolanya untuk meminimalkan limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan serta menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah memenuhi syarat untuk dibuang.

Kata Kunci : tekstil, limbah industri, kimia, lingkungan, zat warna

Isi :
Industri tekstil yang bergerak sebagai industri hilir dimulai dari pembuatan benang (pemintalan), industri pembuatan kain (penenunan, perajutan), industri penyempurnaan tekstil (finishing) sampai industri pakaian jadi (garmen). Sedangkan industri pembuatan serat, polimer tekstile, zat warna tekstile dan zat kimia pembantu proses tekstile merupakan industri hulu (Dinda Swari, 2016). Menurut Yuli (2010) bahwa limbah tekstile merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, percetakan dan proses penyempurnaan kapas. 


Senyawa Azo
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Senyawa_azo
Limbah yang dihasilkan dari industri tekstil tersebut tentunya membawa dampak terhadap lingkungan maupun kesehatan. Menurut Mathur (2005) bahwa salah satu masalah yang paling mengganggu dari limbah industri tekstil adalah kandugan zat warna dalam industri tekstil. Zat warna merupakan salah satu bahan baku utama, sekitar 10 - 15% dari zat warna yang sudah digunakan tidak dapat dipakai ulang dan harus dibuang. Zat warna yang dikandung limbah industri tekstil dapat mengganggu kesehatan, misalnya iritasi kulit dan iritasi mata hingga menyebabkan kanker. Selain itu, zat warna juga dapat menyebabkan terjadinya mutagen.

Zat warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzene, toluene, naftalena dan antrasena. Sifat zat warna sintetis lebih stabil dibandingkan zat warna alam. Zat warna tekstil umumnya dibuat dari senyawa azo dan turunannya merupakan gugus benzena. Limbah ini apabila langsung dibuang ke perairan dapat menimbulkan pencemaran berupa perubahan warna, bau dan rasa pada air, terhambatnya dan hilangnya aktivitas biologi perairan, pencemaran tanah dan air tanah serta perubahan fisik tumbuhan, binatang dan manusia oleh zat kimia.

Sebelum dibuang oleh pabrik limbah harus diolah terlebih dahulu. Menurut Setiadi (1999) bahwa Pengolahan limbah cair industri tekstil dapat dilakukan dengan cara kimia, fisika dan biologi.
  1. Proses Fisika, perlakuan terhadap air limbah dengan cara fisika yaitu proses pengolahan secara mekanis dengan atau tanpa penambahan bahan kimia. Proses-proses tersebut diantaranya adalah penyaringan, penghancuran, perataan air, penggumpalan, sedimentasi, pengapungan, filtrasi.
  2. Proses Kimia, menggunakan bahan kimia untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar di dalam limbah. Kegiatan yang termasuk dalam proses kimia diantaranya adalah pengendapan, klorinasi, oksidasi dan reduksi netralisasi, ion exchanger dan desinfektansia.
  3. Proses Biologi, proses pengolahan limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme (ganggang, bakteri, protozoa) untuk mengurangi senyawa organik dalam air limbah menjadi senyawa yang sederhana dan dengan demikian mudah mengambilnya.
Dengan melalui pengelolahan limbah tekstil sebelum dibuang, dapat meminimalkan limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari lingkungan serta menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah memenuhi syarat untuk dibuang.

Daftar Pustaka :
Pratiwi, Yuli. 2010. Peningkatan Tingkat Pencemaran Limbah Industri Tekstil Berdasarkan Nutrition Value Coeficient Bioindicator. Yogyakarta : Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
dalam http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/129_137_yul_pratiwii.pdf (Dunduh pada tanggal (01/02/2018)

Irianto, Dori.2011. Pemanfaatan Mikroalga Laut Sebagai Penyerap Bahan Kimia Berbahaya Dalam Air Limbah Industri. Bogor : Institut Pertanian Bogor
dalam http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47173/C11dir.pdf (Diunduh pada tanggal 01/02/2018)

Fatma, Desi. 2015.Pencemaran Limbah Pabrik.
dalam https://ilmugeografi.com/bencana-alam/pencemaran-limbah-pabrik (Diunduh pada tanggal 01/02/2018)

Nugroho, Budi dan Ikbal. 2005. Pengolahan Air Limbah Berwarna Industri Tekstil Dengan Proses AOPs.
dalam http://download.portalgaruda.org/article.php?article=61910&val=4559 (Diunduh pada tanggal 01/01/2018)

Setiadi, Tjandra, Fransisca I. Pratiwi dan Irma I Widyarsa. 1999. Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil Yang Mengandung Zat Warna Azo Reaktif Dengan Proses Gabungan Anaerob Dan Aerob. Bandung : Institut Teknologi Bandung
dalam http://ppprodtk.fti.itb.ac.id/tjandra/wp-content/uploads/2010/04/Publikasi-No-20.pdf (Diunduh tanggal 01/02/2018)

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.