Laman

Sabtu, 17 Februari 2018

KETAHANAN PANGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIJAU

Oleh : Priyo Dwi Wijaksono (@F10-Priyo)










ABSTRAK

Pertanian di Indonesia sejak tahun 1970 menerapkan teknologi “Revolusi Hijau” dengan komponen utamanya varietas unggul tipe baru,  pupuk, dan pestisida sintetis,  serta didukung oleh ketersediaan air irigasi yang cukup. Produksi beras dapat menembus 30 juta ton mulai tahun 1995 dan masih terus meningkat.  Kekhawatiran akan terjadinya kemunduran mutu lingkungan, kelestarian keragaman hayati dan keberlanjutan system produksi ditanggapi oleh masyarakat dengan mengadvokasi kembali Teknik pertanian organic dan varietas lokal.

Kata Kunci : Revolusi Hijau, Pangan, Teknologi.

Isi :

            Menurut  Sumarno  (2006),  Revolusi hijau  di bidang pertanian adalah perubahan dalam teknologi pertanian,  ditujukan  agar  sumber daya lahan dapat berproduksi sebanyak-banyaknya,  dengan jalan mengoptimalkan ketersediaan hara dan air dalam tanah, menanam varietas tanaman yang mempunyai potensi produksi tinggi, serta melindungi tanaman dari gangguan hama-penyakit.

            Yang sering disebut sebagai pertanian  organic  sebenernya adalah “pertanian menggunakan sarana  organic:  yang  diberikan kepada tanaman.  Dalam  proses  pertumbuhan tanaman, akar tanaman akan menyerap  ion  anorganik seperti  NH4,  NO3,  H2PO4,  HPO4,  K dan lainnya. Dengan menggunakan pestisida secara selektif hasil panen tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan nasional, untuk menghindarkan keracunan,  pertanian  organic  membedakan pertanian  yang menggunakan masukan organik + anorganik dalam proses produksinya.

            Green  Revolution  yang  diberi makna sebagai  :  “Perubahan  Teknik  pertanian dengan mengganitkan varietas local dengan varietas tipe baru  yang  responsive  terhadap pemupukan dan mampu berproduksi lebih tinggi, namun juga memerlukan proteksi terhadap serangan hama-penyakit.

Dampak penerapan revolusi hijau pada padi :


  • Usaha tani padi memerlukan biaya tetap per ha yang lebih tinggi, karena pemberian benih dan pupuk.
  • Budi daya padi harus mengikuti prosedur teknis yang dibakukan seperti jumlah benih, umur bibit, jarak tanam, dosis dan jenis pupuk.
  • Tersedianya varietas ungul nasional  yang  beradaptasi luas, maka satu varietas unggul ditanam secara bersamaan dalam areal jutaan hektar.
  • Varietas-varietas lokal yang berdaya hasil rendah terdesak tergantikan oleh varietas unggul nasional yang berdaya hasil tinggi.
  • Keragaman genetic tanaman padi di lapangan menjadi berkurang, menyempit.
  • Tanaman padi yang seragam riskan terhadap meletusnya epidemic hama-penyakit.
  • Gen-gen  resisten monogenic  yang  bekerja secara resistan  vertical mengakibatkan terjadinya seleksi direksional terhadap ras  pathogen  dan serangga hama, sehingga timbul ras  yang lebih ganas.


Kekeliruan dalam Penerapan Revolusi Hijau :

  1. Tidak ada anjuran dalam pemakaian pupuk organik dengan dosis tertentu yang bersifat komplementer terhadap anjuran penggunan pupuk anorganik.
  2. Menjadikan pupuk anorganik sebagai satu-satunya sumber hara utama, bukan sebagai suplementasi.
  3. Penyediaan benih oleh perusahaan benih berdasarkan varietas populer.

Menurut Karyono (2009) dalam Hidayat, Atep Afia (2017) menjelaskan, bahwa banyak teknologi yang bersifat rawan terhadap konsumsi energi, seperti : Teknologi untuk bangunan, misalnya pembangunan gedung secara vertikal bersifat konsumtif energi, antara lain untuk penyediaan fasilitas lift, eskalator, AC dan sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Hidayat, Atep Afia dan M. Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau.Jakarta: Pantona Media
2.      Sumarno. 2006. Teknologi Revolusi Hijau Lestari Untuk Ketahanan Pangan Nasional Di Msa Depan. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=394786&val=6422&title=Teknologi Diunduh tanggal 17 Februari 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.