Laman

Sabtu, 27 Januari 2018

Sampah Plastik di Indonesia



oleh Veri Ahmad Nurudin 

Pertumbuhan ekonomi dan bisnis di Indonesia berkembang dengan cukup pesat. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, jumlah permintaan kebutuhan juga mengalami peningkatan yang cukup drastis. Seperti halnya permintaan akan kebutuhan plastik.
Palstik merupakan sebuah bentukan dari rantai polimer (rantai atom) yang panjang mengikat satu sama lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami seperti karet. Namun beberapa dekade terakhir mengalami kemajuan dalam proses pembuatannya seperti hasil modifikasi antara alami dan kimia buatan manusia seperti. epoxy, polyvinyl cloride, polyethylene.

Plastik di mata masyarakat sudah menjadi kebutuhan keseharian yang tidak dapat dengan begitu mudah digantikan ataupun ditinggalkan, selain mudah ditemukan dimana saja serta material yang terkandung didalamnya cukup ringan, memiliki elastisitas yang baik serta harga terjangkau. Namun disisi lain, plastik menjadi barang yang dapat merusak ekosistem dan kelangsungan makhluk hidup di muka bumi ini. Dari bahan dasar minyak bumi dapat dijadikan produk olahan peralatan tumah tangga, pengemasan produk makanan / minuman, serta elektronik. Sifat bahan yang tahan lama dan sulit diuraikan secara alami menjadikan plastik kurang ramah terhadap lingkungan. Adapun dalam penangangannya seperti daur ulang, memicu masalah baru dalam proses dan efisiensi energi dalam proses pencucian, pembakaran, dan pembentukan kembali. Sisa hasil residu dan limbah plastik merupakan limbah beracun dalam segala aspek kehidupan ekosistem air dan darat. Dalam kasus ini memerlukan penanganan khusus dalam proses pendar ulangannya maupun proses akhirnya.

Berdasarkan data Jambeck (2015) Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Tiongkok, China yang mencapai 262,9 juta ton. Dalam waktu satu tahun saja, produksi plastik sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik berdasarkan pada data dari Kantor Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 100 toko Anggota Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO)
Pertumbuhan konsumsi plastik di Indonesia makin meningkat 6 - 7 persen pertahun ( 17 persen perkapita pertahun). Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Agus Haryono mengungkapkan bahwa sampah plastik ini dapat berubah menjadi mikroplastik yang dapat terapung di lautan dengan ukuran lebih kecil dari 1 mikron.
Pada tahun 2016 ada sekitar 65 juta ton sampah per harinya diproduksi masyarakat Indonesia. Jumlah ini naik 1 ton dibandingkan produksi 2015 sekitar 64 juta ton sampah perhari. Ujar Tuti Hendrawati Mintarsih pada Rapat Koordinasi Nasional  Pengelolaa sampah, limbah, dan bahan berbahaya beracun (B3), Rabu (15/3) di Palembang.

Dalam penanganannya juga memerlukan pertimbangan dan perhatian khusus tersendiri. Seperti halnya paa pendau ulangan sampah anorganik. Efisiensi energi dalam pencucian, penmabakaran dan pencetakan ulang juga akan berdampak pada lingkungan. Adapun pendau ulanagan pun masih meninggalkan sisa residu dan limbah beracun yang perlu ditangani kembali. Lain hal dengan dikelola dengan menjadikannya sumber energi dari sampah. Dalam proses pembuatannya pun harus memperhitungkan masalah enegeri yang digunakan dan dihasilkan, serta hasil daripada residu pembakaran yang masih tanda tanya dan menjadi pembahasan tersendiri bagi para peneliti.

Adapun penggunaan plastik bio degradable menjadi alternatif sementara yang paling baik karena selain ramah lingkungan dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme tanah. Untuk proses penguraiannya pun tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk diuraikan.


Daftar Pustaka (website)
https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160222182308-277-112685/indonesia-penyumbang-sampah-plastik-terbesar-ke-dua-dunia
wikipedia

http://lipi.go.id/lipimedia/konsumsi-plastik-indonesia-tertinggi-kedua-di-dunia/15173

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.