Laman

Selasa, 12 Desember 2017

Minimisasi Limbah dan Industri Hijau


Oleh: Mega Puspitasari (@D13-Mega, @proyekB09)

Minimisasi limbah adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya limbah yang berasal dari proses produksi, dengan cara reduksi pada sumbernya dan/atau pemanfaatan limbah berupa reuse, recycle, dan recovery.
Menurut Kepmenkes RI No. 1204 Tahun 2004, minimisasi limbah merupakan salah satu upaya untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh kegiatan pelayanan kesehatan. Minimisasi limbah mencakup pencegahan pencemaran dan daur ulang serta cara lain untuk mengurangi jumlah limbah yang harus diolah atau ditimbun contohnya seperti limbah deterjen.

Limbah deterjen merupakan salah satu limbah yang banyak mencemari badan perairan dan sumber utama dari limbah deterjen ini berasal dari aktivitas rumah tangga. Hal ini dikarenakan peran deterjen dalam kegiatan rumah tangga sangat beragam, selain digunakan untuk mencuci pakaian, deterjen juga digunakan untuk mencuci peralatan rumah tangga. Limbah atau sisa pemakaian
deterjen yang masuk ke lingkungan perairan akan mempengaruhi kualitas perairan dan akan
berpengaruh terhadap keadaan ekosistem di
perairan tersebut.

Berdasarkan bentuk fisiknya, Detergen dibedakan atas:
1. Detergen Cair
2. Detergen krim
3. Detergen bubuk

Surfaktan sintetik yang biasa digunakan
dalam deterjen dibagi menjadi 3 macam :
a. Surfaktan anionik
Surfaktan anionik adalah garam-garam
Na dan terionisasi untuk menghasilkan
Na + dan ion aktif permukaan (surface
active ion) yang bermuatan negatif.

b. Surfaktan sintetis nonionik
Deterjen nonionik tidak terionisasi dalam
air, kemampuan deterjen ini untuk larut
dalam air tergantung pada kelompokkelompok dalam molekul deterjcn.

C. Surfaktan sintetis kationik
Deterjen sintetis kationik adalah garamgaram amonium hidroksida (NH40H)
kuarterner. Senyawa-senyawa amonium
kuartener, berubah menjadi partikel
bermuatan positif bila dilarutkan dalam
air, surfaktan ini biasanya digunakant
untuk pelembut (softener).

Penguraian senyawa kimia secara
biologis didefinisikan sebagai perombakan
atau penguraian senyawa kimia oleh aktivitas
biologis dari makhluk hidup, khususnya oleh
mikroorganisma.
Dalam studi tentang penguraian deterjen yaitu:
(a)secara biologis, dibagi dalam 3 kategori,penguraian biologis primer (primary
biodegradation),
b) penguraian biologis sampai tahap dapat
diterima lingkungan (environmentally
acceptable biodegradation),
c) penguraian biologis sempurna (ultimate
biodegradation)

Masalah yang timbul di masyarakat bila
terjadi kontak langsung deterjen dengan kulit
misalnya, kulit terasa kering, melepuh,
timbulnya eksim kulit semacam bintik-bintik
gatal berair di telapak tangan maupun kaki.

Usaha pencegahan dampak negatif penggunaan pembersih antara lain sebagai berikut:

1. Membuat sitem penampungan dan penanganan air limbah
2. Mendaur ulang kembali air limbah rumah tangga
3. Mengurangi intensitas pemakaian air bersih yang mengandung abhan-bahan yang sukar diuraikan mikroorganisme, seperti sabun dan detergen
4. Selektif dalam memilih detergen serta memperhatikan kandungan bahan aktif yang ada di dalam detergen
5. Mengikuti petunjunk penggunaan pembersih yang benar
6. Mengganti bahan-bahan dasar detergen dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.

Daftar Pustaka
Sopiah R Nida. 2014. Pengolahan Limbah Deterjen Sebagai Upaya Minimisasi Polutan di Badan Air dalam  Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Dalam http://www.academia.edu/download/32340295/r-nida_s_99.pdf

Natalia Yasintha. 2013. Rekomendasi Minimisasi Limbah. Dalam https://prezi.com/signup/basic/

Saraswati Ray. 2015. Eutrofikasi Perairan Oleh Limbah Deterjen. Dalam http://www.academia.edu/13256170/Eutrofikasi_Perairan_Oleh_Limbah_Deterjen

Widiyani Platika. 2011. Dampak dan Penanganan Limbah Deterjen. Dalam http://platika-vet.blogspot.co.id/2011/06/pencemaran-limbah-detergent.html?m=1




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.