Laman

Kamis, 01 Desember 2016

Permasalahan Lingkungan yang Membelit Ibu Kota

Di era yang serba hiruk-pikuk seperti sekarang ini, sering kita jumpai berbagai masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Seperti tandus nya tempat tinggal, kabut asap, tanah longsor, kebakaran hutan, dan yang paling sering kita jumpai adalah banjir. Khusus nya di Ibu Kota seperti DKI Jakarta yang merupakan ‘ladang’ kehidupan bagi banyak orang. Baik kelas atas, kelas menengah ataupun kelas bawah. Banyak nya penduduk yang tinggal dan juga mencari nafkah di DKI Jakarta menjadi faktor utama dalam rusak nya lingkungan alam di Ibu Kota Negara ini. Mengapa demikian? Karena dari sekian banyak nya individu yang setiap hari nya bersinggungan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta ini, sangat sedikit yang mempunyai kesadaran akan kedisiplinan, dan dalam jumlah besar masih banyak individu yang tidak siap akan hidup disiplin.

Akibatnya, di DKI Jakarta banyak kerusakan lingkungan seperti tidak adanya lahan penghijauan, sungai menjadi dangkal, sampah dimana-mana, dan lain-lain. Sehingga membuat pencemaran di Jakarta, seperti :

1.       Pencemaran Udara
Saat ini polusi yang terjadi di Jakarta didominasi oleh sektor transportasi yang menyumbang 70 persen dari total emisi pencemaran oksida nitrogen(NOx) dan sektor industri menyumbang 70 persen dari total emisi pencemar sulfur dioksida (SO2).
Kendaraan yang hilir mudik di jalanan ibukota diperkirakan mencapai 7 juta, ini belum termasuk dengan penambahan sekitar 1.500 unit kendaraan baru yang telah didaftarkan di Kepolisian Daerah Metro Jaya. Meski sempat ada upaya untuk membatasi usia kendaraan namun, saat ini penghapusan kendaraan tua pun belum mampu untuk mengimbangi bertambahnya kendaraan baru.

2.       Pencemaran Air
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jakarta, sebagian besar air minum di Jakarta, Bogor, Karawang, Bekasi, Cilegon, dan Tangerang, telah tercemar bakteri seperti Coliform, Coli Tinja, dan sejumlah senyawa kimia. Senyawa kimia ini berbahaya dan bisa menyebabkan penyakit kanker, tumor, hipertensi, gastrointestinal, gangguan reproduksi, kerusakan saraf, karies gigi dan kerusakan tulang, iritasi lambung, anemia, serta kerusakan otak.
Diperkirakan sekitar 50 persen penyakit yang diderita masyarakat disebabkan oleh air minum yang tercemar, termasuk diare yang setiap tahun jumlah penderitanya meningkat serta menyumbang angka kematian tertinggi pada anak-anak yang paling rentan dan berisiko paling tinggi terserang penyakit ini. Bahkan pada tahun 2010 tercatat sekitar 12 angka kematian yang diduga disebabkan oleh air yang tercemar. Infeksi yang terjadi akibat tercemarnya air, adalah diare yang disertai dengan dehidrasi, diare biasa, typhus, dan hepatitis A.

3.       Pencemaran Tanah
Berdasarkan data Pemerintah DKI Jakarta, sekitar 70 persen tanah di DKI Jakarta telah tercemar air limbah, akibatnya air di sejumlah kali dan sungai di Jakarta tidak layak untuk dikonsumsi. Salah satu penyebab pencemaran ini, adalah akibat pengelolaan septic tank yang tidak dilakukan dengan baik. Sejauh ini, baru tiga persen saja septik tank yang sudah terkelola sesuai fungsinya.
Sekitar 97 persen penyebab lainnya adalah akibat tinja yang mencemari air tanah, sehingga air tanah di DKI pun ikut tercemar. Pencemaran ini berdampak negatif karena air tanah menjadi tercemar oleh bakteri Escherichia Coli (E-Coli) yang jumlahnya jauh di atas ambang normal, yaitu sebesar 80 persen. Air yang tercemar ini biasanya akan berubah warnanya menjadi cokelat dan hitam kepekatan.
Selain tercemar bakteri, permasalahan lainnya adalah penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta sedalam dua sentimeter yang terjadi setiap tahun. Penurunan yang disebabkan oleh penyedotan air tanah yang terlalu tinggi ini, sangat mengkhawatirkan karena permukaan air laut akan naik satu sentimeter setiap tahunnya. Bila tidak segera dilakukan tindakan, ada kemungkinan sebagian wilayah pesisir Jakarta akan mulai tenggelam.

4.       Pencemaran Suara
Transportasi adalah suatu kegiatan pemindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Pertumbuhan kendaraan di DKI Jakarta, sejak Januari hingga Oktober 2013 mencapai 8%. Jika diangkakan sekitar 1.218.000 kendaraan dari Januari sampai Oktober (Joko Widodo, 2013). Peningkatan pendapatan per kapita membuat masyarakat mampu untuk membeli kendaraan seperti sepeda motor maupun mobil sebagai sarana pribadi. Selain itu peningkatan perekonomian daerah juga menyebabkan kebutuhan akan sarana transportasi lain seperti bus dan truk meningkat. Akibatnya, semakin hari, jumlah arus lalu lintas dan jenis kendaraan yang menggunakan ruas-ruas jalan semakin bertambah. Padatnya arus lalu lintas ini dapat menurunkan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh transportasi tersebut, antara lain polusi suara, polusi udara, polusi air tanah serta getaran. Pada umumnya pencemaran suara dari sistem transportasi sangat merugikan manusia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh tingkat pencemaran suara terhadap masyarakat Jakarta dan sekitarnya, apakah masih ada pada tingkatan yang diijinkan atau sebaliknya. Masalah kebisingan merupakan masalah yang tidak boleh dianggap sederhana, karena jika tingkat kebisingan tersebut sudah melebihi dari tingkat yang dijinkan, maka akan berakibat yang kurang baik bagi manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Londo, Paulus. 2016. Aneka Ragam Masalah Lingkungan yang Membelit Jakarta. [Online]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/lsspi/aneka-ragam-masalah-lingkungan-membelit-jakarta_5528df006ea8348b128b4567. [diakses 1 Desember 2016]

Anonim. 2014. Kondisi Lingkungan Jakarta. [Online]. Tersedia: http://jakartapedia.bpadjakarta.net/index.php/Pencemaran_Udara. [diakses 1 Desember 2016]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.