Laman

Selasa, 03 Oktober 2023

REAKSI KIMIA DAN KONSEP MOL

 REAKSI KIMIA DAN KONSEP MOL

oleh:Rizky Aprilia Sudrajat(@Z16- RIZKY)

Abstrak

    Reaksi kimia adalah reaksi perubahan dari zat pereaksi (reaktan) menjadi zat hasil reaksi (produk). Reaksi kimia terdiri dari reaksi pembakaran, pembentukan, penguraian, dan penetralan. Reaksi-reaksi tersebut dipengaruhi oleh jenis reaktan maupun produknya. Membahas masalah reaksi kimia tidak bisa lepas dari suatu persamaan.



 Persamaan tersebut menunjukkan hubungan kuantitatif antara reaktan dan produk, sehingga disebut sebagai persamaan reaksi.

    Mol, yang disimbolkan dengan mol, adalah satuan jumlah zat dalam SI. Satu mol mengandung persis 6,02214076×1023 entitas elementer. Bilangan tersebut, yang disebut bilangan Avogadro, merupakan nilai numerik tetap dari konstanta Avogadro NA bila dinyatakan dalam satuan mol−1.

Pendahuluan

    Reaksi kimia seperti  pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi logam sudah diketahui sejak dahulu kala. Teori-teori awal transformasi dari material-material ini dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Teori empat elemen dari Empedocles yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari 4 elemen dasar: api, air, udara, dan bumi. Pada abad pertengahan, transformasi kimia dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya, mengubah timbal menjadi emas, dengan mereaksikan timbal dengan campuran tembaga-timbal dengan sulfur.

Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi telah lama dicoba oleh para ilmuwan, seperti sintesis dari asam sulfat dan asam nitrat oleh alkemis Jābir ibn Hayyān. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan mineral-mineral sulfat dan nitrat, seperti tembaga sulfat, alum dan kalium nitrat. Pada abad ke-17, Johann Rudolph Glauber memproduksi asam klorida dan natrium sulfat dengan mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan adanya pengembangan lead chamber process pada tahun 1746 dan proses Leblanc, sehingga memungkinkan adanya produksi asam sulfat dan natrium karbonat dalam jumlah besar, maka reaksi kimia dapat diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam sulfat yang semakin maju akhirnya menghasilkan proses kontak pada tahun 1880-an, dan proses Haber dikembangkan pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia.

Dari abad ke-16, sejumlah peneliti seperti Jan Baptist van Helmont, Robert Boyle dan Isaac Newton mencoba untuk menemukan teori-teori dari transformasi-transformasi kimia yang sudah dieksperimenkan. Teori plogiston dicetuskan pada tahun 1667 oleh Johann Joachim Becher. Teori itu mempostulatkan adanya elemen seperti api yang disebut "plogiston", yang terdapat dalam benda-benda yang dapat terbakar dan dilepaskan selama pembakaran. Teori ini dibuktikan salah pada tahun 1785 oleh Antoine Lavoisier, yang akhirnya memberikan penjelasan yang benar tentang pembakaran.

Pada tahun 1808, Joseph Louis Gay-Lussac akhirnya mengetahui bahwa karakteristik gas selalu sama. Berdasarkan hal ini dan teori atom dari John Dalton, Joseph Proust akhrinya mengembangkan hukum perbandingan tetap yang nantinya menjadi konsep awal dari stoikiometri dan persamaan reaksi.

Pada bagian kimia organik, telah lama dipercaya bahwa senyawa yang terdapat pada organisme yang hidup itu terlalu kompleks untuk bisa didapatkan melalui sintesis kimia. Menurut konsep vitalisme, senyawa organik dilengkapi dengan "kemampuan vital" sehingga "berbeda" dari material-material inorganik. Tapi pada akhirnya, konsep ini pun berhasil dipatahkan setelah Friedrich Wöhler berhasil mensintesis urea pada tahun 1828. Kimiawan lainnya yang memiliki kontribusi terhadap ilmu kimia organik di antaranya Alexander William Williamson dengan sintesis eter yang dilakukannya dan Christopher Kelk Inaold yang menemukan mekanisme dari reaksi substitusi.

    Sejarah mol terkait dengan massa molekul, satuan massa atom, bilangan Avogadro dan konsep terkait.

Tabel pertama berat atom standar (berat atom) pertama dipublikasikan oleh John Dalton (1766–1844) pada tahun 1805, berdasarkan sistem di mana massa atom relatif hidrogen didefinisikan sebagai 1. Massa atom relatif ini didasarkan pada proporsi stoikiometri reaksi kimia dan senyawa, sebuah fakta yang sangat membantu keberterimaan mereka: tidak perlu kimiawan untuk menganut teori atom (sebuah hipotesis yang belum terbukti saat itu) untuk membuat penggunaan tabel secara praktis. Hal ini akan menyebabkan kebingungan antara massa atom (dipromosikan oleh para pendukung teori atom) dan berat ekuivalen (dipromosikan oleh lawan-lawannya dan kadang-kadang berbeda dari massa atom relatif berdasarkan faktor bilangan bulat), yang terus berlangsung sepanjang abad kesembilan belas.

Jöns Jakob Berzelius (1779–1848) berperan penting dalam peningkatan akurasi penentuan massa atom relatif. Dia juga merupakan kimiawan pertama yang menggunakan oksigen sebagai standar untuk dirujuk oleh massa atom lain. Oksigen adalah standar yang berguna, karena, tidak seperti hidrogen, ia membentuk senyawa dengan sebagian besar unsur lainnya, terutama logam. Sayangnya, ia memilih untuk menetapkan massa atom oksigen sebagai 100, sebuah inovasi yang tidak populer.

Charles Frédéric Gerhardt (1816–1856), Henri Victor Regnault (1810–1878) dan Stanislao Cannizzaro (1826–1910) mengembangkan karya Berzelius, menyelesaikan banyak masalah senyawa stoikiometri yang tidak diketahui, dan penggunaan massa atom yang menarik perhatian konsensus besar pada saat Kongres Karlsruhe (1860). Konvensi tersebut telah kembali mendefinisikan massa atom hidrogen sebagai 1, walaupun pada tingkat presisi pengukuran pada waktu itu—ketidakpastian relatif sekitar 1%—ini secara numerik setara dengan standar oksigen = 16. Namun kemudahan dengan memilih oksigen sebagai standar massa atom utama menjadi semakin nyata dengan kemajuan dalam kimia analitik dan kebutuhan akan penentuan massa atom yang lebih akurat.

Rumusan masalah 

1.Apa itu reaksi kimia?
2.Apa itu konsep mol?

Tujuan

1.mengetahui serta memahami penjelasan tentang reaksi kimia
2.meneetahui serta memahami konsep mol dan keterkaitannya dengan reaksi kimia.

Pembahasan

  1. Reaksi Kimia

    Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antar ubahan senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi disebut sebagai reaktan. Reaksi kimia biasanya dikarakterisasikan dengan perubahan kimiawi, dan akan menghasilkan satu atau lebih produk yang biasanya memiliki ciri-ciri yang berbeda dari reaktan. Secara klasik, reaksi kimia melibatkan perubahan yang melibatkan pergerakan elektron dalam pembentukan dan pemutusan ikatan kimia, walaupun pada dasarnya konsep umum reaksi kimia juga dapat diterapkan pada transformasi partikel-partikel elementer seperti pada reaksi nuklir.

Reaksi-reaksi kimia yang berbeda digunakan bersama dalam sintesis kimia untuk menghasilkan produk senyawa yang diinginkan. Dalam biokimia, sederet reaksi kimia yang dikatalisis oleh ezim membentuk lintasan metabolisme, di mana sintesis dan dekomposisi yang biasanya tidak mungkin terjadi di dalam sel dilakukan.Persamaan

  •     Persamaan reaksi

    Persamaan reaksi digunakan untuk menggambarkan reaksi kimia. Persamaan reaksi terdiri dari rumus kimia atau rumus struktur dari reaktan di sebelah kiri dan produk di sebelah kanan. Antara produk dan reaktan dipisahkan dengan tanda panah (→) yang menunjukkan arah dan tipe reaksi. Ujung dari tanda panah tersebut menunjukkan reaksinya bergerak ke arah mana. Tanda panah ganda (Description: is in equilibrium with), yang mempunyai dua ujung tanda panah yang berbeda arah, digunakan pada reaksi kesetimbangan. Persamaan kimia haruslah seimbang, sesuai dengan stoikiometri, jumlah atom tiap unsur di sebelah kiri harus sama dengan jumlah atom tiap unsur di sebelah kanan. Penyeimbangan ini dilakukan dengan menambahkan angka di depan tiap molekul senyawa (dilambangkan dengan A, B, C dan D di diagram skema di bawah) dengan angka kecil (a, b, c dan d) di depannya.

a A+b Bc C+d D

Reaksi yang lebih rumit digambarkan dengan skema reaksi, tujuannya adalah untuk mengetahui senyawa awal atau akhir, atau juga untuk menunjukkan fase transisi. Beberapa reaksi kimia juga bisa ditambahkan tulisan di atas tanda panahnya; contohnya penambahan air, panas, iluminasi, katalisasi, dsb. Juga, beberapa produk minor dapat ditempatkan di bawah tanda panah.

Sebuah contoh reaksi organik: oksidasi keton menjadi ester dengan Asam peroksikarboksilat


Analisis retrosintetik dapat dipakai untuk mendesain reaksi sintesis kompleks. Analisis dimulai dari produk, contohnya dengan memecah ikatan kimia yang dipilih menjadi reagen baru. Tanda panah khusus () digunakan dalam reaksi retro

  • Reaksi elementer

    Reaksi elementer adalah reaksi pemecahan paling sederhana dan hasil dari reaksi ini tidak memiliki produk sampingan.  Kebanyakan reaksi yang berhasil ditemukan saat ini adalah pengembangan dari reaksi elementer yang munculnya secara secara paralel atau berurutan. Sebuah reaksi elementer biasanya hanya terdiri dari beberapa molekul, biasanya hanya satu atau dua, karena kemungkinannya kecil untuk banyak molekul bergabung bersama.

Isomerisasi azobenzena yang diinduksi oleh cahaya (hν) atau panas (Δ)



Reaksi paling penting dalam reaksi elementer adalah reaksi unimolekuler dan bimolekuler. Reaksi unimolekuler hanya terdiri dari satu molekul yang terbentuk dari transformasi atau diasosiasi satu atau beberapa molekul lain. Beberapa reaksi ini membutuhkan energi dari cahaya atau panas. Sebuah contoh dari reaksi unimolekuler adalah isomerisasi cis–trans, di mana sebuah senyawa bentuk cis akan berubah menjadi bentuk trans.

Dalam reaksi disosiasi, ikatan di dalam sebuah molekul akan terpecah menjadi 2 fragmen molekul. Pemecahan ini dapat berupa homolitik ataupun heterolitik. Dalam pemecahan homolitik, ikatan akan terpecah sehingga setiap produknya tetap mempunyai satu elektron sehingga menjadi radikal netral. Dalam pemecahan heterolitik, kedua elektron dari ikatan kimia akan tersisa pada salah satu produknya, sehingga akan menghasilkan ion yang bermuatan. Reaksi disosiasi memegang peranan penting dalam reaksi berantai, seperti contohnya hidrogen-oksigen atau reaksi polimerisasi.

AB⟶A+B

Disoasi dari molekul AB menjadi fragmen A dan B .

Pada reaksi bimolekular, 2 molekul akan bertabreakan dan saling bereaksi. Hasil reaksinya dinamakan sintesis kimia atau reaksi adisi.

A+B⟶AB

Kemungkinan reaksi yang lain adalah sebagian dari sebuah molekul berpindah ke molekul lainnya. Reaksi tipe seperti ini, contohnya adalah reaksi redoks dan reaksi asam-basa. Pada reaksi redoks partikel yang berpindah adalah elektron, sedangkan pada reaksi asam-basa yang berpindah adalah proton. Reaksi seperti ini juga disebut dengan reaksi metatesis.

HA+B⟶A+HB

contohnya

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)

  • Termodinamika

    Reaksi kimia dapat ditentukan oleh hukum-hukum termodinamika. Reaksi dapat terjadi dengan sendirinya apabila senyawa tersebut eksergonik atau melepaskan energi. Energi bebas yang dihasilkan reaksi ini terdiri dari 2 besaran termodinamika yaitu entalpi dan entropi.

ΔG=ΔH−T⋅ΔS

G: energi bebas, H: entalpi, T: suhu, S: entropi, Δ: perbedaan

    Reaksi eksotermik terjadi apabila ΔH bernilai negatif dan energi dilepaskan. Contoh reaksi eksotermik adalah presipitasi dan kristalisasi, di mana sebuah padatan terbentuk dari gas atau cairan. Kebalikannya, dalam reaksi endotermik, panas diambil dari lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan entropi sistem. Karena kenaikan entropi berbanding lurus dengan suhunya, maka kebanyakan reaksi endotermik dilakukan pada suhu tinggi. Kebalikannya, kebanyakan reaksi eksotermik dilakukan pada suhu yang rendah. Perubahan temperatur kadang-kadang dapat mengubah arah reaksi, seperti contohnya pada reaksi Boudouard:

CO2+C⇌2 CO ;ΔH=+172.45 kJ⋅mol−1

    Reaksi antara karbon dioksida dan karbon untuk membentuk karbon monoksida ini merupakan reaksi endotermik dengan suhu di atas 800 °C dan menjadi reaksi eksotermik jika suhunya dibawah suhu ini

Reaksi juga dapat diketahui dengan energi dalam yang menyebabkan perubahan pada entropi, volume, dan potensial kimia.

dU = T dS - p dV + p dn

U: energi dalam, S: entropi, p: tekanan, μ: potensial kimia, n: jumlah molekul, d: tanda yang artinya perubahan kecil.

  • Pengelompokan reaksi kimia

Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi kimia yang biasanya digunakan.

Empat reaksi dasar

  1. Sintesis

Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana bergabung membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang bereaksi menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya adalah air.

Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk amoniak, dengan persamaan reaksi:

N2 + 3 H2 → 2 NH3

      2. Dekomposisisi

Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa yang lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana. Contohnya adalah molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen, dengan persamaan reaksi:

2 H2O → 2 H2 + O2

      3. Penggantian tunggal

Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan elemen tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang bereaksi dengan asam klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur, dengan persamaaan reaksi:

2 Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)

      4. Penggantian ganda

Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa baru yang berbeda. Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2 senyawa yang berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru. Rumus umum dari reaksi ini adalah:

AB + CD → AD + CB

Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium iodida untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:

Pb(NO3)2 + 2 KI → PbI2 + 2 KNO3

Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat membentuk natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:

NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)

    2. Konsep Mol

    Mol (simbol: mol; bahasa Inggris dan bahasa Prancis: mole) adalah satuan pokok untuk besaran jumlah zat dalam Sistem Satuan Internasional (SI). Setelah redefinisi pada tahun 2019, definisi satuan mol, seperti yang disebutkan dalam Brosur SI edisi kesembilan, adalah sebagai berikut.

Mol, yang disimbolkan dengan mol, adalah satuan jumlah zat dalam SI. Satu mol mengandung persis 6,02214076×1023 entitas elementer. Bilangan tersebut, yang disebut bilangan Avogadro, merupakan nilai numerik tetap dari konstanta Avogadro NA bila dinyatakan dalam satuan mol−1.

Jumlah zat, yang disimbolkan dengan n, pada suatu sistem adalah ukuran jumlah entitas elementer tertentu. Entitas elementer tersebut dapat berupa atom, molekul, ion, elektron, partikel lainnya, atau sekelompok partikel tertentu.

Sebelumnya, satuan ini didefinisikan sebagai jumlah zat kimia yang mengandung jumlah partikel representatif (saat ini disebut entitas elementer), misalnya atom, molekul, ion, elektron, atau foton, yang setara dengan jumlah atom dalam 12 gram karbon-12 (12C), isotop karbon dengan berat atom standar definitif 12. Jumlah ini juga sebelumnya dinyatakan sebagai bilangan Avogadro. Sebelum didefinisikan secara tepat dalam redefinisi, bilangan Avogrado dianggap "mendekati" 6.022140857×1023 mol−1.

Mol banyak digunakan dalam kimia sebagai cara mudah untuk menyatakan jumlah reaktan dan produk pada reaksi kimia. Misalnya, persamaan reaksi 2 H2 + O2 → 2 H2O berarti bahwa 2 mol dihidrogen (H2) dan 1 mol dioksigen (O2) bereaksi membentuk 2 mol air (H2O). Mol juga digunakan untuk menyatakan jumlah atom, ion, atau entitas elementer lainnya dalam sampel zat tertentu. Konsentrasi larutan umumnya dinyatakan sebagai molaritas, yang didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter larutan.

Jumlah molekul per mol dikenal sebagai bilangan Avogadro, dan didefinisikan sebagai massa satu mol zat, dinyatakan dalam gram, adalah sama dengan rata-rata massa molekul relatif zat. Misalnya, rata-rata massa molekul relatif air alami sekitar 18,015; maka satu mol air memiliki masa sekitar 18,015 gram.

Istilah gram-molekul pernah digunakan untuk konsep yang sama. Istilah gram-atom telah digunakan untuk konsep terkait namun berbeda, sebut saja kuantifikasi suatu zat yang mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, baik berupa molekul terisolasi maupun terpisah. Oleh karena itu, sebagai contoh, 1 mol MgBr2 adalah 1 gram-molekul MgBr2 tetapi 3 gram-atom MgBr2.

Untuk menghormati satuan ini, beberapa kimiawan merayakan 23 Oktober, yang merujuk pada skala 1023 pada bilangan Avogadro, sebagai "Hari Mol". Beberapa juga melakukan hal yang sama pada 6 Februari dan 2 Juni, merujuk pada 6,02 dari tetapan Avogadro.

sistem satuan    satuan pokok SI
Besaran    jumlah zat
simbol             mol

  •     Definisi dan konsep terkait mol

    Hingga 2011, mol didefinisikan oleh International Bureau of Weights and Measures sebagai jumlah zat suatu sistem yang mengandung jumlah partikel dasar (misalnya atom, molekul, ion, elektron, foton) yang sama seperti jumlah atom dalam 0,012 kilogram karbon-12 (12C), isotop karbon dengan berat atom standar 12.Jadi, menurut definisi ini, satu mol 12C murni memiliki massa tepat 12 g. Dari definisi ini juga, X mol zat sembarang akan mengandung jumlah molekul yang sama seperti X mol zat lainnya (meskipun massanya mungkin berbeda).

Massa per mol zat disebut massa molar. Oleh karena satuan massa atom (atomic mass unit, amu) didefinisikan sebagai 1/12 dari massa atom 12C, maka massa molar suatu zat, diukur dalam gram per mol, secara numerik sama dengan massa atom atau molekul rata-ratanya yang diukur dalam amu.

Jumlah partikel dasar dalam sampel suatu zat secara teknis disebut jumlah (kimia). Oleh karena itu, mol adalah satuan yang mudah digunakan untuk kuantitas fisik tersebut. Seseorang dapat menentukan jumlah kimia dari zat yang diketahui, dalam mol, dengan membagi massa sampel dengan massa molar zat. Metode lainnya termasuk penggunaan volume molar atau pengukuran muatan listrik.

Massa satu mol zat tidak hanya bergantung pada rumus molekulnya, tetapi juga pada proporsi isotop masing-masing unsur yang ada di dalamnya. Misalnya, massa satu mol kalsium-40 adalah 39.96259098 ± 0.00000022 gram, sementara satu mol kalsium-42 adalah 41.95861801 ± 0.00000027 gram, dan satu mol kalsium dengan campuran isotop normal adalah 40.078 ± 0.004 gram.

Oleh karena definisi gram tidak (hingga 2011) secara matematis terikat dengan satuan massa atom, jumlah NA molekul dalam satu mol (bilangan Avogadro) harus ditentukan melalui eksperimen. Nilai yang diadopsi oleh Committee on Data for Science and Technology (CODATA) pada tahun 2010 adalah NA = 6.02214129×1023 ± 0.00000027×1023. Pada tahun 2011 pengukuran dilakukan ulang menjadi 6.02214078×1023 ± 0.00000018×1023. Jumlah mol suatu sampel adalah massa sampel dibagi dengan massa molar bahan.

Kesimpulan

KONSEP MOL Setiap zat yang ada di alam tersusun atas partikel-partikel dalam bentuk atom, molekul, dan ion. Ukuran partikel-partikel zat tersebut sangat kecil sehingga kita sulit untuk menghitungnya. Jumlah partikel dalam suatu zat juga sangat banyak dan hal itu membuat kita sulit untuk menghitungnya. Para ahli kimia berhasil menemukan cara menghitung jumlah partikel, massa zat, dan volume gas, yang disebut: STOIKIOMETRI (Hubungan kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi).

Soal!!!

1. Setarakan persamaan reaksi dari:
Na + O2 -> Na2O

2. Identifikasi logam yang paling reaktif dan paling tidak reaktif: Al, K, Ca, Au.

Logam paling reaktif: K (kalium), Logam paling

tidak reaktif: Au (emas).


Jawaban!!!

1. Na + O2 -> Na2O
Pada soal ini zat yang kompleks adalah Na2O maka kita anggap koefisiennya 1. Karena Na pada hasil reaksi ada dua, maka pada pereaksi dikali 2.

2. Logam paling reaktif: K (kalium), Logam paling tidak reaktif: Au (emas).

Daftar Pustaka

Kitti, S., (2010), KIMIA I, PT Graha Cipta Karya, Jakarta.

Munthe, Y.R., (2016), Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Media Kartu Berpasangan Terhadap Hasil Belajar Kimia Pada Pokok Bahasan Konsep Mol, Skripsi, FMIPA UNIMED, Medan. 

Nugraha, Anita., Elfi susanti., dan Masykuri., (2013), Efektivitas metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) yang dilengkapi Media katru berpasangan (index Card Match) terhadap prestasi belajar siswa pada materi ikatan kimia Tahun Pelajaran 2012/2013, Skripsi FMIPA, UNS, Surakarta. 

Nuryanto, Utami, B., dan Nugroho, A., (2015), Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dilengkapi Media Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Prestasi Belajar Siswa 54 Pada Materi Pokok Termokimia Tahun Pelajaran 2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia, 4(4) : 87-94. 




1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.