Laman

Jumat, 11 November 2022

Green Chemistry dan Prinsipnya

 

Oleh: Azzira Nayani Shafa (@X19-Azzira)

Abstrak

 Selama ini, penggunaan dan pembuangan bahan kimia menjadi semakin tidak terkendali. Penanganan yang tidak terkontrol dari bahan kimia ini berdampak pada kesehatan manusia dan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan kimia hijau. Penggunaan green chemistry mengontrol penggunaan bahan kimia untuk meminimalkan dampak negatif yang dihasilkannya.

Kata Kunci : Kimia Hijau, Prinsip Kimia Hijau, Toksisitas, Aplikasi Kimia Hijau


Abstract

During this time, the use and disposal of chemicals is becoming increasingly uncontrollable. The uncontrolled handling of these chemicals has an impact on human health and environmental quality. Therefore, there is a need to raise awareness of the use of green chemistry. The use of green chemistry controls the use of chemicals to minimize the negative impact they produce.

Keywords : Green Chemistry, Green Chemistry Principle, Toxicity, Green Chemistry Application

 

Pendahuluan:

Kimia hijau, juga disebut kimia berkelanjutan, menyangkut desain proses dan produk kimia yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau pembentukan zat berbahaya. Kimia hijau juga diakui sebagai kimia berkelanjutan dan berlaku untuk kimia organik, kimia anorganik, biokimia, kimia analitik, kimia fisik, dan teknik kimia. Kimia hijau mengacu pada siklus hidup produk termasuk desain, manufaktur, penggunaan dan pembuangan. Lebih lanjut, rekayasa hijau dapat didefinisikan sebagai perilaku, nilai dan prinsip ramah lingkungan yang dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan (Marteel-Parrish dan Abraham, 2014)

 

Rumusan masalah:

1.        Apa itu kimia hijau?

2.        Apa itu 3 bidang utama pada kimia hijau?

3.        Apa saja 12 prinsip kimia hijau?

 

Tujuan:

1.        Untuk mengetahui apa itu kimia hijau

2.        Untuk mengetahui 3 bidang utama pada kimia hijau

3.        Untuk mengetahui 12 prinsip kimia hijau


Pembahasan :

Kimia hijau, atau kimia berkelanjutan, didefinisikan oleh Badan Perlindungan Lingkungan sebagai "desain produk kimia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya." Tren ini kemungkinan akan terus meningkat dalam beberapa dekade mendatang (Dunn, 2012).

 Menurut EPA (2015), kimia hijau adalah desain produk dan proses kimia untuk mengurangi atau menghilangkan penggunaan zat berbahaya. Kimia hijau mengacu pada seluruh siklus hidup produk kimia, termasuk desain, manufaktur, penggunaan, dan pembuangan akhir. Kimia hijau, bahkan kimia hijau yang menyelamatkan bumi, memiliki banyak efek positif pada semua makhluk hidup.

Menurut Manahan (2006), kimia hijau bukanlah bidang ilmu baru. Dalam hal ini, kimia hijau adalah pendekatan filosofis baru yang dapat diterapkan yang memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan berkelanjutan. Sejauh ini, kimia hijau telah diterapkan tidak hanya pada pengolahan dan sintesis bahan, tetapi juga pada aplikasi berbagai senyawa. Akhir-akhir ini, berbagai upaya digencarkan untuk mengembangkan berbagai metode dengan menggunakan senyawa ramah lingkungan sebagai bahan awal agar pencemaran lingkungan dapat diminimalisir.

 Kimia hijau dapat berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan berkelanjutan di setidaknya tiga bidang utama. Yang pertama adalah teknologi energi terbarukan, yang merupakan pilar utama peradaban teknologi tinggi yang berkelanjutan (Collins, 2001). Di sini ahli kimia dapat berkontribusi, antara lain, untuk pengembangan konversi energi matahari menjadi energi kimia dan listrik. Kedua, reagen yang digunakan dalam industri kimia sebagian besar masih berbasis minyak bumi dan harus diganti dengan sumber daya terbarukan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan kita pada sumber karbon fosil. Ketiga, kita membutuhkan teknologi pengendalian polusi alternatif yang lebih kuat. Kimia hijau menerapkan pendekatan baru untuk sintesis, pengolahan dan penggunaan bahan kimia untuk mengurangi bahaya terhadap kesehatan dan lingkungan (Manahan, 2005)

 

12 prinsip utama Kimia Hijau (EPA, 2015a), yang meliputi:

1)    Pencegahan limbah: Lebih baik untuk mencegah sedini mungkin terjadinya limbah daripada menanggulangi dan mengelola limbah yang sudah terlanjur terbentuk.

2)    Memaksimalkan ekonomi atom: Perancangan sintesis sedemikian rupa sehingga produk akhir mengandung proporsi maksimum dari bahan awal.

3)    Perancangan sintesis dengan bahan kimia yang berbahaya: Dalam praktek metode sintesis seharusnya di desain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang paling sedikit atau sama sekali tidak menimbulkan toksnsutas pada manusua dan lingkungan.

4)    Perancangan bahan dan Produk kimia yang aman: Produk kimia seharusnya dirancang sesuai fungsi yang diinginkan dan meminimalkan terjadinya toksisitas bagi manusia dan lingkungan.

5)    Pelarut dan senyawa pembantu yang ramah lingkungan (Pelarut Hijau): Meskipun termasuk sebagai zat yang tidak berkontribusi langsung terhadap struktur produk, tetapi dipadukan untuk terjadinya reaksi kimia dalam proses produksi.

6)    Perancangan untuk efisiensi energi: Penggunaan energi dalam proses kimia perlu senantiasa memperhatikan dampak lingkungan dan nilai ekonominya, dalam hal ini jumlahnya harus diminimalisir.

7)    Penggunaan bahan baku (bahan dasar atau bahan mentah) terbarukan: Apabila secara teknis dan ekonomi memungkinkan, maka sebaiknya menggunakan bahan bahan baku yang terbarukan.

8)    Mengurangi tahapan reaksi atau derivatif: Derivatisasi yang tidak dikehendaki harus diminimalkan atau dihindari, karena langkahlangkah tersebut akan membutuhkan tambahan reagen dan dapat menghasilkan limbah.

9)    Katalisis: reagen katalis seharusnya lebih unggul untuk reagen stoikiometri. Datam hal ini Santosa (2008) menjelaskan, bahwa penggunaan senyawa pemercepat reaksi dapat mengkonsumsi energi, bahan dasar. pereaksi dan waktu reaksi, namun di sisi lainnya dapat menghasilkan reaksi yang lebih aman.

10)  Rancangan untuk degradasi (peruraian): Produk kimia seharusnya dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat terurai menjadi produk yang tidak berbahaya.

11)  Analisis seketika (real time) untuk pencegahan polusi: Metodologi Analitik perlu dikembangkan lebih lanjut untuk memungkinkan kontrol proses dan monitoring seketika, hal itu untuk mengantisipasi terbentuknya zat berbahaya.

12)  Minimalisir potensi kecelakaan: Rancangan kimia dan bentuk fisik (padat, cair dan gas) harus sedemikian rupa, sehingga potensi kecelakaan seperti iedakan, kebakaran dan kontaminasi terhadap lingkungan menjadi sangat minimal.

 

Kesimpulan

Kualitas lingkungan harus dijaga dengan baik agar tidak terjadi kerusakan yang berdampak buruk bagi kehidupan di lingkungan tersebut. Kimia hijau adalah jawaban untuk mengurangi potensi kerusakan lingkungan baru. Kimia hijau adalah sebuah konsep dan pemikiran tentang kimia untuk menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, sehingga keberadaan kimia hijau merupakan ilmu dan langkah yang perlu diterapkan lebih banyak orang. Prinsip-prinsip kimia hijau bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan melindungi lingkungan. Kimia hijau mengutamakan keamanan lingkungan. Oleh karena itu, penerapan kimia hijau pada kegiatan lokal dan industri dapat menciptakan lingkungan yang berkelanjutan untuk masa depan.  

Daftar Pustaka 

Duan, H., Wang, D., & Li, Y. (2015). Green chemistry for nanoparticle synthesis. Chemical Society Reviews44(16), 5778-5792. Dalam https://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2015/cs/c4cs00363b/unauth (Diakses pada 11 November 2022).  

Dunn, P. J. (2012). The importance of green chemistry in process research and development. Chemical Society Reviews41(4), 1452-1461. Dalam https://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2012/cs/c1cs15041c/unauth (Diakses pada 11 November 2022).  

Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media.  

Li, C. J., & Anastas, P. T. (2012). Green Chemistry: present and future. Chemical Society Reviews41(4), 1413-1414. Dalam https://pubs.rsc.org/en/content/articlehtml/2012/cs/c1cs90064a (Diakses pada 11 November 2022).  

Marteel-Parrish, A. E., & Abraham, M. A. (2014). Green chemistry and engineering. Symbiosis Of Environmental Protection And Occupational Safety In Toxic, Explosive And Flammable Atmospheres: Current Knowledge And Advances13(6), 1551-1553. Dalam http://www.eemj.icpm.tuiasi.ro/pdfs/vol13/no6/34_BR_Green_chem.pdf (Diakses pada 11 November 2022).

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.