Laman

Jumat, 13 Mei 2022

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI PERHOTELAN DENGAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

 Oleh : Aziz Affandi (@V04-Aziz)


BAB I 

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

        Usaha perhotelan yang berkembang cepat,  limbah  rumah   tangga yang semakin   berlimpah mengakibatkan   timbulnya   pencemaran   yang    semakin meningkat  dari   tahun   ke   tahun.  Limbah  cair  yang   berasal  dari   hotel  dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau  limbah rumah  tangga. Namun perbedaannya adalah limbah yang  berasal dari hotel jauh lebih banyak daripada limbah  yang   berasal  dari  rumah   tangga.  Oleh  sebab itu  perlu  dilakukan  dan dikembangkan  suatu usaha  untuk  dapat mengatasi  atau   mengurangi  dampak negatif oleh kegiatan tersebut.

        Limbah cair yang berasal dari hotel berkisar 150 – 220 L/orang/hari.   seiring  dengan  kapasitas  tamu   atau   pengunjung  yang masuk setiap hari. Sumber limbah cair hotel biasanya berasal dari kamar  mandi, maupun wc (MCK), loundry, dapur,  restaurant, bar,  ac  sentral atau  yang  sendiri- sendiri, yang masing-masing mempunyai karakteristik atau  sifat tersendiri.
        Limbah  dapat  didefenisikan  sebagai  buangan  yang   kehadirannya  pada suatu saat  dan   tempat  tertentu  tidak  dikehendaki  lingkungannya  karena tidak mempunyai  nilai  ekonomi.   Limbah  dapat  mengandung bahan  pencemar  yang bersifat racun  dan  berbahaya karena alasan warna,  isinya, kandungan anorganik atau  organik, kadar  garam, keasaman, alkalinitas dan sifat-sifat khas mereka yang beracun (Ginting, 1992).

1.2 Maksud dan Tujuan

        Mengatahui keefektifan sistem pengolahan air limbah  dalam meningkatkan kualitas  air  limbah  hotel  dan  membuat disain  perencanaan instalasi  pengolahan air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan perhotelan. 


BAB II
LANDASAN  TEORI

2.1 Limbah

        Limbah adalah buangan yang  dihasilkan dari  suatu proses produksi  baik industri  maupun domestik  (rumah   tangga). Di  mana masyarakat bermukim,   di sanalah berbagai jenis limbah akan  dihasilkan. Ada sampah, ada  air kakus (black water), dan  ada  air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
        Limbah   padat   lebih   dikenal   sebagai sampah,   yang    seringkali   tidak dikehendaki  kehadirannya  karena  tidak  memiliki  nilai  ekonomis.  Bila  ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan  Senyawa anorganik.  Dengan konsentrasi dan  kuantitas  tertentu, kehadiran  limbah  dapat berdampak  negatif  terhadap  lingkungan  terutama  bagi   kesehatan  manusia, sehingga   perlu    dilakukan   penanganan   terhadap   limbah.   Tingkat   bahaya keracunan yang  ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan  karakteristik limbah.

2.2 Pengolahan Limbah

        Beberapa faktor yang  memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan  bahan   pencemar, dan frekuensi   pembuangan   limbah. Untuk mengatasi  limbah  ini  diperlukan  pengolahan  dan penanganan  limbah.  Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi:
  1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
  2. pengolahan menurut karakteristik limbah
        Untuk  mengatasi berbagai limbah dan  air limpasan (hujan), maka  suatu kawasan  permukiman membutuhkan  berbagai  jenis  layanan  sanitasi.  Layanan sanitasi  ini   tidak  dapat  selalu  diartikan  sebagai  bentuk   jasa  layanan  yang disediakan  pihak  lain.  Ada  juga  layanan  sanitasi  yang  harus disediakan  sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban misalnya.

2.3 Karakteristik Limbah

  1. Berukuran mikro 
  2. Dinamis
  3. Berdampak luas (penyebarannya)
  4. Berdampak jangka panjang (antar  generasi) 

2.4 Limbah Industri

Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, 
  1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan  bahan buangan anorganik
  2. Limbah padat
  3. Limbah gas dan  partikel

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Kebutuhan Air di Hotel Sanur

        Berdasarkan hasil survai lapangan dan  dilanjutkan diskusi dengan pihak pengelola  hotel,  diperoleh  keterangan  tentang  pemakaian  air  dihotel. Air ini digunakan untuk  memenuhi kebutuhan sebanyak 100  kamar  yang ada, laundry, kolam renang, kolam ikan & siram taman serta untuk  memenuhi keperluan di dapur.  Untuk memenuhi kebutuhan air tersebut, maka  digunakan dua sumber air, yaitu dari air tanah dalam dan  dari PDAM. Dari hasil diskusi, diketahui pemakaian  air  rata-rata  per   hari  adalah  sekitar  115   m3/hari,   dengan  rincian sebagai berikut :

Keb. Air kamar                      = 100 x 0,25   = 25    m3/hari. 
Laundry                                                         = 30    m3/hari. 
Kolam renang                                                = 15    m3/hari. 
Dapur dll                                                        = 5      m3/hari. 
Air siram taman, kolam                                 = 40    m3/hari. 
TOTAL                                                           = 115  m3/hari.

3.2 Jumlah Air Limbah

        Pada   umumnya,  untuk    menentukan   jumlah   limbah   yang    dihasilkan didasarkan dari pemakaian air yang  berpotensi menjadi limbah. Untuk keperluan domestik pada umumnya jumlah limbahnya sebesar 80 – 90% dari pemakaian air yang   berpotensi  menjadi  limbah.  Berdasarkan  asumsi  tersebut,  maka   jumlah limbah yang dihasilkan oleh hotel Sanur sebesar :
Limbah dari kamar   = 100 x 0,25  x 90%         = 22,5 m3/hari. 
Limbah laundry         = 30 x 90 %                     = 27    m3/hari. 
Limbah dapur  dll      = 5 x 90 %                       = 4,5  m3/hari. 
TOTAL                                                               = 54   m3/hari. 
Perkiraan  jumlah  limbah  ini  akan   digunakan  sebagai  dasar disain  IPAL  yang direncanakan.

3.3 Sistem Pengumpulan Air Limbah

        Karena di hotel Sanur hanya tersedia satu calon lokasi IPAL yang sesuai,  maka   pengolahan  limbah  hotel  Sanur  ini  akan   menggunakan sistem terpusat. Untuk itu diperlukan satu sistem yang  dapat menyalurkan semua limbah yang  ada  menuju lokasi IPAL. Karena area hotel yang sangat luas (± 6 Ha) dan   datar   serta  sumber limbah  saat  ini  berada di  tengah-tengah  taman  yang sudah  tertata rapi,  maka   diperlukan  suatu  sistem yang  tidak  sederhana. Agar sistem dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan rencana yang  diinginkan serta tidak mengganggu secara estitika dan  keindahan, maka  diperlukan perencanaan jaringan  yang  tepat   sesuai  dengan  tempat tersebut. Ada  dua  alternatif  sistem pengumpulan limbah yang  dapat dikerjakan serta jenis dan  sumber limbah yang akan  diolah di IPAL ini nanti. Gambar 1 menunjukkan sistem pengumpulan limbah dari sumbernya. 


Gambar 1 : Alternatif pengumpulan limbah dari sumbernya.

Keterangan :
  • Alternatif 1 : hanya limbah dari kamar  mandi (grey water) yang  akan  diolah di IPAL, sedangkan limbah toilet (black water) tetap  diresapkan ke dalam tanah.
  • Alternatif 2 : semua limbah dari kamar  mandi (grey water & black water) diolah di IPAL. dengan sistem dikumpulkan di bak pengumpul terlebih dahulu.

3.4 Teknologi IPAL yang Digunakan

Dalam  menentukan teknologi  proses pengolahan  air  limbah  Hotel  Sanur, didasarkan atas beberapa kriteria antara lain :
  • Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
  • Pengelolaannya harus mudah,
  • Lahan  yang diperlukan tidak terlalu besar,
  • Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
  • Biaya operasinya rendah,
  • Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
  • Dapat  digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
  • Dapat  menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
  • Perawatannya mudah dan sederhana.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas untuk  pengolahan air limbah Hotel Sanur yang  tepat  digunakan adalah kombinasi proses biofilter  anaerob-aerob. 

3.5 Sistem kelistrikan IPAL

     Peralatan dan  Mesin  di IPAL dan  system Re-use meliputi pompa feed air limbah di bak  equalisasi, pompa sirkulasi air limbah, blower udara, pompa feed sistem  re-use air  dan   dosing   klorin.  Semua  peralatan  dan   mesin   di  IPAL  ini dioperasikan dan  dikontrol melalui satu sistem di panel kontrol IPAL. Sedangkan pompa-pompa di masing-masing bak  pengumpul dipasang dan  dikontrol secara terpisah dari IPAL. Gambar 2 menunjukkan Wire diagram kelistrikan tersebut. 
Gambar 2 : Wire diagram kelistrikan IPAL dan Re-use


3.6 Lokasi Untuk IPAL
        IPAL dan  sistem  re-use air  limbah  hotel  Sanur  dengan kapasitas 60 m3/hari  rencananya akan  ditempatkan di ujung lapangan tenis. Saat ini lokasi tersebut merupakan lahan kosong yang  belum termanfaatkan dengan luas area yang  dapat digunakan seluas  8  x 15  m.
Gambar 3 : Foto calon lokasi IPAL yang direncanakan. 

Gambar 4 : Denah calon lokasi IPAL yang direncanakan.

3.7 Biaya dan Efisiensi

Biaya operasional dari instalasi pengolahan limbah dan  sistem re-use ini terdiri dari  biaya listrik untuk  pompa dan  blower, biaya perawatan peralatan dan mesin  dan  biaya  tenaga operator. Secara  rinci  jumlah  biaya  operasional  IPAL tersebut adalah :
a. Kebutuhan Listrik 
b. Biaya Perawatan = Rp 600.000/bulan
c. Tenaga operator IPAL Rp 1.250.000/orang/bulan.

Total Biaya Operasional IPAL

Dari  total biaya operasional IPAL  ini dapat dihitung juga besarnya biaya operasional untuk pengolahan limbah setiap meter  kubiknya, yaitu sebagai berikut :
  • Jumlah air limbah per hari           = 54 m3
  • Biaya pengolahan air limbah       = Rp.116.133/54 m3, atau 
                                                                = Rp 2.150  / m3 limbah.

Efisiensi :
Effisiensi yang  diperoleh dari sistem reuse ini diperoleh dari besarnya nilai rupiah dari jumlah air yang  dapat dihemat karena digantikan oleh air olahan IPAL ini. Secara rinci jumlah effisiensi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
= ( Jumlah air yang di re-use x Harga  air ) – Biaya Operasional IPAL
= (54 m3/hari x Rp.22.000/m3) - Rp.116.133,- /hari
= Rp. 1.188.000 - Rp. 116.133,- / hari
= Rp. 1.071.867 / hari.
= Rp. 32.156.010 / bulan.
= Rp. 385.872.120 /tahun. 


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil  analisis  tersebut di  atas, maka  dapat ditarik  beberapa kesimpulan, antara lain :
  • Rencana pengelolaan limbah dengan teknologi  IPAL dan  dilanjutkan  dengan Reuse  air   akan   dapat  digunakan   sebagai   solusi   permasalahan   bahaya pencemaran lingkungan dan menghindari terjadinya defisit air bersih.
  • Teknologi  re-use dapat menghemat pemakaian air bersih, tanpa mengurangi jumlah  pemakaian  air.  Program ini dapat menghemat pemakaian  air  sampai dengan 50%.
  • Ada   banyak  keuntungan  yang   akan   diperoleh   oleh   pengelola   hotel   jika gerakan  “Green   Hotel   &  Resort”   (upaya  pemanfaatan   kembali   air)   ini dilakukan antara lain :
    1. Akan   meningkatkan   image   di   masyarakat   sekitar   dan    internasional sehingga akan  meningkatkan tingkat hunian hotel.
    2. Menghindari   ternyadinya   konflik   sosial   dengan  masyarakat  di   sekitar karena persoalan kekurangan air bersih  dan pencemaran lingkungan.
    3. Menghindari  terjadinya  kerusakan lingkungan  (intrusi  air  laut,  penurunan muka daratan akibat penyedotan air bawah tanah)
    4. Memberikan lapangan kerja bagi operator IPAL,
    5. Mendapatkan keuntungan finasial, karena penurunan pajak pemakaian air.
    6. Sebagai hotel yang  pertama kali berpredikat “Green  Hotel”, maka  Sanur akan  menjadi pioneer di bidang pengolahan air limbah dan  akan dipublikasikan secara luas oleh berbagai media. 

4.2 Saran

Dalam Pendesainan  instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan perhotelan. Dapat  menggunakan teknologi yang memenuhi kriteria berikut :
  • Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
  • Pengelolaannya harus mudah,
  • Lahan  yang diperlukan tidak terlalu besar,
  • Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
  • Biaya operasinya rendah,
  • Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
  • Dapat  digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
  • Dapat  menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
  • Perawatannya mudah dan  sederhana. 

DAFTAR PUSATAKA


Widayat, W. (2010). Pengolahan Air Limbah Industri Kecil Pelapisan Logam. Pusat Teknologi Lingkungan, BPP Teknologi, Jakarta.

Raka, I. G., & Yuliar, S. (1999). Paradigma Produksi Bersih: mendamaikan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Nuansa.

Setiyono, S. (2009). Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) dan Re-use Air di Lingkungan Perhotelan. Jurnal Air Indonesia, 5(2).

Ratnawati, R., Al Kholif, M., & Sugito, S. (2014). Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) Biofilter Untuk Mengolah Air Limbah Poliklinik Unipa Surabaya. Waktu: Jurnal Teknik UNIPA, 12(2), 73-82.

Wright, P. J., Ginting, Y. A., & Abbot, J. (1992). Kinetic Models for Peroxide Bleaching Under Alkaline Conditions, Part 2. Equilibrium Models. Journal of wood chemistry and technology, 12(1), 111-134.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.