Laman

Senin, 25 Oktober 2021

PENCEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT INDUSTRI

 

Disusun oleh:Abdullah[41621010012]

Abstrak

Untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia perlu pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun dalam kegiatan industri akan diikuti dengan dampak regatif limbah industri terhadap lingkungan hidup manusia. Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan dan akan meningkatkan penyakit pada manusia dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya. Dengan cara mereview hasil-hasil penelitian dan tulisan-tulisan yang ada, akan diulas dampak negatif limbah industri yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan kita. Limbah industri dapat menghasilkan bahan toksik terhadap lingkungannya. yang berdampak negatif terhadap manusia dan komponen lingkungan lainnya. Limbah cairindustri paling sering menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan moluska, terutama bila limbah cair tersebut mengandung zat racun seperti : As, CN, Cr. Cd, Cu, F. Hg, Pb atau In.

Kata kunci : limbah industri, pencemaran lingkungan, zat-zat

Abstract

To improve the standard of living of the Indonesian people, rapid economic growth is needed by promoting development. One of the important elements in this development is development in the industrial sector. However, industrial activities will be followed by the negative impact of industrial waste on the human environment. Toxic industrial waste will worsen environmental conditions and will increase disease in humans and damage to other environmental components. By reviewing the results of research and existing writings, the negative impact of industrial waste that can affect the quality of our environment will be reviewed. Industrial waste can produce toxic materials to the environment. which have a negative impact on humans and other components of the environment. Industrial wastewater most often causes environmental problems such as fish mortality, poisoning to humans and livestock, plankton death, accumulation in fish and mollusk meat, especially if the liquid waste contains toxic substances such as: As, CN, Cr. Cd, Cu, F. Hg, Pb or In.

Keywords: industrial waste, environmental pollution, substances

 


Pendahuluan

1. Latar Belakang

Kegiatan industri merupakan salah satu unsur penting dalam menunjang pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Akan tetapi kegiatan industri selain dapat berdampak positif juga dapat berdampak negatif.  Dampak positifnya menghasilkan barang dan jasa, meningkatkan lapangan kerja yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas hidup dan dampak negatifnya menghasilkan limbah dan pencemaran lingkungan serta dapat menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan menurunkan kualitas hidup karena lingkungan hidup menjadi kotor dan tercemar. Untuk itu dalam melaksanakan pembangunan industri harus sudah diperhitungkan dampak negatif yang mungkin akan timbul dan harus diusahakan untuk meminimalkan dampak negatif tersebut. Untuk dampak positifnya dapat ditingkatkan dengan penerapan kebijaksanaan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Perhatian Pemerintah Indonesia terhadap lingkungan mulai tampak sejak 1978, dengan dibentuknya Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Pada saat itu Presiden Soharto mengangkat seorang Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup dalam Kabinet Pembangunan III (1978-1983)") Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menekan dampak negatif industri antara lain dengan menganjurkan teknologi bersih, memasang alat pencegah pencemaran, melakukan proses daur lang dan menetapkan wajib melakukan pengolahan limbah bagi industri-industri. Sayangnya usaha-usaha tersebut belum dapat berjalan secara optimal karena alasan kurang biaya, terutama untuk industri-industri kelas menengah ke bawah (modal kecil) atau arena ketidaktahuan dari pemilik industry Dalam tulisan in akan dicoba mengulas dampak negatif apa saja dari industri yang ada di Indonesia yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan kita. 

Permasalahan

Masalah Limbah Industri di Indonesia

Pencemaran industri adalah kegiatan industri yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan karena masuknya zat-zat pencemar yang dihasilkan ke suatu lingkungan, yaitu tanah, air atau udara berupa bahan buangan/hasil sampingan dari proses produksi industry yang berbentuk padat/debu, cair atau gas yang dapat menimbulkan pencemaran. Gas yang keluar dari industri biasanya dikendalikan dengan cara memasang cerobong asap, alat penyerap atau pencegah pencemaran lainnya yang biasa dilakukan oleh industri yang berskala besar dan sebagian industri kelas menengah. Beberapa jenis limbah tidak terlalu menjadi masalah karena dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar atau oleh industri lain seperti limbah industri bahan penyedap masakan yang dapat digunakan untuk pupuk tanaman. Limbah padat yang berbahaya dapat ditangani dengan jalan insinerasi atau disimpan untuk menunggu pengolahan oleh pinak lain. Namun bagi industri yang berskala kecil maupun menengah mash ada yang melaksanakan pembuangan limbahnya bersama dengan sampah kota. Yang banyak menjadi masalah adalah limbah cair dan limbah yang berwujud lumpur, masih banyak industri di Indonesia yang langsung membuangnya ke sungai tapa mengalami pengolahan lebih dulu. Hanya industri besar dan sebagian menengah yang telah mengolah limbah cairnya sebelum membuangnya ke perairan. Pada era tahun 80-an di Indonesia mulai depromosikan perlunya pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yaitu pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi mendatang. Untuk menegakkan pembangunan berkelanjutan Pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain dengan mengeluarkan berbagai peraturan. 

Di bidang industri telah dikeluarkan beberapa SK seperti Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.134/M/SK/1988 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Sebagai Akibat Kegiatan Usaha Industri Terhadap Lingkungan Hidup dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.148//M/SK/1985 tentang Pengamanan Bahan Beracun dan Berbahaya di Perusahaan Industri. Pada tahun 1994 telah dikeluarkan peraturan pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan yang dikenal dengan PP No .19/1994 tentang Pengolahan Bahan Berbahaya dan Beracun. Sebagai contoh limbah bahan berbahaya dan beracun adalah zat kimia limbah industri kayu dan zat kimia khlorin pada industri pulp yang dapat membentuk senyawa organokhlorin yang sangat berbahaya karena dapat menjadi penyebab kanker. Maka sudah selayaknya ada peraturan pengolahan limbah sebelum dibuang ke perairan. Masalahnya masih banyak industri di Indonesia yang belum memperhatikan pengolahan limbahnya dengan benar dan serius.

Solusi dan Pembahasan

Dampak limbah industri terhadap lingkungan 

Dampak limbah industri terhadap lingkungan telah terbukti bear pengaruhnya terhadap kesehatanmanusia seperti penyakit Minamata dan Itai-Itai di Jepang'. Penyakit Minatama yang diakibatkan olch pencemaran Merkuri (Hg) mengakibatkan gangguan pusat syaraf sehingga penderita tidak dapat mengontrol gerakan anggota tubuhnya. Sedangkan penyakit Itai-Itai disebabkan karena pencemaran Kadmium (Cd) yang terakumulasi di dalam hati dan ginjal sehingga akan merusak kedua organ tersebut.

Maka dari itu pengolahan limbah industri sebelum dibuang ke lingkungan sangatlah penting dilakukan. Di samping menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola secara baik, kegiatan industri juga dapat menyebabkan timbulnya bau, bising, panas, dan radiasi.

 

 

Limbah Industri Berbentuk Gas, Debu Dan Butiran-Butiran Halus/ Partikel Kecil, Penanganan Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.

Limbah industri berupa gas debu, dan butiran-butiran halus yang keluar dari cerobong asap harus

dikelola dengan baik, Limbah tersebut harus dikeluarkan lewat cerobong yang mampu

mengelarkannya ke udara yang cukup tinggi sehingga dapat diencerkan oleh udara sekitar tanpa

mencemarkan ke manusia, hewan, tanaman dan

komponen lingkungan lainnya. Bila limbah industry yang dihasilkan cukup berbahaya misalnya Pb (timbal), sebelum keluar dari cerobong harus dilewatkan ke alat pencegah pencemaran atau dilakukan penyerapan dahulu seperti absorpsi oleh cairan atau zat padat tertentu. Proses ini biasanva sudah menjadi satu kesatuan dengan proses produksi keseluruhan.

Dalam proses absorpsi biasanya bahan cairan atau zat padat yang digunakan dapat diregenerasi untuk digunakan kembali, dan sekali waktu perlu ditambah sebagai pengganti cairn yang hilang selama proses. Untuk at padat absorpsi walau sudah dilakukan regenerasi, pada suatu saat perlu penggantian bila aktivitasnya sudah menurun.

Masalah yang akan timbul adalah bagaimana menangani zat absorben padat tersebut agar tidak mencemari lingkungan apalagi bila bahan yang diserap cukup berbahaya, misalnya Pb.

Dampak negatif limbah gas, debu dan butiran- butiran halus terhadap kesehatan manusia antara lain;

a. Gas beracun

- CO, dapat menyebabkan gangguan fungsi otak

-SO,. Nitrogen Dioksida (NO), Ozon, NH., beberapa senyawa aromatik, H,S dapat menimbulkan gangguan pernafasan, dan atau iritasi mata

b. Smog (kabut/asap):

-dapat mengganggu penglihatan serta pernafasan

c. Debu

-mengganggu pernafasan dan bila beracun (contohnya Pb) dapat menimbulkan

gangguan syaraf, saluran pernafasan dan menyebabkan anemia.

debu yang mengandung serat asbes dapat menimbulkan kanker.

 

Dampak terhadap tanaman, pencemaran yang ada di atmosfir dapat menimbulkan pengaruh yang kronis, jauh di luar titik emisi Yang besar pengaruhnya adalah: Ozon (O.). Oksida Sulfur (SO,) dan Oksida Nitrogen (NO,) yang dapat merusakkan pohon-pohonan. Gas SO, dan NO, dapat menimbulkan hujan asam yang akan mengakibatkan.

Peningkatan leaching kation dari tanah dan permukaan daun.

Perubahan struktur dari komunitas tanaman daratan dan perairan (akuatik)

Pengaruh produktivitas hutan dan fiksasi nitrogen

Dampak gas dan debu terhadap hewan, dapat menimbulkan gangguan pernafasan maupun akumulasi cemaran karena memakan makanan yang sudah tercemar. Bila produk hewan tersebut dimakan manusia, secara tidak langsung akan mempengaruhi manusia yang memakannya (seperti sapi yang makan rumput yang sudah tercemar Pb susu sapi yang dihasilkan akan mengandung Pb pula).

Akibat pencemaran gas, debu dan butiran- butiran halus tersebut tidak saja berpengaruh dalam jangka pendek namun juga jangka panjang. Tidak hanya berpengaruh sccara lokal namun juga global. Contohnya efek rumah kaca. yaitu kenaikan suhu bumi akibat meningkatnya kadar CO, di dalam udara, menipisnya lapisan ozon dan lain-lain Pemanasan global yang terjadi akibat terakumulasinya gas rumah kaca dalam jumlah yang berlebihan dapat membawa pengaruh langsung dan tidak langsung pada keschatan.

Pengaruh langsung antara lain

Adanya kematian akibat gelombang panas seperti yang pernah terjadi di Yunani dan India:

meningkatkan kanker kulit;

perubahan respon kekebalan tubuh dan;

meningkatkan katarak

Pengaruh tidak langsung antara lain

menurunkan produksi pangan yang berkaitan dengan gizi;

meningkatkan penyakit menular melalui vektor;

meningkatkan penyakit menular yang berkaitan dengan kualitas air, tanah dan udara, dan migrasi penduduk dengan segala konsekuensi kesehatannya.

Sedangkan zat-zat radio aktif dapat menimbulkan gangguan kesehatan kronis seperti leukemia, masa hidup pendek dan terjadinya perubahan generatif terhadap alat-alat, mesin-mesin dan bangunan, gas-gas pencemar terutama yang bersifat asam/basa akan menyebabkan korosi.

Industri minyak bumi saat ini menunjukkan gas-gas hasil pembakaran bahan bakar fosil yangditeliti toksisitasnya hanya SO2, NO2 dan CO4) Pembakarannya juga mash terbatas pada dapur di rumah tangga dan kendaraan bermotor. Dampak yang diteliti terhadap kesehatan manusia terutama dihubungkan dengan gangguan saluran pernafasan. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi SO, dan NO; dalam rumah mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian ISPA dan Asma pada Anak Balita. Jenis bahan bakar untuk memasak, kepadatan rumah dan kelembaban relatif ternyata berhubungan bermakna dengan kejadian ISPA Anak Balita hampir 4 kali berisiko mendapatkan ISP di rumah-rumah yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar memasak dibandingkan dengan yang menggunakan elpiji. Tetapi hasil penelitian lain yang dilakukan pada rumah-rumah di Indramayu tidak menunjukkan hal demikian Dampak gas buangan pembakaran bahan bakar foil pernah dipelajari secara keseluruhan, misalnva bagaimana pengaruh gas buang kendaraan umum terhadap paru-paru pengemudinya. Hasilnva menunjukkan pengaruhnya lebih bear pada kendaraan bermotor yang mesinnya di bawah tempat duduk pengemudinya dibanding dengan yang mesinnya di depan.

Penelitian tentang debu dilakukan pada industri dan mengaitkannya dengan gangguan saluran pernafasan, misalnya industry semen dan pemintalan. Hasil penelitian pada industri semen menunjukkan bahwa pekerja yang berhubungan dengan debu selama 4 tahun mempunyai risiko terkena gangguan saluran pernafasan 4 kali lebih besar. Dari hasil penelitian kualitas udara di pusat transportasi umum dan di kawasan industri di Surabaya diketahui bahwa bahan pencemar yang cukup tinggi kadarnya untuk daerah transportasi adalah CO dan NO, sedangkan di daerah industry SO, dan debu. Dari analisis timah hitam (Pb) dalam udara dan pengaruhnya terhadap keschatan diperoleh hasil bahwa makin bear nilai Pb udara makin besar pula Pb darah, dan makin besar kadar Pb darah maka akan berakibat makin kecil kadar Hb darah (p < 0,01)10) Dari hasil penelitian Fuad Amari dkk mengenai: kualitas udara di zona Industri Gresik serta pengaruhnya terhadap kesehatan penduduk diketahui bahwa pencemaran udara yang cukup berat terutama di lokasi sekitar Petrokimia, teriadi peningkatan gejala gangguan kesehatan, kelainan obstruksi maupun restriksi, juga bronkhitis kronis dan asmaticbronkhitis!)

Penelitian Ruspeni Daesusi tentang kadar debu dan SO, sekitar Industri Kapur dan kaitannya Dengan Status Faal Paru Penduduk Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, hasilnya menunjukkan kadar debu pada daerah terpapar berbeda secara bermakna dengan kontrol (p< 0,01) dengan kadar tertinggi pada terpapar berat 0.38 mg/m' (telah melampaui batas maksimal yang diperbolehkan 0,26 mp/m.).

Hasil analisis trend liner menunjukkan adanya hubungan dosis-efek, di mana semakin besar dosis paparan yang diterima semakin bear kasus penyakit yang ditimbulkan. Penelitian in membuk- tikan bahwa terjadi pencemaran di sekitar industry kapur Desa Sukomulyo, Kecamatan Manyar Gresik dan berpengaruh terhadap status faal par penduduk di sekitarnya.

Hasil-hasil penelitian di atas dapat dipakai sebagai acuan bagaimana dampaknya terhadap

lingkungan bila limbah industri mengandung gas/debu serupa.

 

Limbah Industri Cair dan Dampaknya Terhadap Lingkungan.

Limbah industri air sering menimbulkan masalah. Dari semua air yang digunakan industry (termasuk air pendingin untuk generator tenaga termis) menurut estimasi hanya 0.2% yang ke luar dalam bentuk bagian dari produk. Dengan anggapan 2% hilang karena penguapan dapat dibayangkan betapa banyak air buangan industri yang telah berubah mutunya. Diperkirakan penggunaan air pendingin merupakan 90% dari seluruh penggunaan air industri, berarti jumlah inilah yang mengalami perubahan suhu. Sedang 10% lainnya akan mengalari perubahan sifat biologi, kimiawi atau fisika, yang akan terlihat dari wamanya, kekeruhannya, timbulnya buih, timbulnya rasa maupun bau. Bila tidak dilakukan pengolahan sama sekali limbah cair industri akan mencemari air di sekitar. Jenis-jenis kontaminan dan pencemaran dari industri yang sering pula terdapat dalam air buangan rumah tangga yaitu: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb dan Zn. Besarya kandungan zat ini tergantung dan sumbernya dan seberapa jauh telah dilakukan pemisahan tau pengolahan limbah dan pengolahan air buangan sebelum dibuang keperairan bebas. Tampak dari butir 2 sampai dengan 6 senyawa- senyawa kimia membahayakan. Yang bersifat racun adalah: As, CN, Cr. Cd, Formalin. Hidrogen Peroksida dan Phenol yang dapat mematikan mikro organisme akuatik. Sedang ion-ion Fe, Ca, Mg. CI, dan SO, dapat mengubah kualitas air. Logam berat lainnya yang sering ada di muara sungai adalah Pb atau timbal yang dapat menyebabkan gangguan pada sistem hematopoetik yang dapat menimbulkan anemia, dapat pula menimbulkan gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis seperti timbul gangguan belajar, perubahan perilaku dan gangguan intelegensi. Dapat pula timbul gangguan sistem pencernaan yang berupa konstipasi, diare, nyeri epigastrik, mual, kehilangan nafsu makan dan kolik. Logam berat lainnya lagi yang sering ada di muara sungai adalah Cr atau Chromium yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit terutama Cr dengan Valensi 6. Sedangkan semua pengoksidasi dan reduksi seperti: Amonia, Nitrit, Nitrat, Sulfida dan Sulfit, dapat menimbulkan perubahan yang tidak dikehendaki pada badan air penerma. Beberapa komponen dari limbah industri dapat memberikan gangguan perairan secara fisik seperti padatan terapung, buih, zat warna, bahan yang menyebabkan kekeruhan, baik secara langsung maupun melalui terjadinva suatu reaksi Tingginya BOD menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut, sehingga dapat menimbulkan Kematian organisme akuatik dan terjadinva oksidasi anaerob yang menimbulkan ba pada perairan. Bahan-bahan yang berbau baik yang terkandung dalam limbah sebagai hasil reaksi yang terjadi di perairan, atau sebagai hasil peruraian anaerob dari padatan yang mengendap, sering merupakan tanda adanya pencemaran berat. Lemak dan minyak jugadapat menimbulkan gangguan tidak saja pada penampilan (estetika), tetapi secara langsung juga mempengaruhi flora dan fauna perairan seperti mempengaruhi rasa ikan. Minyak dan zat warna yang mengambang di permukaan perairan dapat menghalangi menembusnya sinar matahari ke dalam air, schingga mengganggu kescimbangan ekosistem perairan.


Kesimpulan

1.Limbah industri dapat menghasilkan bahan toksik yang berbahava terhadap lingkungannya.

2. Limbah industri yang mengandung bahan pencemar akan berpengaruh terhadap lingkungan dan komponen (komunitas) lingkungan yang ada, baik jangka pendek maupun panjang, lokal maupun global.

3. Limbah cair dari industri paling sering menimbulkan masalah lingkungan, seperti Kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kcmatian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan moluska, terutama limbah cair yang mengandung zat racun seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb atau Zn.

4. Kegiatan industri dapat menyebabkan bau, kebisingan, panas bahkan radiasi.

 

Saran

1. Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius sesuai peraturan yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah dimana industri harus optimal mengadakan pengawasan terhadap pembuangan limbah industri.

2. Pelaku industri harus memikirkan dan melakukan cara agar dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dari limbah industrinya dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegah pencemaran, melakukan proses daur lang dan yang terpenting melakukan pengolahan limbah industrinya guna pencemar tersebut menghilangkan hingga batas bahan yang diperbolehkan.

3. Perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi yang spesifik sesuai jenis industrinya, mengenai dampak limbah industri terhadap lingkungan, serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pemecahan masalahnya, terutama di kota-kota yang sudah mulai banyak jenis industrinya.

4. Perlu dilakukan penelitian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri terhadap lingkungan dan metoda/teknologi tepat guna untuk pemecahan masalahnya, terutama di kota-kota yang sudah mulai banyak jenis industrinya.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Satriago Handry, Himpunan Istilah Lingkungan Untuk Manajemen Institut Pengembangan Manajemen Indonesia Penerbit PT. Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta, 1996.

Sutamihardja RTM, Tinjauan Pelbagai Aspck Toksikologi Industri Sebagai Dampak Pembangunan P. Batam, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Kesehatan Lingkungan Ill, Himpunan Ahli Keschatan Lingkungan Indonesia (HAKLD) di Batam 14- 17 Desember 1992

Soesanto, Sri Socwasti, Gas Rumah Kaca. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Vol. V. No.31 1995, hal.27. Jakarta, 1995.

Abdur Roman, Tinjauan Perkembangan Studi Toksikologi Lingkungan Dalam Perspektif Keschatan Masyarakat, Lokakarya Toksikologi Lingkungan, Badan Litbangkes Dep. Kes. RI dan World Health Organization, Ciloto, 19 21 April 1999.

Handayani, Y.S, Hubungan Kualitas Udara dalam Rumah Dengan Gangguan Saluran Pernafasan Pada Anak Balita di Pemukiman Kumuh Kelurahan Kaliampar, Jakarta Barat, Tesis S2 M. Kes, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1996.

Sutrisna, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Pneumonia Pada Balita Disertasi Doktor Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.