Laman

Senin, 25 November 2019

KIMIA HIJAU















ABSTRAK
Kimia merupakan salah satu ilmu dasar yang perannya begitu besar dalam menentukan arah dan laju pembangunan saat ini. Hampir tidak ada pemanfaatan sumber daya dalam rangka pembangunan yang tidak melibatkan kimia.  Dengan paradigma baru yang mengubah konsep pembangunan dari konsep lama menjadi pembangunan berkelanjutan, maka kimiapun harus berbenah diri untuk tetap dapat menopang dan berperan aktif dalam paradigma baru ini. Dalam perkembangannya, kimia yang diarahkan untuk dapat menunjang pembangunan yang berkelanjutan diistilahkan dengan Kimia Berkelanjutan (Sustainable Chemistry). Istilah lain yang maknanya senada dengan Kimia Berkelanjutan, yaitu Kimia Hijau atau Green Chemistry.

PEMBAHASAN
Kimia hijau adalah kesatuan prinsip yang akan membantu dalam mengurangi penggunaan substansi yang digunakan dalam proses produksi dan penggunaan bahan kimia dengan prinsip penghematan dan berkelanjutan. Kimia hijau dapat digunakan untuk melindungi lingkungan dengan mengubah proses kimia yang tidak menyebabkan polusi atau peduli dengan lingkungan.
Tujuan dirancangnya konsep kimia hijau adalah untuk meminimalkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan manusia yang disebabkan karena pencemaran lingkungan karena zat kimia. Caranya bukan dengan menghilangkan proses kimia, melainkan dengan merubah proses kimia agar meminimalkan pencemaran. (Bharati V. Badami, 2008)
Kimia Hijau yang digagas oleh Anatas dan Warner memiliki 12 prinsip. Dimana dengan penerapan 12 prinsip ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk meminimalisir penggunaan bahan kimia dalam reaksi yang dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
1) Pollution Prevention (Pencegahan pencemaran)
Lebih baik mencegah dihasilkannya limbah daripada membersihkan atau memproses limbah setelah dihasilkan. Salah satu caranya adalah dengan pemilihan metode yang tepat untuk suatu sintesis kimia, sehingga produk yang dihasilkan lebih banyak daripada oleh produknya. Atau bisa juga dengan metode recycle zat kimia. Dimana zat sampingan yang dihasilkan dari reaksi kimia dapat digunakan kembali ke dalam reaksi kima tersebut.
2) Atom Economy (Ekonomi Atom)
Metode sintesis seharusnya didesain untuk memaksimalkan penggabungan semua materi yang dipakai dalam proses pembuatan produk akhir yang diinginkan.
3) Less Hazardous Chemical Synthesis (Meminimalkan Sintesis Kimia yang Toksis)
Jika memungkinkan, metode sintesis seharusnya dirancang dengan menggunakan senyawa yang memiliki toksisitas serendah mungkin bagi kesehatan manusia dan lingkungan
4) Designing Safer Chemicals (Mendesain Produk Kimia dengan Toksisitas yang Sekecil Mungkin)
Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan fungsi sebagaimana yang diinginkan dan memberikan efek toksisitas seminimal mungkin.
5) Safer Solvents and Auxiliaries (penghematan pelarut dan senyawa pembantu lainnya)
Pelarut dan senyawa senyawa pembantu lainnya digunakan sehemat mungkin dan dipilih yang paling aman. Kebanyakan pelarut bersifat mudah terbakar atau beracun, dan hampir semuanya merupakan senyawa organik yang mudah menguap sehingga menyumbang pencemaran udara. Penemuan pelarut yang ramah lingkungan dan bersahabat bagi kesehatan manusia atau pelarut hijau sebagai pengganti pelarut tradisional merupakan hal yang lebih baik. Cairan - cairan ion (garam - garam organik dalam wujud cair dalam suhu kamar) dan air merupakan pelarut ramah lingkungan yang saat ini dikenal.
6) Design for Energy Efficiency (penghematan energi)
Energi yang diperlukan dalam proses kimia harus sehemat mungkin dan harus dikenal dengan baik pengaruhnya pada manusia dan lingkungan. Jika memungkinkan dapat dilakukan pada suhu dan tekanan kamar.
7) Use of Renewable Feedstocks (penggunaan bahan yang dapat diperbaharui)
Bahan dasar jika secara teknis dan ekonomi memungkinkan, harus digunakan bahan yang dapat terbaharukan. Contohnya adalah penelitian Michigan State University berhasil mengganti benzene dan asam nitrat yang menghasilkan pencemar oksida nitrogen dalam produksi asam adipat dan katekol dengan glukosa dan air (US EPA,2004c).
8) Reduce Derivatives (menghemat derivative)
Tahapan reaksi yang timbul karena penggunaan gugus penutup, pelindung dan pembuka, serta modifikasi sementara dalam suatu proses kimia harus dicegah atau diminimalkan, karena setiap tahapan reaksi sering memerlukan tambahan pereaksi, energi, dan dapat menghasilkan limbah.
9) Catalysis (penggunaan katalis)
Penggunaan katalis dapat mengurangi konsumsi energi, bahan dasar, pereaksi dan waktu reaksi, dan dapat juga menghasilkan reaksi yang lebih aman. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat proses reaksi tanpa ikut bereaksi. Dengan digunakannya katalis dalam suatu reaksi kimia, maka akan mempercepat proses reaksi, menghemat energy, dan katalis dapat digunakan kembali dalam reaksi (recycle).
10) Design for Degradation (desain degradasi produk)
Produk kimia harus dirancang sedemikian rupa sehingga pada akhir penggunaannya dapat terurai menjadi hasil yang tidak berbahaya. Banyak produk kimia yang tidak mudah terurai secara ilmiah dan penanganannya menjadi berbahaya.
11) Real-time analysis for Pollution Prevention (analisis pencegahan pencemaran)
Metode analisis kimia yang ada perlu diperbarui agar memungkinkan pemantauan dan kontrol proses seketika, sebelum terjadinya pembentukan senyawa berbahaya.
12) Inherently Safer Chemistry for Accident Prevention (meminimalkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja)
Senyawa yang digunakan dalam reaksi harus dipilih untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan, seperti timbulnya api atau kebakaran dan ledakan.

Ada lima masalah dunia yang dapat diperbaiki Green Chemistry:
1) Masalah Kekurangan Energi
Masalah kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat diperbaharui dan berpotensi merusak lingkungan seperti karbondioksida, menipisnya lapisan ozon, dampak penambangan serta bahan beracun di sekitar kita. Untuk masalah kekurangan energi ini Green Chemistry dapat menjadi pendorong dalam pembuatan energi alternative seperti photovoltaics, rekayasa bahan bakar hidrogen, bahan bakar nabati atau biologis dan yang lainnya.
2) Masalah Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan global adalah bidang kajian yang digarap oleh teknologi Green Chemistry.
3) Masalah Sumberdaya alam yang kian menipis
Eksploitasi yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui, menyebabkan ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan .Oleh karena itu pemakaian bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry. Upaya-upaya yang dapat dilakukan melalui Green Chemistry ialah sintesis bahan bakar yang dapat diperbaharui secara berkesinambungan baik dari segi ekonomi dan teknologi seperti: Teknologi biomassa, Teknologi nanosains, Biosolar, Efisiensi Karbondioksida , Zat chitin dan Pengolahan Limbah.
4) Masalah Kekurangan pangan
Ketika terjadi kelangkaan pangan maka aliran distribusi pun melemah .Sayangnya metoda pertanian sekarang ini tak mampu lagi mengatasi masalah pangan di masa mendatang. Untuk itu perlu adanya metoda baru dalam mengatasi masalah pangan ini dan Green Chemistry secara sains dapat berperan dalam teknologi produksi makanan masa depan dengan cara: Pertama, mengembangkan sejenis pestisida yang hanya berpengaruh pada organisme yang menjadi target dan dapat secara mudah terdegradasi menjadi zat tak berbahaya.
5) Masalah Alam Lingkungan yang semakin terpolusi
Penerapan Green Chemistry pada sendi-sendi penelitian dan proses produksi yang dilakukan secara konsisten dan tepat, dapat mengurangi bahkan menghilangkan senyawa beracun yang berdampak manusia, biosfir dan lingkungan sekitar.

KESIMPULAN
Terdapat 12 prinsip kimia hijau yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehingga dampak negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan secara luas dapat diminimalisir.




DAFTAR PUSTAKA
Anastas, P.,dan Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory and Practice, Oxford University Press, Oxford.

Ulfah., Maria, dkk, Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada  Program Studi Pendidikan Biologi, Semarang.

https://dokumen.tips/amp/documents/makalah-green-chemistry.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.