KATA KUNCI: Teknologi Tepat Guna
Teknologi Tepat Guna ( TTG)
adalah teknologi yang
sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan bisa dimanfaatkan
pada saat rentang
waktu tertentu. Biasanya
dipakai sebagai
istilah unt uk teknologi yang
terkait dengan
budaya lokal dan digunakan sebagai salah
satu jalur penting untuk mencapai tujuan
yang mendasar,
yakni meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Sebagian besar
masyarakat Indonesia
dengan keanekaragaman ilmu
pengetahuan dan teknologi
dapat diposisikan,
tidak hanya sebagai pendukung, tapi
juga sebagai pionir
perambah jalan menuju
terwujudnya masyarakat sejahtera
berkeadilan bagi
semua lapisan masyarakat
di Indonesia
dengan tingkat kemampuan
penguasaan teknologi
dan ekonomi yang terbatas.
TTG berarti teknologi yang sesuai
dengan kondisi
budaya dan ekonomi serta
penggunaannya harus ramah
lingkung an ( Syahrizal dan
Safri, 2011 : 197, dalam Jurnal Ekonom Vol 14 )
Menurut Dicky Dkk,
2008, dalam Jurnal Sosioteknologi Edisi 13, tujuan pengembangan suatu teknologi
pada dasarnya adalah untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan, baik yang telah nyata,
ataupun yang dirasakan dan diinginkan adanya, dan bahkan yang diantisipasi akan
diinginkan, maka suatu upaya pengembangan teknologi yang efektif, pertama-tama
harus didasarkan pada permintaan pasar, baik yang telah nyata ada, atau yang
mulai tampak dirasakan adanya [1]. Prasyarat tersebut memang perlu, tetapi
belum cukup. Kemampuan itu harus dilengkapi dengan
kemampuan menerjemahkan perkembangan kebutuhan pasar tersebut dengan kemampuan untuk menggagas spektrum teknologi
bagaimana yang dapat menanggapi kebutuhan yang diamati tersebut [2]. Pola
pendekatan yang dikemukakan di atas mensyaratkan adanya institusi, baik yang
berdiri sendiri maupun terorganisasi di dalam sistem-sistem korporat atau
masyarakat,. sistem-sistem semacam itu jelas perlu mempunyai sumberdaya pikir
yang canggih, yang mampu memadukan kebutuhan, potensi khazanah ilmu
pengetahuan, penerjemahan khazanah tersebut menjadi paket-paket teknologi,
evaluasi dari teknologi yang berhasil dikemas tersebut untuk menguji
keterlaksanaannya, baik dari pertimbangan teknis, ekonomi, sosial, maupun
persyaratan lingkungan. Selain itu, mampu berkomunikasi kepada masyarakat
ilmiah maupun masyarakat luas, pemerintahan dan lembagalembaga masyarakat untuk
memotivasi mereka untuk mendukung ataupun meyakinkan kemanfaatan dari apa yang
akan dilakukan, sedang dilakukan, dan yang sudah dihasilkan. Namun tingkat
keberhasilannya masih ditentukan oleh ketepat-gunaan teknologi yang dihasilkan.
Tingkat keberhasilan akan lebih tinggi bila unsur ketepat-gunaan dan ketepat
saatan dipenuhi.
Berkembangnya teknologi
dalam bidang informasi yang sangat pesat telah merubah gaya hidup dan pola
pikir masyarakat tentunya merubah sikap organisasi dalam menjalankan suatu
bisnis. Teknologi informasi menjadikan semua aktivitas menjadi lebih cepat
mudah dan akurat.
Menurut “Information Technology
Association of America” (ITAA), teknologi informasi (TI) didefinisikan sebagai
studi, perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan atau pengelolaan
sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak dan
perangkat keras komputer. TI berhubungan dengan penggunaan komputer dan
perangkat lunak untuk mengubah, menyimpan, memproteksi, memproses,
menyampaikan, mengambil informasi secara aman ( Gede, 2018 : 263 , dalam Jurnal PASTI Volume 9 )
Menurut Abdul, 2008
dalam Jurnal Penerapan Teknologi Dan Sistem Informasi, perubahan
teknologi pertanian dipengaruhi oleh faktor internal (pengalaman dan kebutuhan
dari diri sendiri) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, penyuluhan)
perubahan teknologi pertanian berpengaruh terhadap keadaan sosial-ekonomi
masyarakat, tetapi tidak merubah status sosial dalam adat istiadat. Terbatasnya
teknologi yang tepat lokasi ini sangat berpengaruh kepada produktifitas
komoditas pertanian pada umumnya, sehingga belum tercapai optimalisasi
pemanfaatan sumberdaya lahan yang sebenarnya berpotensi untuk memberikan hasil
yang lebih banyak. Rendahnya produktifitas lahan ini ditandai oleh besarnya
senjang hasil yang diperoleh ditingkat petani dengan hasil di tingkat
penelitian. Ada tiga komponen teknologi yang menyebabkan rendahnya
produktifitas yaitu aplikasi teknologi budidaya yang masih rendah, penggunaan
varitas yang kurang sesuai dengan kondisi lokalita, serta masih besarnya
kehilangan hasil setelah panen. Terbatasnya teknologi berupa varitas lokalita
dan besarnya kehilangan saat panen dan pasca panen merupakan indikator masih
lemahnya pembinaan kepada petani serta minimmya peran daerah dalam menghasilkan
teknologi.
Menurut Wiratri Dkk,
2016 : 720, dalam Prosiding Indocompac patton (2002) menjelaskan paradigma
sebagai cara pandang, cara berpikir mengenai kompleksitas dunia nyata menjadi
bisa diterima atau masuk akal. Paradigma memberitahu kita apa yang penting,
sah, dan masuk akal (Patton, 2002: 69). Paradigma sebagai sistem kepercayaan
dasar yang didasarkan pada asumsi-asumsi ontologis, epistemologis, dan
metodologis. Sebuah paradigma bisa dipandang sebagai sekumpulan kepercayaan
dasar (atau metafisika) yang berurusan dengan prinsip-prinsip puncak atau
pertama. Paradigma mewakili pandangan dunia yang menentukan, bagi pemakainya,
sifat “dunia”, tempat individu di dalamnya, dan rentang hubungan yang
dimungkinkan dengan dunia tersebut dan bagian-bagiannya. Kepercayaan bersifat
dasar dalam pengertian bahwa kepercayaan tersebut harus diterima semata-mata
berdasarkan keyakinan (betapa pun bagus argumentasinya), tidak ada cara untuk
membuktikan kebenaran puncaknya. (Denzin & Lincoln, 2009: 132) Secara
metodologis, penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme.
Konstruktivisme dimulai dengan premis bahwa dunia manusia berbeda dari alam,
dunia fisik dan karenanya harus dipelajari secara berbeda (Guba dan Lincoln
1990). Karena manusia telah berevolusi kapasitas untuk menafsirkan dan
membangun realitas dan mereka tidak bisa melakukan sebaliknya, dunia persepsi manusia
tidak nyata secara mutlak, dan dibentuk oleh budaya dan konstruksi bahasa
(Patton, 2002: 96).
DAFTAR PUTAKA
·
Anindhita, 2016. “Analisis Penerapan Teknologi Komunikasi Tepat Guna Pada
Bisnis Transportasi Ojek Online” file:///F:/UMJ%20AKADEMIK/MM%20SEMESTER%203/1638-5075-1-PB.pdf
(Diunduh 18 des 2018)
·
Antara, 2018. “Peningkatan Inovasi Teknologi Tepat Guna Dan Program Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Untuk Memajukan Industri
Kreativ Di Bali” https://media.neliti.com/media/publications/182925-ID-peningkatan-inovasi-teknologi-tepat-guna.pdf
(Diunduh 18 des 2018)
·
Mukhyi, 2018. “Penerapan Teknologi Sistem Informasi Dan Teknologi Tepat
Guna Pada Usaha Kecil
Menengah” file:///F:/UMJ%20AKADEMIK/MM%20SEMESTER%203/Penerapan%20Teknologi%20Sistem%20Informasi_UG.pdf (Diunduh 18 des 2018)
·
Munaf,
2008. “Peran Teknologi Tepat Guna untuk Masyarakat Daerah Perbatasan” file:///F:/UMJ%20AKADEMIK/MM%20SEMESTER%203/issue_3_7_13_1.pdf
(Diunduh 18 des 2018)
Situmorang, 2011. "Urgensi Perkembangan Teknologi Tepat Guna Untuk UMKM Di Kota Medan" file:///C:/Users/hp/Downloads/safrizal1%20(2).pdf (Diunduh 18 des 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.