Laman

Senin, 03 Desember 2018

12 Prinsip Kimia Hijau (Green Chemistry)


Oleh : Nia Wulandari (@K09-Nia)

Abstrak : Green Chemistry disebut juga sustainable chemistry, merupakan sebuah filsafat kimiawi yang mendorong desain produk dan prosesnya untuk mengurangi  atau menghilangkan pemakaian dan generasi dari zat-zat berbahaya. Lingkungan kimiawi disini melingkupi lingkungan alami dan green chemistry di lingkungan alami berfungsi untuk mengurangi dan mencegah polusi lansung dari sumbernya. Green Chemistry sangat efektif karena mengakplikasikan solusi saintifik yang inovatif bagi situasi lingkungan dunia.

Kata Kunci : Green chemistry, kimia hijau, prinsip kimia hijau.

Pembahasan
Kimia hijau berupaya semaksimal mungkin mengurangi dampak negatif dari berbagai proses kimia terhadap kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan. Menurut EPA (2015), Kimia Hijau berupaya mengurangi beragam sumber polusi, yaitu dengan cara meminimalkan bahkan menghilangkan bahaya dari bahan baku kimia, reagen, pelarut dan produk.
Ahli kimia Amerika Serikat, Paul Anastas dari United States Environmental Protection Agency dan John C. Warner mengembangkan 12 prinsip green chemistry yang berfungsi sebagai panduan pengaplikasian green chemistry dalam tindakan nyata. Green Chemistry: Theory and Practice (Oxford University Press: New York, 1998). 12 Prinsip Green Chemistry tersebut diantaranya :
1.     Mencegah limbah, mendesain sintesa kimiawi untuk mencegah limbah, tak meninggalkan limbah untuk ditindaklanjuti atau dibersihkan.
2.     Mendesain zat kimiawi dan produk kimiawi yang aman, mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya.
3.     Mendesain sintesa kimia yang tidak terlalu berbahaya, mendesain sintesa untuk digunakan dan menghasilkan zat kimia yang tidak atau hanya sedikit menjadi racun bagi manusia dan lingkungannya
4.     Menggunakan bahan baku yang bisa diperbarui, menggunakan material dan bahan baku yang bisa diperbarui dari pada yang tidak bisa diperbarui. Bahan baku yang bisa diperbarui biasanya dibuat dari produk agrikultur atau merupakan limbah dari proses, sedangkan bahan baku yang tidak bisa diperbarui berasal dari fossil atau merupakan hasil tambang.
5.     Menggunakan pengkatalis, bukan bahan reaksi stoikometri, meminimalkan limbah dengan reaksi katalik. Pengkatalis digunakan dalam jumlah kecil dan membawa sebuah reaksi tunggal kecil secara berulang beberapa kali. Pengkatalisi diutamakan dibandungkan dengan bahan reaksi stoikometri yang digunakan secara berlebih dan hanya bekerja sekali.
6.     Menghindari turunan kimiawi, menghindari penggunaan grup penghambat atau pelindung atau perubahan sementara jika memungkinkan. Turunan menggunakan bahan reaksi tambahan dan menghasilkan limbah.
7.     Memaksimalkan ekonomi atom, mendesain sintesa agar produk akhir mengandung proporsi maksimum dari materi awal yang digunakan. Kalau ada atom yang terbuang, sebaiknya hanya sedikit.
8.     Gunakan pelarut dan kondisi reaksi yang aman, hindari penggunaan pelaruut, agen pemisahan, atau pelengkap kimia lain. Jika penting, gunakan zat kimia yang tidak berbahaya.
9.     Tingkatkan efisiensi energi, jalankan reaksi kimia pada suhu  dan tekanan yang sesuai dengan lingkungan kapan pun bisa.
10.  Mendesain zat kimia dan produk yang dapat terurai setelah digunakan, mendesain produk kimiawi yang terurai ke dalam zat yang tidak berbahaya setelah digunakan supaya tidak terakumulasi dalm lingkungan.
11.  Menganalisa dalam waktu sesungguhnya untuk mencegah polusi, melakukan pemantauan dan pengontrolan waktu sesunggunya selama sintesa berlangsung untuk meminimalkan atau menghilangkan pembentukan limbah.
12.  Meminimalkan potensi terjadinya kecelekaan, mendesain zat kimia dan bentuknya untuk meminimalkan potensi terjadinya kecelakaan kimiawi termasuk ledakan, kebakaran, dan pelepasan ke dalam lingkungan.

Daftar Pustaka :
·       Hidayat, Atep Afia dan Muhammad Kholil. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau. Jakarta: Pantona Media.
·       Anastas, P.,dan Warner, J.C., 1998, Green Chemistry, Theory and Practice, Oxford University Press, Oxford.
·       Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh, R.V., 2008, Gray Chemistry Versus Green Chemistry: Challenges and Opportunities, Rasayan J.Chem., 1, 1, 68-92.
·       Atmojo, Susilo Tri. 2018. Green Chemistry (Kimia Hijau). Dalam http://chemistry35.blogspot.com/2011/06/green-chemistry.html (Diakses pada 28 November 2018)
·       GrĂ¼n, Gianna. 2013. Kimia Hijau Makin Ngetrend. Dalam https://www.dw.com/id/kimia-hijau-makin-ngetren/a-16929898 (Diakses pada 28 November 2018)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.