PEMANFAATAN
NANOTEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN PUPUK DAN PESTISIDA ORGANIK
Abstrak
Menurut Yanuar dan wardawati (2014) Pemanfaatan
nano teknologi sudah dikenal baik diantaranya di bidang kesehatan, industri
kosmetik dan pertanian. Pada dasarnya prinsip penemuan nanoteknologi adalah
untuk memaksimalkan hasil atau produksi tanaman dengan meminimalkan penggunaan
pupuk, pestisida dan kebutuhan lainnya dengan melakukan monitoring kondisi
tanah seperti perakaran dan mengaplikasikannya langsung ke target sehingga
tidak ada yang terbuang.
Kata kunci : nano teknologi,
pupuk, pestisida
Manfaat Nano Teknologi di Bidang Pertanian
-
Menghemat biaya produksi serta meningkatkan produktifitas.
-
Merangsang pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah.
-
Mengandung unsur hara makro, mikro dan protein
tinggi sebagai hasil senyawa organik bahan alami nabati dan hewani yang
mengandung sel sel hidup aktif.
-
Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama
penyakit sekaligus menekan populasi hama dan penyakit
tanaman.
-
Mencegah kelayuan dan kerontokan daun dan buah.
-
Mempercepat panen
-
Aman digunakan karena sangat bersahabat dengan lingkungan
dan tidak membunuh musuh alami
-
Dapat digunakan bersaman dengan cairan jenis
lain(insektisida)
-
Dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman.
Nano Teknologi dan Lingkungan
Nanoteknologi dapat digunakan untuk mendegradasi
residu pestisida baik itu di air, udara maupun di tanah melalui mekanisme
fotokatalis oksida logam dengan menggunakan materi berbahan oksida
semikonduktor seperti titanium oksida (TiO2) dan Zinc oksida (ZnO). Materi ini
dapat menyerap foton dan menginisiasi proses reduksi oksidasi (redoks) sehingga
akan memecah molekul organik kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana.
Melalui proses fotokatalisis, residu pestisida dapat diubah menjadi mineral
yang bermanfaat dan tidak membahayakan lingkungan.
Keistimewaan Nano Teknologi
Keistimewaan sifat nanomaterial adalah bahwa dia
mampu melakukan penetrasi lebih cepat dan sifatnya bisa sangat berbeda dengan
sifat yang dimiliki ketika zat tersebut masih dalam ukuran lebih besar. Sebagai
contoh aurum (gold) akan sangat toksik ketika berukuran nano, tembaga (Cu)
memiliki sifat lebih keras dan feromagnetik akan menjadi superparamagnetik pada
ukuran 20 nm. Cara ini bisa diadaptasi untuk zat kimia dari bahan organik
seperti pyretrin yang dihasilkan oleh pyretrium dan banyak disintetis untuk
digunakan sebagai insektisida. Pyretrin dalam ukuran nano diharapkan dapat
bersifat lebih toksik dan melakukan penetrasi lebih optimal pada serangga
target meskipun harus dilihat lagi efek sampingnya pada manusia dan lingkungan
seperti kemungkinan terhirup oleh manusia dan sampai berapa lama dapat
teregradasi di alam.
Daftar Pustaka
Anonim. 2014. Potensi
Riset Nano Kimia Bahan Alam. http://nanotechindonesia.blogspot.com/2012/08/potensi-riset-nano-kimia-bahan-alam-di.html
diakses tanggal 3 maret 2014.
Fernandez, B. R. 2011.
Sintesis Nanopartikel. Makalah. Pasca sarjana Universitas Andalas. Padang.
HIMATETA
IPB. 2011. BALAI PENELITIAN TANAH, MANTING BLOGS, FORDINAGAMA, Badan Litbang
Pertanian, Pupuk Bioaktif Bravo Nature
Kardinan, A. 1999. Mimba
(Azadirachta indica) pestisida nabati yang sangat menjanjikan. Perkembangan
Teknologi Penelitian Tanaman Rempah dan Obat 11(2): 5-13
Kuzma, J. and Peter
Verhage. 2006. Nanotechnology In Agriculture and Food Production. Anticipated
Application. Woodrow Wilson International Center For Scholar.
M. Kalyanasundaram, dan
K. Gunasekaran. 2013. Synthesis, characterization and evaluation of nanoparticles
of public health larvicides for mosquito control. Journal of Vector Borne
Diseases(50): 225-228.
Purnobasuki, H. 2005.
Teknologi Nano untuk Kenali Virus. Tohoku University.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.