Laman

Sabtu, 17 Februari 2018

INDUSTRI HIJAU UNTUK MENCIPTAKAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN

Oleh : Siti Fatimatuzzahra (f08-Siti)

Abstrak

Sumber daya alam yang kian menipis yang dibarengi dengan pertumbuhan populasi penduduk yang terus meningkat, membuat pemerintah mencari cara agar Indonesia tidak kehabisan cadangan energi, salah satunya dengan mendorong pertumbuhan industri hijau. Pengembangan industri hijau dapat dilakukan melalui beberapa penerapan seperti produksi bersih (cleaner production), konservasi energi (energy efficiency), efisiensi sumberdaya (resource efficiency eco-design), proses daur ulang, dan low-carbon technology


Kata Kunci : Industri Hijau, Lingkungan

Isi Pembahasan 

Sumber daya alam yang kian menipis yang dibarengi dengan pertumbuhan populasi penduduk yang terus meningkat, membuat pemerintah mencari cara agar Indonesia tidak kehabisan cadangan energi, salah satunya dengan mendorong pertumbuhan industri hijau. Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan efisiensi penggunaan sumber daya sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup.

Selama ini, industri di Indonesia belum menerapkan skema industri yang ramah lingkungan. Para pelaku industri belum memperhatikan faktor-faktor penunjang untuk menjaga kelestarian lingkungan, seperti mesin dan sistem produksi yang kurang efisien membuat lingkungan hidup di dunia saat ini terjadi degradasi. Maka itu, semua negara diharapkan mengedepankan pembangunan berbasis industri hijau agar menghemat dalam penggunaan bahan baku, sumber daya dan juga energi alternatif.

Industri hijau atau industri ramah lingkungan merupakan industri yang dalam proses produksinya mengutamakan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.

Pengembangan industri hijau dapat dilakukan melalui beberapa penerapan seperti produksi bersih (cleaner production), konservasi energi (energy efficiency), efisiensi sumberdaya (resource efficiency eco-design), proses daur ulang, dan low-carbon technology. Melalui penerapan industri hijau akan terjadi efisiensi pemakaian bahan baku, energi dan air, sehingga limbah maupun emisi yang dihasilkan menjadi minimal dan proses produksi akan menjadi lebih efisien yang dapat meningkatkan daya saing produk industri nasional.

Untuk melestarikan Industri Hijau, beberapa hal yang harus dilakukan untuk para pelaku dunia Industri untuk menciptakan Industri yang ramah lingkungan, yaitu :

Membuat cerobong asap yang ramah lingkungan
Perusahaan harus memiliki hati nurani dengan mau peduli terhadap lingkungan hidup disekitarnya. Asap yang dibuang ke udara harus dimurnikan terlebih dahulu. Ini dilakukan dengan cara memperpanjang cerobong asap dan membuatnya seperti leher angsa dimana bagian dasarnya diisi dengan air garam yang selalu bergerak/ berputar untuk memurnikan udara yang lewat. Larutan NaCl tersebut harus selalu diganti seiring dengan perubahan keasaman (pH) dan kekeruhan yang terjadi. Dinding cerobong juga dibuat dari bahan yang memiliki afinitas tinggi terhadap polutan.

Membuat sistem pendingin yang ramah lingkungan
Bumi ini bisa mendinginkan diri sendiri sehingga efek gas rumah kaca tidak merusak bagian-bagiannya. Komponen pendingin alami adalah (a) udara, (b) air, (c) tanah dan yang paling efektif adalah (d) tanaman hijau. Penggunaan setiap bagian-bagian ini sangat menentukan masa depan dunia yang lebih asri dan lebih sehat. Penggunaan bahan-bahan kimia tertentu untuk mendinginkan pabrik sebaiknya dibatasi untuk hal-hal yang penting dan mendesak saja.

Memurnikan limbah sebelum dibuang ke TPS/ TPA
Industri seolah tidak bisa dilepaskan dari bahan kimia. Pemanfaatan bahan-bahan anorganik untuk memperlancar proses produksi barang tertentu adalah praktek yang lazim. Bahan kimi yang sudah selesai digunakan akan menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Tingkat keasaman/ alkalinitas yang tinggi membawa daya rusak yang tinggi terhadap kehidupan di darat maupun di perairan. Oleh karena itu perlu memanfaatkan garam untuk menetralisirnya sehingga menimbulkan efek pencemaran yang minim bahkan nol sama sekali. Baca juga, Cara menetralisir limbah industri

Menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
Barang hasil produksi tidak baik jika dapat bertahan lebih lama di alam. Salah satu produk yang dikenal sangat sulit mengalami degradasi oleh lingkungan adalah plastik. Alangkah lebih baik jika barang yang diproduksi oleh industri mengandung unsur-unsur kehidupan. Sehingga apabila ia terbuang di lingkungan yang lembab akan mengalami pembusukan (degradasi) oleh mikroorganisme. Salah satu komponen kehidupan sekaligus sebagai bio-aktivator terbaik adalah garam. Apabila produk yang dihasilkan oleh perusahaan mengandung garam dalam kadar tertentu niscaya barang jenis ini akan dihancrukan dengan mudahnya oleh lingkungan.
Agar proses pembusukan suatu barang tidak terlalu cepat. Alangkah lebih baik jika prodak yang dihasilakan dilapisi oleh zat kitin/ melamin atau jenis pelapis lainnya. Agar dalam keadaan kering produk tersebut tetap awet tahan lama. Namun ketika berada di suhu yang lembab dan basah, zat pelapis tersebut akan luntur/ terdegradasi terlebih dahulu. Pada akhirnya barang tersbut mengalami proses pembusukan sendiri karena dibantu oleh bio aktivator (NaCl) yang meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja mikroorganisme di lingkungan tersebut.

Perhatikan waktu yang dibutuhkan lingkungan untuk mendegradasi barang tertentu. Apabila salah satu produk di atas mengandung garam dalam kadar tertentu niscaya waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkannya lebih cepat.

“Reuse” – Memanfaatkan ulang sisa hasil produksi yang telah sampai ditangan konsumen.
Produk tertentu memiliki wadah untuk membuatnya tetap awet dan tahan lama. Jika wadah ini sampai di tangan konsumen, mereka lebih cenderung membuangnya (karena mungkin terlalu banyak). Bila perusahaan merelakan sedikit recehan uang kompensasi agar konsumen mau mengumpulkan wadah produknya. Alhasil, tidak ada sampah yang menumpuk untuk dibuang melainkan pelanggan membawa kembali sisa wadah tersebut ke kios/ supermarket tertentu untuk ditukarkan dengan rupiah. Hal ini juga akan menghembat biaya produksi untuk menghasilkan wadah yang baru.

Akhirnya semuanya ini akan berkontribusi positif terhadap lingkungan dan juga turut membuat proses produksi lebih efektif dan efisien. Industri yang cerdas pasti pro lingkungan akan tetapi perusahaan yang licik berkonspirasi untuk merusak lingkungan sehingga barang-barang yang diproduksinya makin laris terjual habis.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Atep Afia dan Kholil, Muhammad. 2017. Kimia, Industri dan Teknologi Hijau, Jakarta.

Ariyanti, Melia dan Purwanto. 2014. Analisis Penerapan Produksi Bersih Menuju Industri Nata De Coco. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 5, No. 2.

Wardhani, Kusumo. 2014. Potensi Pembuatan Produk Kemasan
Ramah Lingkungan Studi Kasus Kota Bandung, Jurnal Universitas Pembangunan Jaya #1 Volume 1.

Kusumo, Dian. 2015. Wujudkan Industri Hijau, Ini Cara Menteri Perindustrian dalam https://www.suara.com/bisnis/2015/04/28/190404/wujudkan-industri-hijau-ini-cara-menteri-perindustrian pada 17 Februari 2018.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.